ALTA 41 | Can I Hug You?

18.9K 3.5K 1.2K
                                    

Apa kabarreuuu??

Spam emot 😍 dulu ya!!

Spam comment juga jan lupa!!

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-

"What's your name?"

"Dave."

"How are you today?"

"Bosan. Pertanyaannya itu terus,"

Anak laki-laki yang tengah memainkan rubik ditangannya itu mendengus kesal.

Tania terkekeh. "Ya karena itu yang Mommy bisa,"

"Bohong banget," gumamnya. Anak laki-laki yang lebih menyukai dipanggil Dave (Dev) daripada Ziel itu tersenyum puas melihat rubik ke sepuluh untuk hari ini itu sudah sesuai dengan warnanya masing-masing.

Menurutnya nama Ziel itu terlalu lucu untuk dirinya yang laki-laki. Ia tidak suka menyukai panggilan yang sangat menggelikan baginya itu. Tapi, semua itu tak berlaku bagi ibunya, Tania yang sudah sangat menyukai panggilan Ziel itu. Dan ia hanya bisa pasrah. Ia juga membenci raut sedih ibunya itu.

Tania tidak menjawab, ia lebih memilih mengelus surai hitam sang putra. "Makan siang ya? Dari tadi pagi Ziel nggak makan loh,"

"Malas."

Ibu satu anak itu sejenak tertegun mendengar kata yang terlontar dari bibir mungil yang sangat jarang mengeluarkan suara itu. Malas? Ia meringis kecil, itu mengingatkan ia ketika dulu disuruh makan Alex tapi ia tidak mau.

"Kenapa malas? Nanti kalau sakit gimana?"

"Nggak akan."

Ziel mendongak, menatap ibunya yang duduk di sofa, sedangkan dirinya duduk dibawah. Ia tersentak saat wajah cantik ibunya itu terlihat pucat. Ia spontan berdiri, dan segera menangkup wajah Tania dengan kedua tangan mungilnya.

"Mommy oke?"

Tania tersenyum. Ia menggenggam tangan mungil itu dengan lembut. "Mommy oke,"

Anak laki-laki itu kini beralih duduk di samping ibunya. "Suami Mommy?"

"Hm?"

"Kemana?" Ziel mengedarkan pandangannya.

"Daddy kerja, sayang."

Ziel dan Alex masih diselimuti oleh gengsi. Kedua orang itu sama-sama berperilaku seolah tidak saling peduli, tapi kenyataan jika ada salah satu dari mereka yang tidak muncul dalam rumah atau pergi, pasti keduanya akan saling menanyakan lewat Tania.

Ziel memiliki sifat yang sama seperti Alex. Tania dibuat pusing dengan tingkah laku kedua laki-laki yang sangat berarti baginya. Setiap hari Tania harus sering berbicara, jika mereka sedang bersama. Sebab kedua orang itu sama-sama pendiam dan tidak akan memulai perbincangan jika tidak ada pancingan.

Menjadi seorang Ibu, Tania mulai menjadi pribadi yang lebih hangat dan dewasa. Tapi tetap saja, sifat overthinking-nya tidak pernah bisa lepas darinya.

"Terus? Tidak capek?"

"Pasti. Makanya kalau nanti ada Daddy bilang ya, suruh istirahat, okay?"

"Percuma."

Bocah itu menatap televisi yang menampilkan kartun yang berkisah tentang Ayah dan Anak. Akhir-akhir ini ia menyukai tayangan itu. Menyenangkan melihat tokoh Ayah dan Anak dalam cerita itu selalu menghabiskan waktu bersama dengan berbagai hal. Entah itu sedih ataupun senang, semuanya dilewati bersama.

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang