Melihatnya dengan wajah yang sangat polos membuatku jatuh cinta pada pandangan yang pertama. -Alfarez
🦅🦅🦅
"Ikut gue!"
Alfarez menarik Riri untuk mengikutinya, Bulan yang berada disebelahnya pun bingung tiba-tiba sahabatnya ditarik.
"BULAN LO DULUAN AJA YA, NANTI GUE NYUSUL!" ucap Riri berteriak menyuruh Bulan agar tidak menunggunya disana.
"Gede banget congor lo" celetuk Alfarez malas masih tetap menarik Riri dan berjalan cepat yang Riri tak tau arahnya kemana.
"Heh Alfamidi! Kita mau kemana?" tanya Riri bingung, sebab cowok di depannya ini membawanya ke pintu utama gerbang.
"Alfarez! Astaga! Heh!" pekik Riri yang terus menerus agar Alfarez meregangkan genggamannya.
"Lo itu bisa berenti ngoceh gak sih?" tanya Alfarez kesal, mereka berhenti di depan motor sport Alfarez yang terparkir rapih di tempatnya.
"Lo dari tadi nanyain mau kemana? Kita mau bolos!" jawab Alfarez lalu memakai helm fullfacenya.
Riri menaikan satu alisnya masih gak mudeng dengan apa yang Alfarez ucapkan "Hah?" tanyanya sambil bengong, "Naik!" bentak Alfarez kelewat kesal karena Riri tak memahami maksudnya.
"Bentar deh bentar, ini mau bolos? Ih gue gak mau! Entar gue diomelin mai Kakak tersayang unch unch" ujar Riri takut dengan gaya alay yang ketularan Bulan.
Alfarez mengangkat tangannya lalu mengapit kepala Riri menempel dada bidangnya "Naik gak lo?!" ancam Alfarez, "A-ah iya iya gue naik!" pasrah Riri mengikuti Alfarez dan menaiki motor sport miliknya.
Riri memegang bahu Alfarez sebagai pegangan, tanpa Riri ketahui Alfarez sudah senyam senyum sendiri dibalik helmnya.
Motor Alfarez membelah jalan yang cukup ramai, karena saat ini jam 12 siang matahari pun sangat terik sampai Riri sedikit memejamkan mata akibat sinarnya.
Alfarez memberhentikan motornya disebuah bangku taman kayu yang berada diujung lampu merah penyebrangan jalan. Saat motor berhenti Riri pun turun dan duduk dibangku tersebut, ia merapihkan kerah seragamnya yang sedikit berantakan akibat angin saat naik motor tadi.
"Kaya gak asing" gumam Riri menatap orang orang menyebrang.
Alfarez duduk disamping Riri sambil mengacak poni rambutnya, sambil menatap Riri yang menyender ada bangku tersebut.
Riri mengayunkan tangannya menunjuk suatu tempat "Disana, tempat kejadian yang bikin gue trauma" ucapnya tak sadar.
Alfarez mengikuti arah pandang Riri, Riri menunjuk tempat yang terdapat sebuah pohon yang sudah hampir roboh.
5 tahun yang lalu.
"Non darurat non!" panik Bi Minah saat membuka kamar anak majikannya.
Terlihat Riri yang sedang memainkan boneka dan robotnya yang asik sendiri, Ayra yang hanya ikut-ikutan langsung menoleh ke arah pintu saat pintu terbuka.
"Kenapa Bi?" tanya Ayra.
"Nyonya, non, nyonya-" Bi Minah pun tak sanggup mengatakan ini ada anak-anak yang masih polos seperti ini.
"Bunda? Bunda kenapa Bi!" teriak Riri panik saat Bi Minah mengucapkan kata 'nyonya'.
"Nyonya kecelakaan non" ucapnya pada akhirnya.
Ayra yang mendengarnya langsung berdiri dan menarik Riri keluar kamar, Riri yang masih menggenggam boneka beruang kecil tetap ia bawa.
Ayra dan Riri memasuki mobil yang sudah berisi supir "Pak ke tkp pak!" perintah Ayra tegas, sang supir pun melajukan mobil ke tempat sang nyonya kecelakaan.
Selama kurang lebih 10 menit, mereka sampai ditempat yang tidak jauh dari tkp. Saat lampu menunjukan warna hijau untuk penyebrang mereka berlari untuk menyusul sang Bunda.
Saking terburu-burunya Riri menabrak orang yang berjalan berlawan arah dengannya, bahunya dan bahu anak seumuran dengannya itu berbenturan, tanpa sadar Riri menjatuhkan boneka yang sedari tadi digenggam.
Tak peduli dengan boneka ia tetap lanjut berlari dengan tangan yang ditarik kuat oleh Ayra.
Berbeda dengan anak laki-laki yang ditabrak tadi, ia mengambil boneka yang terjatuh lalu menatap punggung Riri yang semakin jauh.
Wajah Riri yang panik dan ada jejak air mata dipipinya terus terngiang. Apalagi saat anak perempuan itu menatapnya dalam.
"Ayo Alfarez, jangan ditengah, orang mau nyebrang" ajak Varent menggenggam tangan anaknya yang lumayan dingin.
"Itu punya siapa?" tanya Bima menunjuk boneka beruang kecil yang ada ditangan kiri anaknya.
"Tadi jatuh pas tabrakan sama Farez" ucapnya sambil menatap boneka tersebut.
Saat memasuki mobil Alfarez tetap menatap boneka itu intens, sambil memikirkan wajah anak perempuan yang menabraknya tadi. Mungkin ini adalah pandangan pertama yang menimbulkan perasaan bagi Alfarez, namun hari itu adalah hari yang sangat ingin Riri lupakan dalam sejarah hidupnya.
Sesampainya dirumahnya Alfarez turun duluan dan berlari ke arah kamarnya dengan tergesa, ia menarik kertas kosong dan tak lupa mengambil pensil. Alfarez mulai membuat sketsa wajah anak perempuan itu, memang dari kecil dirinya sudah pandai menggambar sketsa orang dengan tangan lentiknya.
Ia menggambar Riri yang sedang berlari membawa bonekanya sebelum bertabrakan dengannya, ia menatap lurus kedepan mengikuti langkah kakaknya, jejak air matanya begitu jelas Alfarez gambarkan, seolah ia merasakan apa yang gadis itu rasakan dalam lubuk hatinya.
Selesai menggambar Alfarez mengambil bingkai yang kosong disebelah lemarinya yang terhimpit, ia memasukkan hasil gambarannya pada bingkai tersebut dan dipajang tepat disamping tempat tidur Alfarez. Tak lupa menaruh boneka yang sedikit kotor itu disebelahnya, ia merobek kertas berbentuk kecil dan menuliskan 'pretty girl' dan menaruhnya ditangan boneka tersebut.
"Lo, adalah orang yang paling gak akan gue lupain pada hari itu" celetuk Alfarez membuat Riri menatap sisi kiri wajahnya.
Riri mengerutkan alisnya, apa maksud dia? Apakah dia ada saat kejadian itu terjadi?
"Maksud lo?" tanya Riri heran, Alfarez tak menjawab tapi malah berdiri mengajak Riri kembali ke sekolah, "Naik cepet katanya lo diomelin sama Kakak tersayang lo yang unch unch itu" ucap Alfarez meledek sambil menirukan gaya bicara Riri tadi.
Riri memberengut kesal lalu segera menaiki motor Alfarez yang terlalu tinggi baginya itu. "Iiiihhh Alfarez kasih tau dulu maksudnya apa?!" teriak Riri membuat beberapa orang menatapnya.
Tidak peduli dengan Riri yang terus mengoceh Alfarez menarik gas motornya diatas rata-rata, dan Riri pun berhenti berteriak karena takut bibirnya bisa terbang terbawa angin, Riri mengapit tangannya mencubit jaket kulit milik Alfarez karena takut badanya juga ikut terbang.
Merasakan kepala Riri menempel pada punggungnya Alfarez tersenyum kecil dibalik helmnya, sedangkan Riri sedang kesusahan mengumpat dibelakang Alfarez karena rambutnya yang terbang kesana kemari menusuk nusuk matanya.
🦅🦅🦅
Haloha Ririreaders!!!
Pandangan dari Alfarez nii, ada yang mau digambar Alfarez ga nih???:vote+comment:
to be continue ya bund-!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ririchiela [End] ✅
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Awal cerita menceritakan Riri yang hidup dengan dendamnya selama bertahun-tahun, hingga dipertemukannya oleh takdir dengan sosok yang menjadi pendamping hidupnya. Masa putih abu-abu yang sangat indah ia lewati bersam...