34. Festival

49 3 0
                                    

Hari ini sudah mulai masuk sekolah, sebenarnya sudah lama sih masuk sekolah... Hari ini katanya akan ada festival olahraga, kayak yang diomongin Ayra sama Bulan dicafe waktu ulang tahun Ayra inget kan?

Banyak lomba dan banyak jajanan yang digelar diacara festival ini, lombanya antar kelas jadi perkelas akan memiliki perwakilan untuk mengikuti setiap lomba.

Kali ini Alfarez tak memindahkan teman-temannya sekelas dengannya, malah beda kelas alhasil mereka harus melawan kelas Alfarez yang notabene nya bosnya sendiri.

Katanya biar enak beduaan sama Riri tanpa diganggu para kumpulan lalat, eh.

Riri saja sampai tak habis fikir dengan Alfarez memberikan alasan yang tidak masuk akal setelah ditanya mengapa rombongannya tak satu kelas.

Setelah melalui beberapa seleksi Alfarez menjadi salah satu perwakilan dilomba lari jarak dekat, Riri yang tadinya mau ikut lomba malah ke pilih jadi panitia ya jadi pasrah saja.

Kini Riri sedang berjalan dengan Bulan yang sama sama panitia, sedang mencatat beberapa hal yang perlu dicatat.

"Panas banget Ri, kesana dulu yuk neduh, sekalian beli makan gue laper" pinta Bulan lalu diangguki Riri.

Mereka duduk di salah satu tenda penjual makanan yang penjualnya dari kelas Riri "Gue beli itu dong, dua porsi ya" pinta Riri sambil menunjuk makanan yang dipilih nya.

"Oke Ri."

"Gak demen banget nih gue dipilih jadi panitia, padahal gue mau ikut lomba njir, yang basah basahan seru tuh" dumel Riri sambil menghempaskan bokongnya mendarat disamping Bulan.

"Capek tau ikut lomba, mending jadi panitia gini deh" sahut Bulan.

"Heh Bulan, lo enak jadi tim hore doang, gue harus ngabsenin tiap lomba apa gak pening pala gue."

"Lomba lari jarak pendek kapan sih? Alfarez yang jadi perwakilan soalnya" tanya Riri pada Bulan membuatnya menoleh.

"Eh serius Alfarez? Di kelas gue yang penuh sama temennya Alfarez Vendo perwakilannya" ujar Bulan sambil tertawa, sangat kebetulan.

"Hahaha persaingan antara bos dan anak buah" sambung Riri sambi diikuti tawa Bulan yang belum berhenti.

Mic dari pusat pemberitahuan berbunyi, memanggil seluruh peserta lomba lari jarak pendek. Kalau dihitung hitung umur hubungan ini baru 2 bulan berjalan.

Bulan langsung mengajak Riri yang sedang mengunyah makanannya.

Mereka sampai dilapangan outdoor dan benar saja lomba lari itu sedang dilaksanakan, Alfarez hanya menggunakan kaos putih dan tidak memakai baju olahraga nya.

Sambil dipasangkan nama dan nomor peserta oleh salah satu siswi yang sudah memerah wajahnya karena berhadapan dengan Alfarez, Alfarez malah melayangkan fly kiss pada sang kekasih, membuat Riri tersenyum kecil lalu menghampiri nya.

"Gue kesana dulu" pamit Riri pada Bulan yang kesal tiba-tiba ditinggal.

"Sini gue aja yang pasang" suara Riri mengintrupsi siswi yang sedang mengikatkan tali nama dengan lambat.

"Tapi gue panitia-" belum selesai berbicara perkataan siswi itu dipotong cepat oleh Riri.

"Gue juga panitia" ujarnya sambil mengangkat nametagnya, Alfarez hanya terkekeh melihat interaksi dua cewek dihadapannya ini.

Siswi itu menghela nafas lalu pergi meninggalkan mereka "Dih sok banget lo" gumam Riri sebal.

"Kamu galak banget, pantes aja temen temen aku pada manggil kamu bubos galak" goda Alfarez sambil menoel hidung Riri.

"Kamu juga mau ikut ikutan?!" kecam Riri sambil memelototkan matanya membuat Alfarez makin tertawa kencang.

"Udah sana gih, bentar lagi mulai" usir Riri.

"Kamu ngusir?" tanya Alfarez manja.

"Iya! Udah sana!"

Alfarez beralih ke lapangan untuk siap bertanding, sedangkan Riri mendekati meja panitia mencari kursi kosong.

"Huh gak ada lagi" dumelnya lalu menatap Alfarez yang sudah berkeringat dijemur dibawah sinar matahari pagi.

Prittt!

Tanda peluit sudah berbunyi menandakan perlombaan sudah dimulai, kini Vendo memimpin dengan senyum manis yang menghiasi wajah tampannya.

"Vendooo gue yang menang gue dapet apa?!" teriak Alfarez sambil berlari mengejar Vendo.

"Gue bos yang menang, nyerah aja udahhh ehhhh!" kini Alfarez sudah disamping Vendo sambil menyenggol nyenggol agar Vendo tumbang.

"Bos main bersih lah! Curang looo!"

Alfarez memeletkan lidah meledek Vendo lalu berlanjut lari kencang hingga garis finish.

Dan ya, permainan dimenangkan oleh Alfarez. Namun setelah melewati garis finish Alfarez malah kebablasan dan berlari menuju meja panitia.

"Eh eh eh" semua panik, apalagi Riri.

Alfarez dengan senyum lebarnya merentangkan tangan lalu mendekap Riri dan bertabrakan dengan tubuhnya hampir saja mereka berguling-guling di rumput kalau Alfarez tak menahannya.

🦅🦅🦅

Semua pertandingan sedang beristirahat, Riri dari tadi sibuk mencari sang kekasih yang tiba-tiba menghilang dari pandangannya. Nanya pada semua sahabatnya juga pada gak tau.

Riri memasukan ponsel ke dalam saku dan membawa tasnya ke pundak untuk pergi ke lapangan, sedari tadi ia beristirahat dikelas yang jauh dari keramaian setelah cukup lama mencari Alfarez.

Saat turun tangga Bulan menghampirinya dengan tergesa-gesa, Riri memiringkan kepalanya bingung.

"RI lo nyari Alfarez kan? Dia lagi dipanggil diruang kesiswaan. Gue juga baru tau dari Vendo" ucapnya sambil menyeka keringat.

"Hah? Emang dia buat masalah?"

"Nggak, kalo buat masalah pasti yang lain juga ikutan. Ini cuma dia yang dipanggil, coba lo samperin sana" suruh Bulan membuat Riri mengangguk dan melangkahkan kaki menuju ruang kesiswaan.

Sesampainya disana Riri mengintip sebelum masuk, tidak ada yang sedang mengomel. Guru yang biasanya memberi hukuman pada anak anak yang nakal pun sedang mencari sesuatu.

Dan Alfarez juga dengan santainya melipat kaki sambil memainkan ponsel dikursi.

Riri mendekat ke arah pintu dan hampir meraih gagangnya "Ini berkasnya, saya harap kamu setuju dengan keputusan yang diambil oleh pihak sekolah" ujar guru bimbingan konseling.

Alih-alih membuka pintu Riri malah menempelkan telinganya pada pintu untuk mendengarkan lebih lanjut apa yang mereka bicarakan.

"Kenapa harus saya pak?"

"Nilai kamu tertinggi tahun kemarin, dan kami juga sudah merundingkannya, memang susah memilih antar kamu dan Riri. Tapi kami yakin ku yang bisa diandalkan."

"Saya konfirmasi lagi ke papah saya ya pak, permisi" ucap Alfarez bangkit dari duduknya.

Riri terkaget pintu tiba-tiba terbuka, dia menatap Alfarez dengan tatapan yang sulit.

"Aku perlu ngomong sama kamu" begitu singkat ucapan Riri lalu berlalu pergi meninggalkan Alfarez yang kikuk akan kejadian barusan.

Ia belum siap memberitahu Riri, dianya malah nguping:(

🦅🦅🦅

Up setelah berminggu-minggu menghilang.
Jujurly aku agak ga enak karena book ini kurang rame juga jadi kek gak ada mood buat lanjutin:(
Tapi karena aku mau satu book aku tamat, chapter depan udah end!^^
Makasih udah mau baca cerita yang amuradul gak jelas ini huhu

Ririchiela [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang