17. Tempat Bersandar

75 11 0
                                    

Entah apa yang ada dipikiran anak itu, sejak kejadian kemarin Riri sama sekali tak bicara pada siapapun.

Tapi tetap menjalani aktivitas sehari-harinya, dan selama itu juga Riri selalu menghindar dari Alfarez.

"R-"

Baru mau memanggil Riri sudah mengaitkan tas dibahunya lalu berjalan keluar kelas, ia dan Ayra juga sepakat untuk tidak pulang bersama hari ini.

Riri menuju tempat kerjanya untuk menggantikan sift Detik, sampai sana ternyata ada Dimas yang sedang menyusun beberapa produk.

"Eh, Riri udah dateng."

Riri hanya tersenyum tipis menanggapi, lalu menaruh tas ranselnya dikursi kasir dan memakai rompi kerjanya.

"Ri, gue mau ke toko komik sebentar yah. Ada bang Dimas kan?" Detik keluar dari ruangannya, dan merapihkan kemeja putihnya.

Riri mengangguk "Iya, lo hati-hati."

Detik melangkahkan kaki ke arah pintu keluar, tak lama Dimas datang mendekati meja kasir.

"Maaf bang jarang masuk, lagi sibuk banget."

Dimas mengembangkan senyum maklum "Gapapa, gue ngerti."

"Pemasukan hari ini tolong lo bukuin ya, soalnya mau dikirim ke kantor pusat minimarket ini seminggu sekali."

Lagi lagi Riri hanya mengangguk dan tak menatap Dimas yang ada di depannya, dia mengeluarkan ponsel guna menghilangkan rasa bosan.

"Gue cabut, Detik kalo ke toko komik gak lama kok."

"Iya, hati-hati bang."

Dahi Dimas berkerut, ada yang aneh dari sikap Riri sejak masuk tadi. Tak ada senyuman yang biasanya selalu mengembng diwajahnya, dan Riri hari ini memakai kacamata.

Tatapan hangat yang biasa menatapnya kini hanya tatapan kosong yang tak ada artinya.

🦅🦅🦅

Alfarez berencana ke tempat kerja Riri, karena sebentar lagi Riri ganti sift.

Saat itu jam 9 malam, Alfarez berdiri disamping pintu minimarket.

Yang ditunggu akhirnya datang, pintu disampingnya terbuka memperlihatkan Riri yang sedang merapihkan rambutnya sambil berjalan menuju motornya.

Alfarez langsung mengejarnya dengan langkah yang besar, ia melepas topinya lalu memasangkan pada kepala Riri hingga Riri terhenti sejenak lalu menengok ke arah belakangnya.

Di dapatnya Alfarez tengah tersenyum hangat padanya.

"Ngapain?" Riri begitu dingin dari nadanya.

"Nunggu lo."

Riri menghela nafas lalu melepaskan topi berwarna navy itu, menggenggamnya tanpa berniat melepaskan.

"Gue tau Ri, malah gue takut lo yang disakitin sama Om Rifki."

Kata-kata Alfarez membuat Riri tercekat, bagaimana dia bisa tau sejauh itu?

Ririchiela [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang