Dua bulan kemudian.
Seorang gadis terlihat sibuk dengan buku-buku di hadapannya. Sesekali ia menulis hal-hal yang menurutnya penting. Dua tahun lebih dirinya meninggalkan bangku sekolah, membuatnya harus belajar lebih keras guna mengejar ketertinggalan. Kim Yerim, sesekali ia membetulkan letak kacamata yang bertenger di hidungnya.
Dua bulan yang lalu gadis itu sudah di perbolehkan menghirup udara bebas. Dokter mengatakan proses pemulihan Yeri bisa lebih cepat dari waktu yang di perkirakan, itu karna dirinya bersungguh-sungguh untuk sembuh. Meski dirinya belum sepenuhnya bisa berjalan normal. Tapi setidaknya ia sudah bisa mulai beraktifitas seperti gadis seusianya. Seperti saat ini, Yeri sedang sibuk menjalankan kewajibannya sebagai pelajar.
Kim Yerim, gadis itu harus mengulang kembali pendidikannya di bangku sekolah menengah atas. Tentu saja semua kakaknya sudah duduk di bangku kuliah. Dirinya pun bertekad ingin lulus lebih cepat.
Klek
Pintu kamarnya terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya dengan segelas susu di tangannya. Wanita itu tersenyum melihat putrinya sedang sibuk belajar. Ia meletakkan segelas susu di sisi meja belajar putrinya.
"Serius sekali sampai tidak sadar Mama masuk."
Yeri menoleh, ia sedikit terkejut melihat Ibunya sudah berdiri di sampingnya.
"Mama, sejak kapan Mama di sini?"
Tiffany tersenyum, tangannya terulur mengusap surai hitam putrinya.
"Jangan terlalu keras belajar, kau tidak lupa kan kata Dokter?"
Yeri mengangguk, ia bahkan tidak sadar jika Ibunya sudah di kamarnya sejak tadi. Yeri beranjak dari duduknya lalu memeluk Ibunya.
"Mama tak perlu khawatir, aku selalu mengingatnya." ucap Yeri seraya melingkarkan kedua tangannya. Sang Ibu pun mambalas pelukannya.
"Apa ada kesulitan di sekolah barumu?"
Yeri menggeleng. Ia cukup bisa beradaptasi dengan sekolah barunya.
Tiffany memutuskan untuk mencarikan sekolah baru untuk Yeri. Tiffany tidak ingin Yeri kembali ke sekolah lamanya, wanita itu cukup tau perihal pembullyan yang pernah Yeri alami di sekolah itu. Ia tidak ingin hal itu kembali menimpa putrinya.
Sejak hari dimana Yeri sudah di perbolehkan pulang, Yeri pulang dengan keluarga Hwang. Gadis itu masih menganggap keluarga kandungnya tidak mempedulikannya. Meski dirinya sempat bersikap baik pada Joy, hal itu ternyata tidak merubah keadaan.
Kim Yerim, ia masih mengenakan marga keluarga kandungnya. Entah apa yang membuatnya ingin tetap memakai marga Kim, ia sempat berbicara pada Tiffany tentang keinginannya itu. Dan Tiffany tak keberatan dengan permintaan putri angkatnya.
"Sudah malam, minum susunya dan tidurlah."
Yeri kembali mengangguk, tapi ia tidak melepas pelukannya pada Tiffany. Sejak sakit Yeri terlihat begitu manja pada Tiffany.
"Lalu kenapa masih memeluk Mama?" tanya Tiffany karna Yeri tak segera melepas pelukannya.
"Ma, bisakah temani aku sebentar. Setidaknya sampai aku benar-benar tidur."
Tiffany tersenyum, ia melepas lebih dulu pelukannya. Menatap wajah menggemaskan Yeri, ia menangkupkan kedua tangannya di pipi Yeri.
"Bayi besar Mama ingin di temani ya. Baiklah, bereskan dulu bukumu lalu kita tidur."
Yeri segera menuruti perintah Ibunya. Tiffany hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Yeri. Satu sisi ia bahagia Yeri ada bersamanya, tapi di sisi lain ia teringat Irene yang pasti begitu merindukan Yeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE 2
Fanfiction"Inikah caramu menghukum ku?Jika iya, kau benar-benar berhasil melakukannya." "Mengapa kau tak mengatakannya dari awal!" "Satu kali pun kau tak pernah memberiku kesempatan untuk mengatakannya!" "Jika kau dengar ini, kembalilah. Hanya kau yang bisa m...