ALTA 44 | My Heart Will Go On

16.1K 2.7K 2.3K
                                    

Terimakasih yang sudah setia kepada cerita ini❤

Jangan Kaget Ya! Baca sampai akhir!

Btw, aku nggak tau mau kasih judul apa. Karena aku lagi dengerin lagu itu, jadi yagitudehh~

o0o
H A P P Y
B I R T H D A Y
o0o

Alex menatap hamparan bintang dan bulan di langit malam. Dadanya terasa sangat sesak. Bahkan bernapas pun terasa sulit. Ia tidak mengerti hal apa yang harus ia lakukan setelah ini.

"Kata kamu bulan dan bintang akan selalu bersama ya? Tapi kalau suatu saat nanti bulannya pergi gimana?"

Dunia akan gelap.

Alex tertawa hambar, dengan dengusan keras keluar dari mulutnya.

"Bulan nggak akan pergi. Di setiap sudut ada bintang yang akan menjaga bulan supaya nggak pergi."

"Tapi kalau takdir berkata lain? Kita kan nggak tau apa yang akan terjadi nantinya."

Air mata yang terkumpul dalam pelupuk matanya, hampir saja tumpah, namun ia usap dengan kasar. Ia mencekram kuat dadanya yang terasa berdegup dengan kencang.

"Suatu saat nanti diantara kita siapa ya yang pergi duluan? Kayanya aku dulu ya?"

"Aku pengen banget keliling seluruh dunia, Jalan-jalan sama kamu sambil pegangan tangan, pelukan, terus nanti kita beli banyak makanan."

"Ah kayanya nggak bisa deh! Kan kita nggak boleh terlalu sering keluar rumah."

Ucapan itu terus berputar di kepalanya. Kata-kata yang diucapkan dengan nada lembut dan ceria itu sangat membekas dalam benaknya. Bersamaan dengan tubuhnya yang meluruh, jatuh terduduk. Ia kalah. Sekuat tenaga ia menahan tangisnya, tapi ia tetap tak sanggup.

Menangis dalam diam. Tak bersuara, hanya lelehan air mata yang terus mengalir deras.

Tolong....Ini sakit sekali.

"Konsekuensi hidup sama kamu itu berat, tapi itu sebanding sih, sama kebahagiaan yang kamu kasih. Apalagi sekarang ada Ziel!"

"Makasih ya, makasih atas semua hal yang kamu berikan ke aku. Karena kamu, aku bisa bertahan sampai sekarang."

"Tuan,"

Dito terhenyak, menyadari Tuan Muda yang ia kenal sangat datar dan dingin, kini meringkuk dengan suara tangisan yang terdengar sangat pelan. Tangannya mengepal kuat, ia mengalihkan pandangannya sejenak.

Ada rasa kasihan dalam benaknya. Tuannya, itu memang terlihat biasa saja didepan, namun ia tahu di punggung tegapnya itu lelaki itu banyak menanggung beban yang cukup banyak.

Selama dia menjadi orang kepercayaan dari Ayah Alex, hingga kini ia kembali menjadikan orang kepercayaan Alex, tak pernah ia melihat Alex menangis. Itu berarti, Alex sudah berada di batas, bahwa hal ini benar-benar menyakitkan sampai tak sanggup untuk ditahan.

"Dokter menunggu keputusan anda, Tuan." ucapnya dengan kepala tertunduk.

Alex tak bergeming. Ia masih menyembunyikan wajahnya pada telapak tangannya yang basah oleh air mata. "Bisa tidak, tolong putarkan waktu supaya hal ini tidak terjadi?"

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang