Jisoo meringis, ia sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya. Suara Tiffany membuat telinga Jisoo serasa berdengung. Keputusannya untuk bercerita mengenai insiden kecil beberapa hari yang lalu membuatnya merasa menyesal. Pasalnya sejak tadi sang Ibu tidak berhenti mengomelinya. Jika tau akan begini lebih baik ia memilih bungkam.
"Ma, bukankah aku sudah baik-baik saja sekarang. Lagi pula ini hanya luka kecil."
"Kau bilang luka kecil? Jangan kira Mama tidak tau Hwang Jisoo. Kau terserempet motor beberapa hari yang lalu dan kau baru mengatakannya sekarang??"
Jisoo mengusap lehernya yang tak gatal. Ia baru tau jika Ibunya sangat galak.
"Jisoo?"
Jisoo kembali tersentak mendengar panggilan Tiffany. Dan setelahnya dapat Jisoo dengar helaan nafas di seberang telponnya.
"Sejak kemarin perasaan Mama tidak enak. Kau tau, firasat seorang Ibu tak pernah salah."
Kini Jisoo merasa menyesal karna tidak jujur pada Ibunya. Sebenarnya kemarin setelah insiden buruk itu terjadi, Jisoo langsung mendapat telfon dari Ibunya. Dan benar, saat itu sang Ibu langsung menanyakan keadaannya. Jisoo hanya menjawab jika ia baik-baik saja. Tentu Jisoo mengatakan itu karna tidak ingin membuat orang tuanya khawatir.
"Maaf Ma, tapi aku benar-benar baik-baik saja sekarang. Hanya luka kecil dan sudah mendapat penanganan."
Kembali Jisoo mendengar helaan nafas Tiffany.
"Jika ada apa-apa katakan pada Mama. Jangan menyembunyikannya seperti ini."
Jisoo sungguh menyesal karna sudah membuat Tiffany khawatir. Bahkan suara Ibunya terdengar bergetar, yang ia yakin jika saat ini sang Ibu sedang manahan tangis. Yang bisa Jisoo lakukan hanya terus meminta maaf pada Ibunya.
"Ma."
"Apa semua baik-baik saja?"
Hening sejenak. Gadis itu menebak jika Ibunya sedang berpikir untuk menjawab pertanyaannya. Padahal tanpa bertanya pun Jisoo sudah tau jika di sana tidaklah baik-baik saja.
"Kondisi Yeri tidak stabil."
Jisoo tak lagi bertanya. Ia pikir hal itu akan membuat Ibunya semakin sakit. Jennie sempat menelpon dirinya dan menceritakan bagaimana keluarganya shock saat melihat kondisi Yeri. Bahkan sang Ibu sempat pingsan saat Yeri kembali mengalami henti jantung. Tak hanya itu, Lisa juga jatuh sakit karna terlalu terkejut mendengar semua pernyataan Dokter mengenai kondisi adik angkatnya.
"Mama harus percaya jika Yeri akan kembali."
Hanya itu yang mampu Jisoo ucapkan untuk sekedar menenangkan Ibunya. Ia bukan Tuhan, melihat Yeri yang terus tersiksa dengan alat-alat medis itu membuatnya berpikir bahwa, mungkin memang sudah waktunya untuk merelakan Yeri.
Jisoo mengakhiri panggilannya. Menatap sejenak layar ponselnya yang menampilkan foto dirinya bersama keluarganya, termasuk Yeri. Ia tersenyum kala mengingat saat mereka menghabiskan waktu bersama. Selama ini ia berharap jika Yeri akan kembali pada keluarga Hwang. Namun kenyataan sekarang sudah memupuskan harapannya. Untuknya saat ini, tak apa jika Yeri tak kembali pada keluarga Hwang. Asalkan ia masih bisa melihat Yeri hidup bahagia.
'Bangunlah. Kami menunggumu.'
......
Entah sudah sejak kapan gadis itu bediri di depan pintu utama sebuah rumah mewah di hadapannya. Ingin masuk, tapi ragu. Rasa gengsinya masih sangat melekat pada diri gadis bermarga Kim itu. Berkali-kali menghela nafas, mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu. Tapi kembali ia urungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE 2
Fanfiction"Inikah caramu menghukum ku?Jika iya, kau benar-benar berhasil melakukannya." "Mengapa kau tak mengatakannya dari awal!" "Satu kali pun kau tak pernah memberiku kesempatan untuk mengatakannya!" "Jika kau dengar ini, kembalilah. Hanya kau yang bisa m...