ALTA 16 | About Happiness

33.8K 4.7K 1K
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-


Deheman seseorang membuat Tania yang tengah memeluk erat Ayah-nya, kini mendongak menatap seseorang yang saat ini memilih duduk di sisi kananya, karena sudah ada Ayah-nya yang berada di sisi kirinya.

Tania memperhatikan Alex yang tengah membuka jas dan melepas dasi kerjanya. Setelah itu, tangan lelaki itu nampak meraih kepalanya dan mengecup singkat pelipisnya. Tanpa memperdulikan Bara yang tengah mendengus malas, melihat pemandangan yang sudah kerap ia lihat itu.

Bara berdehem.

Alex mengernyit. "Kenapa masih disini?"

Kini berganti Bara yang mengernyit bingung. "Kamu ngomong sama Papa?"

"Menurut Papa?" Alex menatap mertuanya yang nampak terlihat bingung.

Bara berdecak dengan tatapan tak percaya. "Kamu ngusir Papa?!"

"Kalau tau, kenapa tanya." tukas Alex.

Tania tersenyum kikuk. Ia menepuk punggung tangan Alex, sebagai teguran.

Bara berdehem. "Alexander, kamu itu udah tau, kalau Papa dan Tania adalah Ayah dan anak. Kita itu sedang Quality time, seharusnya kamu yang mengerti, dan pergi, kalau perlu nggak usah kembali."

"Oh. Siapa?"

Bara memasang wajah angkuh. "Kamu lah,"

"Yang tanya." sela Alex cepat.

"Al," tegur Tania.

Tania tau kalau Papa nya dan Alex, jika sudah bertemu pasti ada saja yang diperdebatkan. Tapi, ia tau, kalau itu hanya sekedar candaan belaka. Nyatanya, itu memang sudah terjadi sejak dulu, bahkan sebelum Tania bertemu dengan kedua orang itu.

Mereka berdua sudah terlihat seperti Ayah dan Anak kandung. Bahkan saat weekend tak jarang mereka pergi keluar untuk menghabiskan waktu bersama. Salah satu contohnya adalah bermain golf bersama.

"Apa?" tanya Alex.

"Apa, apa, apa your head!" Itu bukan suara Tania, tapi Bara yang saat ini tengah bersantai menonton tayangan televisi.

Alex mendesis tajam.

Bara yang merasa diintimidasi pun menoleh dengan santai ke arah Alex. "Apa? Papa hanya menyerukan pikiran Papa, ketika melihat tayangan tidak berfaedah itu."

Telunjuk Bara menunjuk ke arah TV yang memperlihatkan laki-laki dan perempuan yang tengah berdebat, dengan si perempuan menangis histeris dan si laki-laki marah-marah. Drama sekali.

"Kalau nggak berfaedah, kenapa ditonton?" tanya Tania yang terlihat bingung.

"Kurang kerjaan." cetus Alex. Alex beralih menatap istrinya, ia tak memperdulikan Bara yang tengah mengoceh panjang lebar karena ucapannya. "Sudah lebih baik?"

Tania mengangguk kecil. "Iya. Tadi udah bicara sama Papa, jadi lebih lega."

Alex mengangguk puas. "Ke aku?"

"Nanti deh, di kamar," kata Tania.

Alex mengangguk lagi. Sebenarnya ia tak perlu tau soal itu melalui Tania. Sedari tadi, ia sudah mendengar apa saja yang diucapkan Tania lewat penyadap suara yang berada di balik meja ini.

Alex memiliki rumah yang begitu besar dan juga megah, sudah dipastikan banyak alat canggih yang terpasang di setiap sudut tempat, demi keamanan, agar tetap terjaga. Musuhnya bertebaran di luar sana, dan sekarang ada Tania yang harus ia jaga sampai mati, ia akan melakukan apa saja agar Tania tetap aman dan terlindungi.

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang