9. Ketemu Mama

135 114 112
                                    


"Mampir beli seblak dulu Al, dari tadi sore kan belum makan. "gue menepuk pundak Alvaro yang sedang mengendarakan motornya. Iya sekarang gue sama Alvaro udah pulang, dan sekarang udah malam.

"Masak aja udah. "

Gue cemberut karena pengen seblak, sumpah enak bener deh lihat di jalan ada pedagang seblak. "Pengen seblak, gue traktir deh. "

"Emang ada duit?? "

"Ada, gue pinjam uang kakak gue. "

"Mending uang lo ditabung deh. "

"Yasudah. "gue langsung cemberut. Dan ternyata Alvaro melihat ekspresi gue karena nggak memakai helm dari spion motornya, tapi gue nggak menyadarinya.

Alvaro memberhentikan motornya di pinggir jalan, kemudian menyebrang jalan. Gue hanya mengikutinya saja, dan tidak di sangka kita berdua berhenti di depan penjual seblak. Gue hanya bisa melotot tidak percaya. Alvaro mengizinkannya untuk membeli seblak? Wow sangat langka bagi gue.

Dia meminta gue turun dan tunggu di motor sedangkan dia pergi untuk memesan. "Bang beli seblak 2 bungkus. "

"Pedes semua atau nggak?? "tanyanya saat penjualnya sedang meracik punya orang lain.

"Iya. "

"Buat pacarnya yah?? "

Alvaro yang sedang memainkan ponselnya langsung berhenti lalu mendongak. "Iya. "Sadar sama ucapannya ia mulai berpikir keras atas kejadian barusan, kok bisa gitu ya. Gue ngeri sama hidup gue sekarang batin Alvaro.

Gue yang menunggunya sembari memainkan ponsel membalas pesan dari kak Rey sama Aldo yang cerewetnya minta ampun, iya gue tau mereka mengkhawatirkan gue. Entar malem gue coba telfon kak Rey deh, kalau nggak lupa.

Masih menunggu Alvaro karena antrinya banyak gue dikejutkan sebuah tangan menyeret gue ke tempat agak jauh dari keramaian. Dan kalian tau yang menyeret gue adalah mama gue.

"Oh sekarang jadi anak nakal yah?? Sekolah dimana kamu?? Bisa bisanya anak perawan mainnya sampai malem dan masih pakai baju sekolah!! "

"Dari mana kau mendapatkan uang untuk bersekolah lagi di belakang keluarga??!! "

"Aku berkerja. "jawabku tidak menatap mama yang sedang melihat gue dengan tajam.

"APA? Berkerja, yang benar saja kamu."

"Kenapa? Kenapa ma, kalau tidak berkerja aku udah jadi gelandangan di luar sana!!! Apa mama perduli?? Tidak!! " jawabku sambil menahan amarah dan air mata yang akan jatuh.

Plak

Mama menampar gue dengan keras. Gue langsung memegang bekas tamparan itu di pipi, rasanya panas dan sedikit nyeri. Ini tamparan lebih menyakitkan daripada yang waktu lalu.

Dengan dada naik turun gue menatap mama yang sudah marah. Gue udah capek sama ini semua, bukannya gue mau durhaka sama orang tua tapi ini udah kelewatan.

"Aku menghormati dan mensyukuri mama karena apa? Karena mama sama papa dan kak Rey udah merawat aku dari kecil. "

"Kenapa mama nggak buang Kia dari dulu aja, biar mama bahagia. Kia tau kok, Kia nakal dan suka bikin malu keluarga, karena Kia butuh kasih yang namanya keluarga!! "

AZKIA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang