Seorang gadis terlihat baru saja turun dari taksi yang membawanya pulang. Sejenak menatap rumah mewah di hadapannya, bangunan yang sudah dua tahun lebih ia tinggali bersama keluarganya. Jisoo menghela nafas sebelum kemudian ia melangkah memasuki rumah keluarganya.
"Kau pulang?"
Jisoo menghentikan langkahnya saat mendengar suara seseorang yang terlihat berjalan menuruni anak tangga.
"Ku kira lupa jalan pulang."
Jennie, putri kedua keluarga Hwang. Ia berjalan menghampiri sang kakak yang masih berdiri di tempatnya.
Jisoo hanya sesekali pulang ke rumahnya. Ia lebih memilih pulang ke apartemennya yang dekat dengan kampus. Bukan tanpa alasan, Jisoo menyayangkan sikap tidak benar yang keluarganya tunjukkan terhadap seseorang yang dulu sempat menjadi bagian dari mereka. Karna hal itulah ia dengan saudarinya yang lain seolah memiliki jarak. Dan hanya Jennie yang berani melawan kakak sulungnya.
"Apa itu mengganggumu Hwang Jennie?" tanya Jisoo datar.
Tak ada jawaban, hanya tatapan tajam yang Jisoo dapat dari adiknya itu. Merasa tak ada yang perlu dibicarakan, Jisoo mengambil langkah menuju anak tangga.
"Berhentilah bersikap seolah kau yang paling benar, dan lupakan gadis itu." ucap Jennie dingin.
Langkah Jisoo terhenti di anak tangga pertama. Tangannya mencengkram kuat pegangan tangga.
Jisoo memejamkan matanya sejenak, sebelum kemudian ia kembali melangkah menaiki anak tangga. Semarah apapun, Jisoo bukan tipe gadis yang emosional. Diam lebih baik.
"Jennie."
Gadis itu menoleh mendapati sang Ibu yang kini sudah berdiri di sebelahnya.
"Sampai kapan?"
Seolah mengerti apa maksud pertanyaan Ibunya. Jennie kembali menatap tangga yang kini sudah tak ada Jisoo di sana.
"Jika dia hanya pulang dengan sifat sok benarnya itu, lebih baik tak usah pulang."
"Hwang Jennie." tegur Tiffany. Ia rasa ucapan itu tak seharusnya keluar dari bibir putrinya.
"Apa Mama lupa? Bahkan dia melupakan kami hanya demi gadis itu."
Masih teringat jelas di kepala Jennie saat kakak sulungnya membentak adik bungsunya hanya demi membela gadis lain. Sebelumnya Jisoo bahkan tak pernah sekalipun membentak adik-adiknya.
"Aku bahkan tidak mengenal siapa Hwang Jisoo yang sekarang." ucap Jennie kemudian berlalu meninggalkan sang Ibu yang hanya terdiam.
Tiffany menghela nafas lelah. Siapa yang harus disalahkan atas pertengkaran ini. Sangat keterlaluan jika wanita empat anak itu sampai menyalahkan gadis yang dulu pernah ia angkat menjadi anaknya.
Mungkin jika mereka tak mengenal Yeri. Semua tak akan serumit ini.
......
Jisoo menutup pintu kamarnya perlahan. Sejenak bersandar pada pintu, lagi-lagi ia harus bertengkar dengan Jennie. Itulah sebabnya ia tak ingin pulang, mereka selalu menyambutnya dengan pertengkaran.
Jisoo merogoh ponsel di saku jaketnya. Menatap layar ponsel guna mencari kontak seseorang yang ingin ia hubungi.
Menunggu beberapa detik sebelum seseorang itu menjawab panggilannya.
"Wendy."
"Kak Jisoo."
Jisoo sedikit menyunggingkan senyumnya. Meski lawan bicaranya tak akan melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE 2
Fanfiction"Inikah caramu menghukum ku?Jika iya, kau benar-benar berhasil melakukannya." "Mengapa kau tak mengatakannya dari awal!" "Satu kali pun kau tak pernah memberiku kesempatan untuk mengatakannya!" "Jika kau dengar ini, kembalilah. Hanya kau yang bisa m...