Yeri beranjak dari tidurnya setelah Dokter selesai memeriksa dirinya. Gadis itu perlahan turun dari pembaringan lalu duduk di hadapan Dokter. Yeri tidak sendiri, seseorang menemaninya melakukan pemeriksaan. Tak lama seorang perawat datang dan memberikan hasil pemeriksaan Yeri pada Dokter.
"Bagaimana hasilnya Dokter? Adikku baik-baik saja kan?"
Dokter pria itu mengangkat kepalanya, menatap dua orang gadis di hadapannya. Ia tersenyum ke arah kakak beradik yang tidak sedarah itu.
"Hasilnya sangat baik. Kau sudah sembuh Kim Yerim."
Kedua gadis itu tersenyum bahagia mendengar penjelasan Dokter. Hwang Jisoo, ia menggenggam erat tangan adik angkatnya.
"Tapi kau harus tetap ingat, jangan terlalu melakukan aktivitas berat. Tulang rusukmu baru saja mengalami cidera, jadi pastikan untuk tidak melakukan hal berat jika tak ingin tulang rusukmu benar-benar patah." ucap Dokter panjang lebar.
Yeri sedikit kesal mendengarnya. Pasalnya sejak pertemuannya tiga bulan lalu, pria di hadapannya itu begitu sering menceramahinya.
"Kau dengar kan Kim Yerim."
Pria itu tau, pasti gadis itu sedang menggerutu dalam hati."Aku mendengarnya Dokter Park Chanyeol." ucap Yeri seraya memaksakan senyumnya. Jisoo yang duduk di sebelahnya hanya terkekeh melihat interaksi antara Dokter dengan pasiennya yang keras kepala.
"Baiklah Nona Jisoo, pastikan adikmu melakukan apa yang ku katakan tadi."
Jisoo mengangguk seraya tersenyum. Mereka berdua pamit setelah tak ada yang perlu di bicarakan lagi. Sepanjang langkah mereka keluar dari rumah sakit, Jisoo terus mendengar gerutuan Yeri. Adiknya itu mengatakan jika Dokter Park lebih cerewet dari Ayahnya.
"Dia tak berhenti mengocehiku saat aku tidak datang untuk pemeriksaan. Huh, aku tidak membayangkan bagaimana calon istrinya jika pria itu sangat cerewet."
Jisoo hanya menggelengkan kepala. Dalam hati ia bersyukur melihat Yeri bisa kembali ceria seperti saat ini. Hidup adiknya sudah terlalu banyak kesulitan, Jisoo berharap setelah ini kebahagiaan akan terus menghampiri Yeri.
Jisoo masih sangat ingat saat semua keluarga Kim terlalu sibuk menangisi kepergian Seulgi. Jisoo paham keadaan saat itu, tapi dirinya sedikit geram karna tak satu pun dari mereka mengkhawatirkan Yeri yang juga terluka. Selama Yeri menjalani perawatan di rumah sakit, hanya keluarga Hwang yang mendampingi Yeri.
Tapi Jisoo bersyukur, Yeri bercerita jika dia dan keluarganya sudah memulai semuanya dengan baik. Tidak ingin terus larut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Meski begitu, Jisoo dan keluarganya akan selalu siap Jika Yeri meminta sesuatu atau bantuan padanya. Seperti saat ini, Yeri meminta Jisoo untuk menemaninya ke rumah sakit.
"Yeri..."
Keduanya kini sudah berada di dalam mobil dengan Jisoo yang duduk di kursi kemudi.
Yeri menoleh saat sang kakak memanggilnya.
"Ucapanmu semalam, apa kau serius?" Jisoo bertanya seraya fokus pada kemudi.
Yeri terdiam sejenak, ia menatap pemandangan Ibu kota yang begitu padat.
"Aku akan mencarinya." ucap Yeri.
"Apa kau yakin? Lalu bagaimana dengan keluargamu? Apa mereka akan setuju?"
Yeri menghela nafas lelah. Mungkin keputusannya nanti akan menimbulkan perdebatan di tengah keluarganya. Bahkan ia sempat berdebat dengan Jisoo saat mengutarakan keinginannya.
"Dia tidak bersalah, bagaimana pun dia juga bagian dari keluarga besar Kim."
Jisoo tak lagi bertanya, memilih kembali fokus ke arah jalan. Jika dilanjutkan, ia takut akan kembali berujung perdebatan. Yeri keras kepala, sulit untuk mengubah apa yang sudah dia putuskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE 2
Fanfiction"Inikah caramu menghukum ku?Jika iya, kau benar-benar berhasil melakukannya." "Mengapa kau tak mengatakannya dari awal!" "Satu kali pun kau tak pernah memberiku kesempatan untuk mengatakannya!" "Jika kau dengar ini, kembalilah. Hanya kau yang bisa m...