Vote komen ya!!
"Buka ki, lo nggak kenapa kenapa kan!!"Alvaro mengetuk pintu kamar mandi. Dia terpaksa masuk kamar mandi karena gue.
"Gue nggak papa. Lo kenapa kesini. " kata gue sambil membuka pintu kamar mandi. Gue menoleh ke kanan kiri kok nggak ada yang lain cuma ada Alvaro doang.
Alvaro melepas kancing bajunya satu persatu. Tapi dia masih menggunakan kaos yang berwarna hitam. "Pake baju gue. Baju lo basah tembus pandang lagi. "
Sontak gue langsung menutupi dada gue dengan tangan. "Kenapa ngga ngomong dari tadi aelah lu mah gitu!! Entar lo lihat lagi, sana keluar kenapa disini."
Dengan santainya Alvaro menghambil rokok disaku celananya kemudian dia duduk sambil merokok diwastafel wc. "Gue ngga lihat. "
Tanpa menghiraukan jawaban dari Alvaro gue langsung mengunci pintu kemudian mengganti baju gue dengan Alvaro. Rasanya pengen muntah karena bau amisnya itu nggak hilang hilang. Gimana ya cara agar menghilangkan bau amis apa gue ambil parfume yang ada ditas gue.
Gue membuka pintu kemudian berjalan ke samping Alvaro. Karena gue mau mencuci bajunya dengan sambun tangan. Nggak papa sekali sekali pake sabun tangan, karena yang ada hanya itu sabun.
Sedangkan Alvaro hanya memperhatikan gue yang sedang mencuci. Cewek mana yang kaga tau dirinya lagi dilihatin dari jarak seratus meter aja udah kerasa ada yang ngelihatin. Bener nggak ciwi ciwi?
Sesudah itu, gue mau ke kelas tapi tangan gue dipegang Alvaro. Gue berbalik sambil memasang muka tanda tanya. Setelah itu Alvaro melepaskan tangannya, dia masih dengan posisi duduk diwastafel sambil menghisap rokoknya. Tapi sekarang udah nggak dia mematikan rokoknya yang masih setengah.
"Khem."Alvaro menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Gue percaya dia lagi bingung.
"Nggak jadi. "Alvaro meninggalkan gue yang masih bingung dengan Alvaro.
Hati gue bilek: Dih, kalau ngga ganteng gue udah tak ih.
Saat membuka pintu gue terkejut karena ada Tata sama Embun yang udah membawa kantong plastik yang berisi makanan. Gue hanya tersenyum tipis.
"Ki ayo kita ke rooftop aja, sama jemur baju lo. Sekalian kita makan bertiga. Enak loh makan dirooftop ada angin semilir semilir. "kata Embun sambil menggandeng lengan gue. Satunya lagi Tata di samping gue tapi dia nggak menggandeng karena lengan gue ada baju gue yang basah.
"Iya deh Ki, gue bawa snak banyak dong. Hari ini jamkos sampai jam kesembilan. Berarti hanya masuk satu jam sebelum pulang sekolah. "ujar Tata sambil mengunyah makanannya.
"Emang ada acara apa? "tanya gue.
"Kemarin udah diumumkan katanya sekolah kita akan mengadakan pertandingan basket. Tapi nggak tau kapan. "jawab Tata dan diangguki Embun.
Gue hanya ikut mengangguk, eh tapi kenapa gue ke rooftop dulu. "Eh, gue mau ambil parfume dulu. Masih bau amis ini. "
Tata menghentikan langkahnya. "Biar gue aja, lo sama Embun keatas dulu. Gue sekalian bawa roti dari rumah. "
"Nggak ngerepotin kan? Takutnya entar ngerepotin. "
"Nggak papa ki, sans aja. Gue duluan ya. "
Embun langsung membawa gue menaiki tangga ke rooftop. "Yaudah kita keatas dulu yuk. Diatas ada tempat duduknya kalaupun nggak. Kita bisa duduk juga wkwkwk. "
Di tangga gue tak henti hentinya tertawa karena Embun bercerita asal mula pertemanannya dengan Tata, terus Embun juga bercerita saat dirinya masih kecil dia jatuh kesawah di rumah neneknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKIA [Hiatus]
Teen Fiction[Follow akun aku dulu sebelum membaca] Azkia Friska Ramania itu nama aku. Nama bagus tapi tak sebagus kehidupannya. Aku di kelilingi orang orang yang hanya memanfaatkanku saja dan itu keluargaku sendiri. Pada saatnya aku pergi dari rumah karena ada...