Semua telah kembali ke markas masing-masing, dengan geng X-chost diclaim sebagai rekan. Karena The Eagle's telah memenangkan taruhan yang tak berguna dari seorang Iqbal Gu.
Sampai markas, Riri mendudukan dirinya disofa yang sangat empuk tersebut. Ia merebahkan diri dan menutupin wajahnya dengan topi hitam milik Alfarez.
Laki-laki bertubuh bongsor itu duduk disebelahnya. Menatap keramaian markas yang sejak kembali sudah heboh.
"Tadi lo keren loh" ucap laki-laki disampingnya itu.
Riri berdeham singkat, tak berniat membalasnya. Tubuhnya lumayan lelah setelah mengobati beberapa orang yang sudah menjadi keluarganya.
"Ngeliat lo jago bela diri, kayanya itu jenis jurus karate" Alfarez berujar, tangannya tergerak melepas topi yang menutupi wajah Riri.
"Gue ikut karate diluar sekolah."
"Sebentar lagi, siswa tingkat satu bakal milih masing-masing club. Gue dukung lo masuk karate."
"Gak ada minat."
"Loh kok?!" Alfarez terkejut, tadi Riri bilang dia mengikuti karate diluar sekolah, mengapa ditawari bergabung ke club itu ia bilang tak ada minat?
"Gue ikut karate bukan buat dikenal banyak orang" Riri menjawabnya, lalu menaikan kedua kakinya ke sofa lalu memeluknya.
"Tapi seenggaknya, setiap pertandingan kalau lo menang ada hadiah. Dan lo gak perlu capek kerja lagi" Alfarez mengusap punggung Riri yang tampak lemas.
"Lo belom makan ya?" Alfarez menanyakan.
"Eng, belum" suara Riri memelan.
"Tunggu disini, biar gue masakin."
"Tapi, Al. Lo bi-" ucapan Riri terpotong saat melihat punggung Alfarez yang berjalan menjauh darinya.
Saat Riri mulai memejamkan mata kembali, dia mendengar suara derap kaki yang berlari dari pintu utama. Entah mengapa telinganya sangat tajam saat itu.
Riri menoleh ke samping kirinya, terdapat pistol kecil. Riri mengambilnya sebagai tanda waspada, tak ada yang memperhatikannya, semua sibuk dengan kesibukan sendiri.
Sementara Riri sudah menodongkan pistol ke arah pintu utama.
Cklekck.
Suara pistol diisi peluru oleh Riri, walau ragu Riri tak pernah memegang pistol sebelumnya tetap Riri todong kan ke arah pintu.
"OHAYOOO MINA-SANNN!!!" pekikan itu sangat memekakkan telinga.
Riri sampai menjatuhkan pistolnya saking ingin menutup telinga dengan kedua tangan. Saat ia membuka mata, terlihat ada wanita cantik yang membawa dua kantong kresek berisi... Martabak?
Tiba-tiba disekelilingnya bersorak senang, seperti menyambut kedatangan wanita itu.
"Kak Lea!" teriak Alingga senang saat menoleh ke pintu.
"Lea-sann!!!" Vendo mengikuti logat wanita bernama Lea itu.
"Liat nih gue bawa apa, yuk kita mukbang!!" wanita bernama Lea itu kembali berseru dan disusul sorakan meriah dari pasukan The Eagle's.
Leandra Arlad Synasia adik dari Leo si pensiunan ketua The Eagle's. Berumur 20 tahun dan sudah memiliki tunangan.
"Lea?" tanya Riri pada diri sendiri, ia tak tahu siapa itu Lea.
"Dedek Arez mana?" tanya Lea pada Radit yang sibuk dengan ponselnya.
"Tadi kalo gak salah ke dapur" Radit menjawab tanpa memalingkan wajahnya dari ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ririchiela [End] ✅
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Awal cerita menceritakan Riri yang hidup dengan dendamnya selama bertahun-tahun, hingga dipertemukannya oleh takdir dengan sosok yang menjadi pendamping hidupnya. Masa putih abu-abu yang sangat indah ia lewati bersam...