ALTA 10 | Feel Different

37.3K 5.6K 1.3K
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-


"Apa kabar?"

Itu kalimat pertama yang Tania ucapkan ketika ia dan Alden tiba di sebuah Restoran dekat dengan pemakaman. Setelah aksi Alden memanggil Tania, yang membuat perempuan itu kaget, Alden langsung berinisiatif menawarkan agar mereka berbincang sebentar saja.

Tania menyanggupi itu. Lagipula ia juga ingin tahu kabar Alden, lelaki yang dulu pernah dekat dengannya. Tania nyaman dengan Alden, karena lelaki itu sangat pas untuk di ajak berbincang ringan. Lagipula Alden sudah ia anggap sebagai temannya. Walaupun hal itu di tentang oleh Alex.

Sebenarnya tadi Tania sempat berharap bahwa yang memanggilnya itu adalah Alex, namun nampaknya hal itu hanya angan-angan saja. Alex benar-benar tidak datang, ia benci mengakui kalau ia merasa sedih sekaligus kesal karena Alex yang semakin hari semakin jauh darinya.

Disisi lain, Alden nampak tersenyum melihat Tania yang semakin cantik dengan aura dewasanya. "Baik, lo sendiri gimana? Bahagia pastinya dong, bisa nikah sama orang yang lo suka."

Tania tersenyum. "Pasti." Tangannya bergerak meraih jus strawberry yang tadi ia pesan. Meminumnya dengan pelan. "Pulang dari luar negeri dari kapan?"

"Udah lama."

Tania menjentikan jarinya. "Pantes aku pernah ngelihat kamu waktu itu."

Alden mengernyit heran, "Kapan?"

"Kapan ya----lupa ah, intinya aku pernah ngelihat kamu sama------- perempuan. Kamu udah nikah juga ya?"

Alden terdiam, ia nampak berpikir hal yang dimaksud oleh Tania. "Nggak lah. Gue masih sendiri,"

"Masa sih, laki-laki seganteng kamu masih sendiri?" Tania tertawa kecil.

"Lagi pengen bebas, nggak mau ribet." kata Alden dengan tersenyum sembari memperhatikan wajah Tania yang sangat teduh.

"Dih," Tania menggeleng-nggelengkan kepalanya heran. "Oh ya, kamu disini sendiri? Papa kamu?"

"Udah meninggal."

"Hah?!" Mata Tania meembola seketika. "Alden, maaf,"

"Santai aja. Bokap kena serangan jantung. Satu tahun yang lalu, beliau menghembuskan nafas terakhir, dan Bokap juga pesen kalau dia mau makamnya disini."

"Jadi tadi?"

"Iya." Alden mengangguk seolah mengerti hal yang dimaksud Tania.

Mata Tania memancarkan sebuah syarat akan penyesalan. "Alden maaf, turut berduka cita ya," Ia menepuk pelan punggung tangan Alden.

Alden tertawa. "Santai Tania,"

"Terus kamu disini?"

"Gue balik karena pengen balik aja sih. Dan disana udah nggak ada yang diharapin," ungkap Alden.

"Kalau disini ada?" tanya Tania dengan raut penasaran.

Alden tersenyum. Senyuman itu nampak mengandung banyak arti yang sulit untuk dijelaskan. "Ada."

Tania mengerjap, "Serius?"

"Iya. Tapi nggak tahu diharapin balik atau nggak,"

"Hah?" Raut bingung jelas tercetak di wajah cantik Tania.

"Lupain ah! Ganti pembahasan!"

Alden kembali menceritakan pengalaman apa saja yang ia dapatkan di luar sana. Tania juga mendengarkan dengan antusias. Bahkan mereka seolah tenggelam dalam perbicangan seru, tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya.

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang