'Cinta datang karena terbiasa' itulah prinsip yang diterapkan seorang Rizky Billar dalam hidupnya. Sejak bertemu Lesti, ia merasakan adanya rasa kenyamanan jika dirinya dekat dengan Lesti. Dia jatuh cinta pada cara Lesti memperlakukannya, perhatiannya, dan banyak hal. ya walaupun mereka baru bertemu tiga kali, tapi rasanya perasaan ini semakin tumbuh lebih subur. Apakah ia harus mengungkapkan perasaannya kepada Lesti?
"entah kenapa semenjak ketemu dia, kok gue rasa dia orang yang tepat ya," Billar tersenyum sambil menatap langit langit kamar.
"ya udah lah daripada dipendem, gue cerita aja sama Rico," Billar menelpon sahabatnya, yaitu Rico. Karena menurutnya, Rico adalah orang yang tepat untuk bercerita.
Billar pun mengambil handphone nya yang ada di laci meja nya, lalu dengan hati gembira Billar langsung segera menelpon Rico.
Billar
"hallo co,"Rico
"hallo lar, ada apa? tumben lu nelpon."Billar
"hmm, gue mau curhat nii,"Rico
"udah kayak cewek aja lu, hahah canda larr candaa,"Billar
"aelah serah lu deh, gue mau cerita serius nih,"Rico
"waktu dan tempat dipersilahkan,"Billar
"co, kayaknya gue sama dede ini deh,"Rico
"wait, ini apa?"Billar
"gue mulai ada perasaan sama dia sejak gue jadi model vidio klip dia, dan gue mau serius sama dia,"Rico
"alhamdulillah, gue seneng dengernya lar, ungkapin aja,"Billar
"iya, makasih ya Co,"Setelah curhat kepada sahabatnya, Billar merasa lega dan dalam waktu dekat ini ia berniat untuk mengungkapkan perasaannya kepada Lesti.
"Tok, tok, tok" terdengar seseorang mengetuk pintu kamar Billar.
Billar pun meletakkan handphone nya kembali di atas laci, dan membuka pintu kamarnya.
"ehh ibu," Ucapnya sambil tersenyum.
"kenapa nih, anak ibu senyum senyum?" Tanya ibu Dewi, yang merupakan ibu Billar.
"enggak bu, hehe," Billar menggaruk belakang lehernya yang tak gatal.
"jangan bohong, ibu tau kok," ibu Dewi merayu dan memasuki kamar Billar sambil membereskannya.
"Lesti orang yang tepat untuk kamu jadiin istri," celetuk ibu Billar dengan polosnya.
"bentar, kok ibu bisa tau?" Tanya Billar nenghampiri ibunya yang sedang membereskan tempat tidurnya.
"felling ibu kan kuat," Ibu Dewi tersenyum kepada anak bungsunya.
"ungkapin aja, ibu sama papa udah setuju kok," Rupanya Billar sudah mendapat persetujuan dari ibunya.
"seriuss?" Tanya Billar memastikan.
Ibu hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman sebagai persetujuan. Lalu, ibu Billar pun pergi dari kamar Billar karena ia tak mau mengganggu putranya.
"akhirnyaa gue lega bangett," Billar senang tak karuan, jantungnya berdebar lebih kencang, dan senyuman terus terukir di bibirnya.
***
Keesokan harinya, Lesti dan Billar pergi ke kota Bandung untuk jalan - jalan, mereka mengajak keluarga nya juga untuk ikut ke Bandung.Mereka main ke salah satu mall, dan mereka menuju restoran yang ada di mall, lalu berniat untuk makan.
Saat makan, Lesti menyuapi Billar dengan telaten seperti ia menyuapi orang yang dicintainya. Tatapan Billar tak berhenti memandang mata Lesti yang sayu nan indah.
"kenapa kak? Ngeliattin mulu," Lesti merasa sedikit risih karena sedari tadi Billar terus menatapnya.
"enggak, enggaak," Ucap Billar salting.
"de, boleh nanya gak?" Lanjut Billar.
"nanya apa?" Lesti meletakkan sendok, dan memperhatikan Billar yang sedang berbicara.
"kamu, target nikah umur berapa?" Tanya Billar.
"ya kalau dede sih gak di target, pokoknya asal dede udah bisa bekalin orang tua dede materi. Karena kan dede tulang punggung keluarga," Ujar Lesti menjelaskan.
"oohh iya iya," Billar mengangguk.
"emang kenapa kak?" Tanya Lesti serius.
"berarti kalau kakak ajak nikah sekarang, kamu belum siap dong?" Tanya Billar.
"hah? Nikahh?" Lesti terkejut, karena tiba-tiba lelaki yang baru ia kenal bertanya tentang pernikahan.
"iya, kakak cinta sama kamu de," Billar mengungkapkan isi hatinya dengan perasaan panas dingin, dan hatinya berdegup kencang.
"emang target nikah kakak umur berapa?" Tanya Lesti balik.
"28 sih, tapi tenang pokoknya kalau kakak udah beli rumah, gak nunggu 28 tahun, kakak siap kok," Ujar Billar meyakinkan.
"ya udah kalau kakak mau serius, ngomong aja sama bapak," Ujar Lesti.
"makasih ya de, kakak harap mulai saat ini kita berkomitmen yaa," Billar mengambil dan menggenggam tangan Lesti.
"iya kak," Lesti tersenyum kaku.
"tapi kakak harap hubungan ini jangan terlalu diumbar ya, kamu tau kan media gimana, tunggu waktu yang tepat aja untuk mengumbar, karena kakak gak mau media ikut campur sama urusan percintaan kita, jadi biarlah kita yang tau,"
"iya kak, kakak kan tau dede juga gak suka kalau media ikut campur sama urusan percintaan kita,"
Lesti tiba-tiba meneteskan air mata, dia terharu karena mendengar pernyataan Billar barusan.
"kamu kenapa nangis?" Tanya Billar sambil menghapus air mata Lesti.
"gapapaa, hehe,"
Billar pun hanya membalasnya dengan senyuman manis, pertanda ia juga merasakan hal yang sama.
"dede harap, kakak bisa mencintai dedek karena Allah yah," Ujar Lesti penuh harap.
"insyaallah," Jawab Billar dengan nada lembut.
Saat itu, hari itu, tanggal itu, bulan itu, tahun itu, dan di kota itu, perjalan cinta mereka dimulai dengan sebuah kata 'komitmen' dari kedua belah pihak, serta mengikut sertakan kedua keluarga dengan ikatan 'komitmen' mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suratan Takdir (Revisi)
Teen FictionNOTES: LAGI REVISI JADI MASIH ACAK ACAKAN! *** sebagai dua orang insan yang ditinggal nikah oleh orang orang yang paling mereka sayang, pastinya tersimpan dalam lubuk hati yang paling dalam itu rasa kecewa, namun satu hari kemudian, rasa kecewa itu...