Part 13

1.2K 184 16
                                    

Semilir angin menerpa wajah gadis yang terlihat duduk di salah satu bangku taman rumah sakit. Suasana mulai sepi karna jam sudah menunjukkan waktu malam. Hanya beberapa petugas yang masih terlihat berkeliaran di area rumah sakit.

Huft

Sekali lagi helaan nafas terdengar dari gadis itu. Udara mulai terasa dingin, namun ia seolah tak ingin beranjak dari posisinya.

"Bukankah ini sangat menyedihkan?" ucapnya bermonolog.

"Kurasa Tuhan masih ingin menghukumku."

Ini sudah hari ke sepuluh adiknya sadar dari komanya. Jangan tanyakan keberadaannya di area rumah sakit tengah malah seperti ini. Sudah menjadi rutinitasnya berkunjung saat malam ke rumah sakit. Hanya dengan cara itu dirinya bisa bertemu adik bungsunya.

"Mengapa kau terlihat takut setiap kali bertemu denganku? Apa kau benar-benar tak mengingatnya?"

Seulgi, gadis yang entah sejak kapan duduk seorang diri di taman rumah sakit. Mengingat kembali kejadian beberapa hari yang lalu. Sebuah kenyataan yang tentu membuat ia dan keluargnya terpukul.

Rasanya sungguh tak adil. Cukup besar perjuangan mereka untuk bisa meraih Yeri kembali. Hingga kejadian naas menimpa adik bungsunya dan membuat sang adik kehilangan sebagian ingatannya.

"Kita sudah kembali harmonis Yerim." lirih Seulgi. Ia sudah kehabisan kata-kata hanya untuk sekedar mengungkapkan kesedihan hatinya. Wajahnya berantakan, lingkar hitam terlihat jelas di area matanya. Entah sudah sebanyak apa air mata yang ia tumpahkan.

Setiap malam ia akan mengunjungi Yeri, tentu saat Yeri sudah terlelap. Karna jika Yeri melihatnya, ia selalu mendapat penolakan dari Yeri. Tak hanya dirinya, anggota keluarganya yang lain juga tak pernah Yeri terima. Dan selama sepuluh hari ini, hanya keluarga Hwang yang berada di samping Yeri.

Menyakitkan bukan?
Saat adikmu memilih orang lain dari pada keluarga kandungnya.

Jangan tanyakan bagaimana hati Seulgi, terutama Ibunya. Seulgi cukup bisa mengendalikan dirinya. Tapi tidak bagi Irene. Wanita empat anak itu kehilangan semangat hidupnya. Hal itu tentu menambah pikiran Seulgi. Keluarganya sekarang terlihat begitu rapuh.

"Kau tidak masuk? Udaranya sangat dingin."

Seseorang menghampiri Seulgi lalu duduk di sebelahnya. Seulgi hanya menoleh sekilas, lalu pandangannya kembali lurus ke depan.

Jisoo, gadis yang saat ini duduk di sebelah Seulgi. Sejak dirinya tau jika Yeri sadar, ia langsung memutuskan untuk terbang ke Indonesia. Tentunya bersama Joy.

Keduanya hanya duduk terdiam dengan pikiran masing-masing. Jisoo sempat mengamati penampilan Seulgi. Ia tentu tau bagaimana perasaan Seulgi sekarang. Bahkan saat ini, Joy kembali menjaga jarak dengannya. Jisoo cukup sadar diri.

"Maaf sebelumnya, tapi apa yang terjadi sekarang juga bukan hal yang kami inginkan."

Jisoo sempat terlibat pertengkaran dengan salah satu kakak Yeri. Segala tuduhan selalu di arahkan pada keluarganya. Tapi sungguh ini bukanlah hal yang mereka inginkan.

"Aku juga sama denganmu. Aku tidak menginginkan Yeri hilang ingatan. Karna mungkin... yang seharusnya Yeri benci itu kami, bukan kalian."

Seulgi tak menanggapi ucapan Jisoo. Meski sebenarnya sejak tadi ia setia mendengarkan semua ucapan Jisoo. Ya, dirinya juga membenarkan jika yang seharusnya Yeri benci itu keluarga Hwang, bukan keluarga Kim. Mereka yang sudah mengabaikan Yeri bahkan ketika Yeri dalam keadaan di ambang hidup dan mati.

"Aku janji akan membantumu. Yeri akan kembali pada keluarga kandungnya."

Jisoo beranjak dari duduknya, menepuk pelan bahu Seulgi sebelum melangkah meninggalkan taman rumah sakit. Seulgi hanya diam seraya menatap punggung Jisoo yang perlahan menjauh.

PROMISE 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang