Dua hari setelah Alfarez dipanggil ke ruang kesiswaan, Riri jadi susah dihubungi. Baru saja Alfarez ditelepon Bianca dikira Riri dibawa kabur, padahal dia juga lagi kalang kabut Riri susah dihubungin.
"Mau ngomong tapi malah ngilang, ga bisa aku tu digosting macam niii" gerutu Alfarez sambil mengetuk-ngetukan ponselnya pada dahinya.
Tiba-tiba ada notifikasi masuk ke ponselnya.
Dari Bianca, berisi Riri ditemuin diatas rooftop kantor, dia lagi tidur kartu simnya ke lepas dari hpnya. Lo lagi ada masalah apa sama Riri?
Alfarez terjengkit membaca pesan itu, pantas saja tak bisa dihubungi. Lalu dengan cepat ia menuliskan pesan menjelaskan yang terjadi pada Bianca.
Sambil mengacak rambutnya Alfarez merasa bersalah atas semua ini, ia mengambil berkas itu dan hendak merobeknya. Namun beberapa hal membuatnya berhenti melakukan itu.
Tinggal lusa hari keberangkatannya, Alfarez diajukan pertukaran pelajar ke Jepang hingga tahun terakhir dirinya dijenjang SMA.
Mau tidak mau, bisa tidak bisa, Alfarez harus menemui Riri malam ini atau besok.
Bima tiba-tiba masuk ke kamarnya membuat sekali lagi Alfarez terkejut "Apa itu Rez?"
"Papah ngapain kesini?" tanyanya dengan nada berusaha normal.
"Papah mau ngajak kamu makan malam, dipanggilin Ghea kamu gak nyaut, mamah lagi sibuk nyiapin makanan" jawab Bima.
Tanpa banyak bicara Bima menarik kertas yang berada ditangan Alfarez, membacanya dengan seksama dengan mata yang perlahan membulat.
"Pertukaran pelajar ke Jepang? Kenapa kamu gak kasih tau Papah lebih awal?" tanya Bima menatap anaknya yang masih bengong.
"Itu juga baru dibagi dua hari yang lalu kok Pah" ujar Alfarez.
"Setujui itu, Lea juga bakal ngasih kamu tempat tinggal. Kesempatan gak datang dua kali Rez" ucap Bima.
"Tapi Pah, Farez harus bicara dulu sama Riri. Gak bisa tiba-tiba Alfarez pergi gitu aja."
"Besok kamu temui Riri, mau kapan lagi lusa kamu udah flight."
"Ck yaudah besok Farez pikirin udah ayo turun Farez laper" ujar Alfarez mengalah.
🦅🦅🦅
Keesokan harinya Riri sedang asik bengong tiba-tiba dikejutkan oleh seseorang yang membuka pintu kamarnya, otomatis kepalanya menoleh ke arah pintu.
"Ayo keluar, katanya kamu mau ngomong sama aku" pinta Alfarez yang berdiri di pintu.
"Duluan" Riri sambil mengambil jaketnya karena udara diluar cukup dingin karena selesai hujan.
Alfarez menunggu di ruang tamu, dan tak berselang lama Riri turun dengan wajah lusuhnya. Alfarez langsung menghampiri dan merangkup pipi sang kekasih memastikan keadaan tubuhnya.
"Kamu sakit?"
"Nggak udah ayo."
Mereka keluar, berjalan kaki ke taman komplek. Sebenarnya hari sudah mulai gelap tapi kalau tidak dibicarakan tidak akan selesai.
"Aku-"
"Aku udah denger, aku galau kamu bakal setujuin itu, kamu pasti tolakan Rez? Tapi kalo aku maksa kamu kayak gini aku- aku terlalu egois" Riri memotong pembicaraan Alfarez, sambil perlahan is akan terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ririchiela [End] ✅
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Awal cerita menceritakan Riri yang hidup dengan dendamnya selama bertahun-tahun, hingga dipertemukannya oleh takdir dengan sosok yang menjadi pendamping hidupnya. Masa putih abu-abu yang sangat indah ia lewati bersam...