ALTA 38 | Start Receiving

19.3K 3.6K 1.6K
                                    

SPAM COMMENT YANG BANYAK!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SPAM COMMENT
YANG BANYAK!

Banyak typo? Ya maap:+

o0o
H A P P Y
R E A D I N G
o0o

Tania tersenyum senang saat mulut kecil itu bergerak pelan. Bayinya, jarang menangis, bahkan tidak pernah rewel. Hanya sesekali. Tangannya bergerak mengelus pelan pipi kemerahan yang kini entah kenapa menjadi favoritnya.

"Mirip sekali dengan Daddy ya? Tampannya," Tania mengecup pipi bayi kecilnya dengan lembut.

Anak Tania dan Alex berjenis kelamin laki-laki. Calon penerus sejati Alexander. Semuanya mirip dengan Alex, dari segi wajah hingga kelakuan saat masih bayi. Caroline bilang, Alex dan putranya seperti tidak ada bedanya.

"Pagi tadi, tidak ada Daddy ya? Belum pernah dicium Daddy ya? Apalagi dipeluk." Tania tersenyum samar, "tidak apa-apa ya? Untuk saat ini sama Mommy dulu,"

Perempuan itu mencium pipi putranya beberapa kali, hingga membuat sang empunya menggeliat tidak nyaman. Dan hal itu membuat Tania tertawa pelan.

Tania berdiri dari duduknya, ia berniat mencari udara segar. Walau terletak di lantai paling atas, tapi Alex sudah membuat taman kecil yang biasanya digunakan Tania untuk menikmati waktu sore, guna melihat matahari terbenam.

Ia memilih duduk di sofa panjang yang sudah disediakan.

Alex pergi ke kantor. Entah kenapa menurut Tania, lelaki itu terlihat menyibukkan diri dengan kerjaannya. Padahal yang ia tau dari Dito, Alex bisa saja bekerja dirumah seperti dulu ketika Tania hamil. Alex bernapas santai saja uang terus mengalir dengan deras.

Tapi kali ini berbeda, Alex-nya mulai sulit untuk ia gapai kembali.

Ia ingin berbicara dengan Alex, tapi sayang putra tampannya seolah tidak ingin berpisah dengannya. Mungkin nanti malam ia akan berbicara kembali dengan Alex.

Ini yang ia takutkan dulu. Ia takut hamil, karena ia merasa belum siap serta masih tenggelam dalam traumanya. Kalau akhirnya seperti ini, bukannya lebih baik Alex mencegahnya untuk tidak hamil dari awal dari pada putranya yang menjadi korban keacuhan laki-laki itu?

Ia tidak menyesal, sama sekali tidak. Melihat wajah anaknya, mampu membuat Tania bisa berpikir dewasa kalau ia akan menjaga titipan Tuhan ini dengan baik, dan tidak menyia-nyiakannya.

Karena ia tau, disia-siakan itu sangatlah menyakitkan.

"Nona perlu sesuatu?" tanya seorang pelayan yang memang ia panggil melalui telepon rumah yang berada di atas meja.

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang