16. Cemburu

91 67 120
                                    

Without Me || Halsey

Gue berjalan dengan pelan dari pada lebih  cepat nanti cepat sampai, kira-kira temannya Alvaro sudah pada pulang apa belum ya? Semoga aja sudah. Dari tadi gue lewat banyak anak kecil yang bermain, jadi ingat perkataan Mama yang dulu. Hem jadi sedih sih, tapi gue harus kuat nggak boleh lemah.

Setelah melewati lembah, gunung, samudra dan pantai bercanda gue sampai di depan pintu. Syukur udah nggak ada motor maupun sepatu di luar berarti sudah pulang semua, gue was-was duluan.

Gue lanjut membuka pintu tapi nggak melihat Alvaro di dalam positif thinking mungkin saja di toilet maupun di dapur. Gue melepaskan sepatu gue lalu membawanya sampai ke dalam terus gue taruh di samping pintu, kemudian berjalan meletakan tas di gantungan dekat lemari.

Mendengar suara dari dapur mungkin Alvaro ada di sana, gue langsung berjalan masuk melihat Alvaro yang lagi merebus mie. Alvaro yang sudah mengetahui kedatangan gue hanya diem saja, sama sekali tidak menoleh ke arah gue, gue biar kan saja nggak akan lama juga seperti ini.

Tapi gue mau nanya soal dia nggak sekolah karena apa, karena dia pertama melakukan ini saat sudah ada gue, biasanya hanya bolos beberapa jam pelajaran doang, atau mungkin dia marah.  Tapi kenapa marah ngajak-ngajak temannya.

Gue nggak mau mikir itu dulu, yang penting gue mau nyuci baju habis itu mandi, gue melangkah ke depan tapi tidak ada handuk di sana, apa mungkin Alvaro yang memindahkannnya, tapi dimana mendingan gue tanya aja.

"Mana handuk gue Al? " tanya gue di depan pintu sambil memperhatikan Alvaro mencampur mie dan bahannya. Dia masih aja diam, nggak ada niatan buat jawab pertanyaan gue tadi gitu? Ujian yang sangat berat haduh.

"Lemari. " jawabnya sedikit tidak ikhlas pasti. Gue langsung kembali ke lemari dan membukanya tetapi kenapa handuknya di letakan di dalam sini, atau memang tadi di sengaja biar mereka tidak melihatnya, pikir gue.

Gue langsung membuka pintu toilet dan masuk tetapi tidak melihat baju di gantungan tapi ada ember yang sudah di isi air dan detergen. Mungkin Alvaro yang melakukannya, kemudian gue mencari gayung untuk tempat sabunnya, sebelumnya gue sudah mengikat rambut gue biar nggak ganggu.

Saat gue sedang menggosok kaos punya Alvaro, Alvaro masuk dengan tiba-tiba membuat gue kaget tak karuan syukur gue masih memakai baju kalau tidak, tapi gue juga yang nggak kunci itu pintu.

"Gue mau pipis, awas. " ucapnya sambil menatap gue sembari mengusap belakang lehernya, gue langsung berdiri dan mencuci tangan yang masih ada busanya lalu keluar sambil menutup pintu.

Tak lama Alvaro membuka pintunya. Gue yang asa di depan pintu langsung memundurkan badan, setelah Alvaro keluar baru gue masuk kemudian menutup pintu dan menguncinya. "Aneh ya, kalau kita berdua diem-dieman kek gini. "

Setelah selesai nyucinya gue buru-buru mandi biar cepat. Tak berapa lama gue keluar hanya terbalut dengan handuk doang karena lupa nggak bawa baju ganti. Saat gue keluar Alvaro masih ada di dapur sambil duduk dan melahap mienya sembari memainkan hpnya, mau gue marahin tapi nggak usah lah entar gue kena semprot sama dia.

Gue buru-buru mengambil kaos dan celana jeans yang akan gue pakai, setelah yang gue putuhkan sudah ada di tangan gue kembali lagi ke toilet. Alvaro yang melihat gue hanya diem saja, tapi Alvaro lagi menyiapkan pertanyaan buat gue nanti.

Suara Adzan pun berkumandang sudah waktunya untuk sholat magrib, jam pun menunjukan 17:57 WIB. Pas sekali gue selesai memakai baju, sekalian gue mengambil air wudhu.

Alvaro sholat nggak yah? Bodoamat lah gue nggak mikirin. Setelah sholat gue bingung mau ngapain, apa gue makan dulu yah tapi masih kenyang, makannya entar ada di kafe.

AZKIA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang