"DISINI!" Riri mengayunkan tongkat baseball ke tengkuk laki-laki botak. Temannya yang menyadari langsung menembaki Riri tanpa melihat, dia terlalu panik.
Riri dengan langkah cepat mengambil pistol yang masih digenggam orang yang pingsan itu "Rusak dah ruangan vip ini" gumam Riri melihat peluru dimana mana.
Riri menatik pelatuk itu dan mengarahkan ke arah tangan yang memegang pistol.
Dor!
"Akkhh!" lelaki itu menjerit kesakitan dengan darah yang terus menetes.
"Alpamidi cepet hubungin bokap lo!!" teriak Riri "Siap!" teriak Alfarez dibalik kamar mandi yang tengah bersembunyi.
Sebenarnya Alfarez ingin menghajar para pemegang pistol tadi, tapi melihat keadaannya yang seperti ini Riri melarang keras dan bilang kalau ia saja yang turun tangan.
Tersambung.
"Pah, halo pah, ada penculik. Cepat ke ruangan Alfarez!"
"Papah kesana segera Rez."
Bima langsung mematikan sambungan dan segera jalan ke rumah sakit Alfarez dirawat. Alfarez keluar dari kamar mandi, melihat darah yang tergenang dilantai dari tangan si pemegang pistol.
Riri melemparkan pistol itu ke dekat pria botak yang pingsan tadi lalu berlari cepat ke arah Alfarez "Lo gak papa?" Alfarez memastikan sambil menyentuh kepala Riri.
Riri tersenyum "Gak papa Rez."
Tak lama suara langkah kaki terdengar dari luar "Astagfirullah Pah!" pekik Varent yang melihat dua penjaga tewas dan juga darah yang tergenang.
Bima membawa beberapa bodyguard lagi untuk membawa si penculik ke basement markas The Eagle's.
Bima mengeluarkan ponselnya memanggil perawat "Tolong pindahkan anak saya ke ruangan berbeda."
Varent langsung mengecek keadaan anaknya "Farez, kamu gak papa kan?" ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Farez tersenyum, senyuman itu dimata Riri sangat menenangkan hatinya, tak bisa lepas pengelihatannya dari senyum itu.
"Farez gak papa, Mamah harusnya khawatirin Riri. Dia yang ngelawan dua penculik itu" ujar Alfarez menatap Riri yang masih tak sadar ditatap Alfarez.
Varent beralih memeluk tubuh Riri "Kamu gak papa? Kenapa kamu bisa melawan dua orang itu?" tanya Varent disela pelukannya.
Riri mengerjabkan matanya "Aku cuma seorang gadis yang berusaha melindungi si bos dari bahaya" ucapnya lalu disusul senyum manisnya.
Varent melepaskan pelukannya lalu menatap manik mata Riri, kedua tangannya mengelus kepala Riri.
"Kamu bukan gadis biasa Ri."
"Maaf bu, saya disini di utus suami anda untuk memindahkan pasien ke ruangan vip lain" ucap sang perawat membuat fokus Riri beralih padanya.
Tapi ucapan Varent terus berputar dibenaknya.
Kamu bukan gadis biasa Ri.
Apa maksudnya itu?
"Farez, gue ikut lo ya?" rengeknya dengan berjalan cepat mendekati Alfarez.
Tangan kanan Alfarez menangkup pipi Riri, lalu mengangguk. Jarinya mengelus singkat pipi putih itu lalu melangkah dituntun oleh 2 orang perawat.
"Kamu udah makan? Makan sama tante yuk?" Varent mengajak Riri makan bersama dikantin rumah sakit, karena ini juga sudah malam. Tangannya mengambil tisu dari tasnya dan mengelap jejak air matanya yang ada dipipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ririchiela [End] ✅
Fiksi Remaja[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Awal cerita menceritakan Riri yang hidup dengan dendamnya selama bertahun-tahun, hingga dipertemukannya oleh takdir dengan sosok yang menjadi pendamping hidupnya. Masa putih abu-abu yang sangat indah ia lewati bersam...