Satu minggu tanpa kehadiran Seulgi. Satu minggu di lalui dengan kesedihan yang begitu dalam bagi keluarga Kim. Bayang-bayang kehilangan tak luput dari pikiran masing-masing dari mereka. Awal permasalahan dari teror yang mereka pikir menunjuk Yeri sebagai targetnya. Ternyata salah, terlalu fokus pada satu titik hingga melupakan fakta jika sebenarnya itu hanya sebagai pengalih perhatian. Hingga kelengahan membuat mereka kehilangan Kim Seulgi.
Siapa sebenarnya dalang dari semua kejadian ini?
Bukanlah orang sembarangan. Bahkan seorang Kim Suho yang sudah jelas memiliki kekuasaan, tak kunjung mendapat kabar tentang putri sulungnya. Pria itu bahkan berkali-kali mengatai orang-orang suruhannya karna tak becus mencari keberadaan Seulgi.
Peneror sekaligus penjahat yang profesional bukan?
Anggota kepolisian tidak begitu membantu. Membuat Suho frustasi karna tak kunjung menemukan putrinya.
Siapapun mereka yang sudah membawa putriku, ku pastikan tamat di tanganku!
Duduk di sisi tempat tidur putri sulungnya, Irene memeluk jaket yang terakhir di kenakan Seulgi. Sudah satu minggu putrinya belum juga kembali. Membuat dirinya serasa tak memiliki semangat hidup. Memikirkan bagaimana keadaan putrinya sekarang. Takut hal buruk menimpa putrinya, atau bahkan kemungkinan orang-orang itu menyiksa Seulgi. Irene membuang jauh-jauh pikiran-pikiran buruk itu. Ia yakin putrinya masih hidup, dan sedang menunggu untuk di selamatkan.
Tapi bagaimana caranya? Mereka tidak tau kemana Seulgi di bawa. Masihkah hidup, atau sebaliknya? Siapapun yang mengatakan kalimat itu sudah di pastikan akan mendapat kemarahan dari Irene. Wanita itu sangat Yakin jika putrinya masih hidup.
Terus diam dengan air mata yang tak berhenti mengalir. Pikirannya tertuju pada Seulgi. Bahkan kehadiran Yeri di tengah-tengah keluarga Kim, tak memberi pengaruh besar pada Irene.
Bukan seperti itu.
Irene senang Yeri kembali. Tapi bukan waktu yang tepat untuk bersenang-senang saat salah satu putrinya sedang dalam bahaya.Yeri mengerti itu, satu minggu ia tinggal bersama keluarga Kim. Hanya sesekali ia pulang ke rumah Hwang untuk mengambil beberapa keperluannya. Melihat Ibu kandungnya yang begitu kacau membuatnya ingin berada di dekat Ibunya. Meski ia datang di waktu yang tidak tepat, karna sesekali Ibunya tak menanggapinya karna terlalu memikirkan Seulgi.
Dan kembali penyesalan yang Yeri rasakan. Keadaan keluarganya benar-benar kacau sekarang. Irene mengabaikan kehadirannya, tapi bukan itu yang membuat hati Yeri sakit.
Yeri merasa jika kekacauan ini berawal dari dirinya. Jika saja mereka tak terlalu mempercayai isi teror itu, jika saja mereka tidak terlalu mengkhawatirkannya. Dan Seulgi, seandainya kakak kandungnya tidak mementingkan keselamatannya. Melihat Ibunya menangis sepanjang hari, jangan tanyakan kondisi Ibunya sekarang. Hal itu yang lebih menyakiti hati Yeri.
Satu minggu Yeri terus berada di sisi Ibunya, meski tak berpengaruh apapun. Yeri hanya ingin memastikan jika Ibunya baik-baik saja dan makan dengan benar. Yeri khawatir, takut akan kondisi kesehatan Ibunya.
Benarkah?
Apa ia sudah mendapat kembali ingatannya yang hilang?Yeri ingat sepenuhnya. Tidak lagi ia tepis, terlebih ia tolak. Karna kenyataannya selama ini, ia tidak mengingatnya karna ia sendiri yang menolak untuk ingat.
Masih setia menatap sang Ibu yang menangis dengan memeluk erat jaket kakaknya. Dengan langkah perlahan, Yeri ikut masuk ke kamar kakaknya.
Lihatlah, bahkan kehadirannya tak di sadari oleh Irene.
Yeri jongkok di hadapan Irene, kedua tangannya menggenggam erat tangan sang Ibu. Barulah Irene menatap ke arahnya.
Yeri tersenyum. Sekarang ia sadar betapa berharganya wanita di hadapannya itu. Wanita yang sudah melahirkannya dengan susah payah. Juga berusaha meraihnya kembali dengan susah payah. Yeri menyayangi Irene, ia sangat menyayangi Ibu kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE 2
Fanfiction"Inikah caramu menghukum ku?Jika iya, kau benar-benar berhasil melakukannya." "Mengapa kau tak mengatakannya dari awal!" "Satu kali pun kau tak pernah memberiku kesempatan untuk mengatakannya!" "Jika kau dengar ini, kembalilah. Hanya kau yang bisa m...