Part 17

1.1K 189 27
                                    

Mobil Tiffany berhenti tepat di depan pintu gerbang sekolah Yeri. Wanita itu segera turun lalu bergegas membukakan pintu mobil untuk putrinya. Ia membantu Yeri untuk turun dari mobil.

"Mama antar ke dalam ya."

Yeri menggeleng cepat.
"Tidak perlu Ma, aku bisa sendiri." ucap Yeri.
Gadis itu tidak ingin merepotkan Ibunya. Yang Yeri tau setelah ini Mamanya itu akan bergegas ke kantor membantu Papanya. Yeri tidak ingin memakan waktu Ibunya yang seharusnya sudah masuk kerja.

"Kau yakin?"

Yeri mengangguk seraya tersenyum. Saat pertama masuk sekolah Yeri masih harus menggunakan alat banltu untuk berjalan. Saat itu Tiffany sempat memintanya untuk memakai kursi roda. Tapi Yeri menolak, ia tidak ingin terlihat lemah juga tidak ingin di pandang kasihan oleh teman-teman sekolahnya.

Seiring berjalannya waktu kondisi kaki Yeri menunjukkan kemajuan. Seperti saat ini, Yeri tak lagi menggunakan alat bantu untuk berjalan. Meski ia belum bisa berjalan cepat, atau bahkan terkadang ia memegangi apa saja di sekitarnya saat kakinya terasa lelah.

"Kim Yerim!"

Ibu dan anak itu menoleh mendengar suara seseorang memanggil Yeri. Seorang gadis terlihat berlari menghampiri Yeri.

Gadis itu sedikit membungkukkan tubuhnya sopan di hadapan Ibu Yeri lalu tersenyum manis.

"Ma kenalkan, dia Kim Yewon. Kami teman satu kelas."

Tiffany mengangguk, ia ikut tersenyum. Syukurlah, putrinya itu bisa bersosialisasi dengan teman-temannya.

"Yeri, sebentar lagi bel masuk kelas." ucap Yewon.

Yeri mengangguk, ia pun berpamitan pada Ibunya.

"Belajar yang rajin ya, maaf Mama tidak bisa menjemputmu nanti." ucap Tiffany seraya mengusap surai hitam anaknya.

"Tak apa Ma, aku bisa pulang dengan bus."

"Tidak sayang. Tetap di sekolah sampai Kak Jisoo menjemputmu. Mama sudah berpesan padanya."

Wajah Yeri terlihat berubah, padahal ia sangat ingin pulang dengan bus nanti. Pasti sangat menyenangkan. Seperti yang Yewon ceritakan.

Yeri berjalan memasuki sekolahnya di ikuti Yewon. Tiffany menatap keduanya  yang mulai menjauh. Yeri terlihat berjalan dengan Yewon yang merangkulnya.

"Benarkah yang tadi itu Ibumu? Woahh kalian terlihat seperti kakak adik."

Wajah Yeri berubah masam.
"Jadi maksudmu aku seumuran dengan Ibuku?"

"Ah tidak-tidak. Ibumu masih sangat muda. Makanya ku pikir dia kakakmu."

......

"Dalam waktu dekat, aku akan kembali bekerja di rumah sakit."

Di rasa cukup, Irene segera mengakhiri panggilannya. Ia terdiam sejenak, memikirkan keputusannya untuk kembali menjadi seorang Dokter. Ia ingin kembali mengabdi untuk orang-orang yang membutuhkannya.

Mommy sangat hebat, bukankah menjadi Dokter itu sangat sulit.

Irene tersenyum, kata-kata itu pernah terucap di bibir mungil putri bungsunya. Seandainya Yeri ingat, gadis itu pasti akan sangat bangga pada Ibunya yang seorang Dokter.

"Mommy akan kembali bekerja sebagai Dokter sayang. Kau pasti akan senang jika mengetahuinya." ucap Irene lirih.

Sebelum kecelakaan hebat itu terjadi, Irene dan Yeri sudah sangat dekat seperti yang seharusnya. Saat itu Yeri mengungkapkan rasa bangganya pada Irene yang seorang lulusan terbaik ilmu Kedokteran. Yeri sempat ingin seperti Irene, tapi gadis itu menyadari keterbatasannya.

PROMISE 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang