Yeri tak bisa menghentikan tawanya melihat ke tiga kakak angkatnya berdebat perihal seorang laki-laki. Lebih tepatnya mereka sedang menggoda Chaeyoung. Dapat Yeri lihat wajah kesal seorang Hwang Chaeyoung yang tentu saja menggemaskan menurutnya. Dia seperti bukan Chaeyoung yang terlihat dewasa ketika di depan Yeri.
"Kau bahkan sudah mendahuluiku." ucap Jennie.
"Ah benar, Kak Jisoo dan Kak Jennie saja belum pernah berkencan."
Lisa terus saja tertawa di ikuti saudarinya yang lain, kecuali Chaeyoung.
"Jika begitu carilah pasangan. Jangan seperti tidak laku saja."
"Hey kau mengataiku tidak laku?"
Chaeyoung hanya mengangkat kedua bahunya. Tentu saja ucapan Chaeyoung membuat kakak keduanya itu kesal.
"Sudah-sudah, kalian ini. Tidak bisakah untuk tidak membuat keributan. Yeri pasti pusing mendengar suara kalian."
Tiffany datang melerai perdebatan kecil anak-anaknya. Membuat mereka langsung diam, tak ada yang berani membantah jika sang Ibu sudah bertindak. Tiffany berjalan mendekati Yeri, ia mengambil sehelai tisu di samping bangsal Yeri.
"Sampai berkeringat begini, apa kau lelah?"
Yeri menggeleng, ia malah tersenyum. Ibunya itu terlihat sibuk mengusap peluh di wajahnya. Yeri sangat bersyukur, kehadiran keluarga Hwang benar-benar membuat Yeri bahagia.
"Ma, Kak Jisoo belum datang?" tanya Yeri.
"Mungkin sebentar lagi, Papamu sedang menjemputnya."
Beberapa hari lalu Jisoo kembali ke Seoul untuk urusan pendidikan. Dan hari ini gadis itu akan kembali pulang ke Jakarta. Terkadang Yeri berpikir apa kakaknya itu tidak lelah karna harus bolak-balik Jakarta-Seoul.
"Ma, kapan aku bisa pulang?"
Tiffany menyudahi kegiatannya mengusap peluh Yeri. Ia menatap Yeri seraya mengusap lembut kepala putri angkatnya itu. Tiffany tau, Yeri merasa bosan terus berada di rumah sakit. Bahkan ini sudah kesekian kalinya Yeri bertanya dan meminta untuk pulang.
"Kau akan pulang jika sudah sembuh Yeri." jawab Lisa.
Selalu seperti itu, Yeri sudah sangat ingin keluar dari gedung berbau obat-obatan itu.
"Yeri ingin pulang?" tanya Tiffany dengan tatapan lembutnya. Putrinya itu mengangguk. Ia sebenarnya juga tidak tega setiap kali melihat wajah memohon Yeri. Tapi apa boleh buat, kondisi Yeri belum memungkinkan untuknya pulang.
"Mama akan bicarakan dengan Dokter."
Mata Yeri berbinar mendengar ucapan Ibunya. Setidaknya kemungkinan untuknya pulang bisa di percepat. Ia sungguh bosan berada di rumah sakit.
"Benarkah?"
Tiffany mengangguk. Tanpa aba-aba Yeri langsung memeluknya. Ia tersenyum seraya mengusap lembut punggung Yeri.
Ya Tuhan, bagaimana aku bisa sesayang ini padanya? Apa aku akan benar-benar membuatnya kembali pada keluarga kandungnya? Apa aku siap dia jauh dari jangkauanku?
Batin Tiffany.
Tiffany tak ingin egois. Cepat atau lambat Yeri pasti akan mengingat sebagian memorinya yang hilang. Gadis itu pasti akan tau jika keluarga kandungnya juga sangat menyayanginya.
Jennie, Chaeyoung dan Lisa menatap sendu pemandangan di hadapannya. Dua orang Ibu dan anak, meski tak terikat hubungan darah tapi keduanya begitu dekat. Bahkan jika boleh berharap, mereka ingin Yeri tetap berada di tengah-tengah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE 2
Fanfiction"Inikah caramu menghukum ku?Jika iya, kau benar-benar berhasil melakukannya." "Mengapa kau tak mengatakannya dari awal!" "Satu kali pun kau tak pernah memberiku kesempatan untuk mengatakannya!" "Jika kau dengar ini, kembalilah. Hanya kau yang bisa m...