13. Chat Dari Dia

92 80 126
                                    

"ALVARO SHOLAT ISYA' DULU BARU TIDURAN!!! " teriak gue seperti ibu yang sedang memarahi anaknya tidak mau mandi. Karena sekarang sudah jam setengah delapan dia belum sholat juga, kalau lupa gimana. Gue juga belum masak buat makan malam, pekerjaan gue masih banyak ditambah Alvaro nggak mau sholat.

"Bentar. " kata Alvaro kembali mengambil guling untuk di peluknya.

"Padahal ada gue, kok yang di peluk bantal guling. " gumam gue melihat Alvaro dengan kesal. Bukan kesal karena yang di peluk guling tapi kesal karena Alvaro menunda sholatnya. Kemudian gue meninggalkan Alvaro ke dapur buat masak, setelah sampai dapur gue di buat bingung mau masak apa udah jam segini juga.

"Alvaro mau makan apa?? " tanyaku sedikit berteriak agar bisa didengar Alvaro, tetapi tidak ada jawaban dari dia. Sialan gue dikacangin, dikacangin nggak enak tau. Kalau Alvaro yang di kacangin pasti ngamuk-ngamuk sampai barang-barang berterbangan.

"Al denger nggak sih!!? Lama-lama gue kesel sama lo. " gue berjalan mendekati Alvaro sembari membawa pisau, niatnya tadi buat memotong sayuran gitu tapi Alvaro sudah terkejut karena membawa pisau.

Alvaro yang mendengar langkah kaki gue mendekat langsung menoleh dan dia terkejut karena gue membawa pisau. "Lo ngapain bawa pisau njing."

"Mau bunuh lo, yakali gue mo masak. Mau makan apa hah?! Di tanyain dari tadi nggak jawab-jawab lagi, bikin orang kesel setengah mati tau. " jawabku dengan uneg-uneg yang ada di dalam hati gue.

"Terserah. Gue tau lo nggak bisa masak kan. " Alvaro melihat gue dari bawah kemudian berhenti di mata gue. "Jadi, buat makanan yang sebisanya lo aja. " lanjutannya.

"Eh. Mie sama telor aja ya? " kata gue sedikit pelan karena malu gue memang nggak bisa masak dengan pandai seperti harta tahta chef Renata.

Alvaro hanya menganggukan kepala.

Yaudah gue langsung masuk ke dapur. Gue mengambil 2 bungkus mie instan dan telur hanya sisa satu, jadi hanya buat Alvaro saja. Setelah membuka bungkusnya gue memasukan mienya ke panci yang berisi air yang sudah mendidih, sambil menunggu dengan api kecil gue meracik bumbu-bumbunya.

Gue mengintip Alvaro memastikan kalau udah sholat apa belum. Syukur dia lagi sholat jadinya gue harus cepat-cepat mengambil piring yang ada di meja. Apa kalian tau? Alvaro hanya mempunyai piring dua, sendok dan garpu hanya dua dan mangkok hanya dua saja.

Kenapa nggak lebih gitu? Jadinya buat jaga-jaga kalau dua-duanya kotor semua. Tapi Alvaro mandiri buktinya dia ngekost tapi dengan duit orang tuanya, makan dengan uang sendiri dan masih banyak lagi yang dia lakukan sendiri.

Gue mau tanya soal itu tapi takut dia tersinggung kan takut gue di tendang dari sini. Gue juga habis ini mau berangkat kerja jadi harus cepat-cepat selesai, tahukan kalian? Gue berangkat sendiri jalan kaki juga, Alvaro? Tuh anak nggak punya peri kemanusiaan kali sama nggak terketuk hatinya juga nggak mau anterin gue.

Tapi nggak papa, gue bekerja aja buat membayar uang yang udah gue pakai buat kebutuhan hidup gue. Eh iya, gue udah bekerja disana hampir satu bulan, Aldo baik banget sama gue dan mba Mawar juga selalu mengingatkan gue buat makan.

"Oi! " panggil Alvaro. Gue yang terkejut langsung mematikan kompor karena airnya sampai keluar dari panci. "Mikirin apa sih!! Sampai airnya netes. " ucapnya dengan geram sambil menyenderkan bahunya di dinding.

"Mikirin tugas sekolah yang lo belum di kerjain. Mau pakai telur apa nggak? " jawabku dengan tidak kalah geram sambil menuangkan mienya ke mangkok menjadi dua bagian.

AZKIA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang