"Aku tau kau hanya sedang emosi. Pikirkan kembali ucapanmu sebelum penyesalan keluarga kita semakin besar."
Chaeyoung berlalu dari hadapan kakak keduanya. Tangannya terkepal kuat, sebisa mungkin ia menahan amarah atas ucapan kakaknya. Jika saja ia tak mengingat Jennie adalah kakak kandungnya, mungkin sejak tadi ia sudah menambah bekas merah seperti yang Wendy lakukan di pipi Jennie.
Sebelum benar-benar meninggalkan kamar mandi rumah sakit, Chaeyoung menghentikan langkahnya saat mendengar gebrakan pintu yang ia yakini itu ulah kakak keduanya. Chaeyoung tak peduli itu, lebih baik menghindari orang yang sedang tak terkendali emosinya.
......
Seorang gadis terlihat berdiri di sebuah ruangan yang sudah beberapa hari tak ia kunjungi. Menatap sendu pemandangan yang mampu membuatnya benar-benar tak mampu berpijak. Lisa, gadis yang beberapa hari lalu sempat jatuh sakit, hingga keadaan tak memungkinkannya untuk sekedar mengunjungi sahabat sekaligus adik angkatnya yang masih berjuang antara hidup dan mati.
Hwang Yeri, Lisa pikir Yeri masih berhak memakai marga yang sama dengan dirinya. Atau mungkin seharusnya Yeri tetap memakainya dan tetap menjadi bagian dari keluarga Hwang. Ikut bersamanya ke Korea, kemungkinan kecelakaan naas itu tak akan menimpa Yeri.
Perasaan itu selalu sama. Setiap kali mengunjungi Yeri, hanya ketakutan yang menghinggapi hati Lisa. Takut jika sewaktu-waktu Yeri menyerah. Takut jika Tuhan tak memberinya kesempatan untuk memperbaiki hubungannya dengan Yeri. Dengan langkah perlahan, Lisa berjalan mendekati bangsal Yeri. Air mata lolos begitu saja tanpa persetujuannya. Hatinya sungguh sakit melihat Yeri tersiksa dengan alat-alat medis di tubuhnya.
"Ku pikir, saat aku kembali kau sudah bangun. Tapi ternyata kau lebih memilih melanjutkan tidur panjangmu."
Perlahan Lisa meraih tangan lemah Yeri, menggenggamnya dengan sangat erat. Berharap hal itu akan memberi kehangatan untuk adiknya.
"Tanganmu sangat dingin. Kau tak berniat untuk menyerah kan?"
Air mata Lisa terus saja jatuh, rasanya sangat sulit untuk terlihat kuat di hadapan Yeri. Padahal Lisa tau, Yeri tak akan suka melihatnya menangis.
"Kau tau, Kakakmu yang bodoh ini baru saja melakukan kesalahan. Dan aku benar-benar merasa bodoh karna kesalahan ku adalah menyakitimu."
"Kau boleh membenciku, kau boleh memukulku sepuasmu. Tapi aku mohon... jangan hukum aku dengan cara seperti ini Yeri. Aku sungguh takut kau pergi."
Lisa menundukkan kepalanya, sesekali ia mencium tangan Yeri yang masih ada di genggamannya. Gadis itu menyesal, sangat menyesal karna dengan sangat jelas ia mengabaikan Yeri. Mengetahui kenyataan jika salah satu orang yang begitu ia sayangi sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Benar-benar membuatnya terpuruk, hingga dirinya juga harus mendapat perawatan karna jatuh sakit selama beberapa hari.
Mengingat kembali pertengkaran kedua kakaknya yang tadi tak sengaja ia dengar. Jennie dan Chaeyoung. Tak hanya itu, bahkan sampai saat ini keluarga Yeri belum juga menerima permintaan maaf dari keluarganya. Meski Ibu kandung Yeri menerima niat baik keluarganya, tapi tidak dengan saudara kandung Yeri.
"Aku mohon bangunlah. Hanya kau yang bisa menghentikan pertengkaran ini."
......
Joy menatap sekeliling kamar bernuansa biru milik Jisoo. Sempat terkagum, ini kali pertama ia masuk kamar Jisoo. Harum dan rapi. Berbeda sekali dengan dirinya yang memang sedikit malas jika sudah berhubungan dengan membereskan kamar. Joy menatap Jisoo yang berjalan ke arah balkon kamarnya. Ia pun mengikuti langkah Jisoo.
"Bukan kah cuaca hari ini sangat sejuk." Jisoo berucap seraya memejamkan matanya. Menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.
Berbeda dengan Joy, gadis itu malah terlihat mengeratkan pakaian hangatnya. Ia tidak setuju dengan ucapan Jisoo, menurutnya cuaca hari ini begitu dingin. Atau mungkin karna dirinya memang tidak menyukai cuaca dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE 2
Fanfiction"Inikah caramu menghukum ku?Jika iya, kau benar-benar berhasil melakukannya." "Mengapa kau tak mengatakannya dari awal!" "Satu kali pun kau tak pernah memberiku kesempatan untuk mengatakannya!" "Jika kau dengar ini, kembalilah. Hanya kau yang bisa m...