5. Khawatir Atau Marah??

189 181 251
                                    

Warning: Typo bertebaran, harap maklum

Langit sudah mulai menggelap. Azkia masih duduk di depan pintu menunggu Alvaro yang sama sekali belum terlihat batang hidungnya. Baju sekolah yang tadi ia kenakan sudah kering. Azkia kedinginan? Pasti, bibir Azkia pucat, suhu badannya panas dan ada darah dipinggir bibirnya.

Menunggu itu memang lama, benar kata Alvaro kenapa menunggu orang yang tidak pasti? Itu menyakitkan, tapi buat Azkia entahlah hanya Azkia yang tau.

Tak berapa lama, telinga Azkia mendengar suara motor yang mendekat, Azkia mendongakkan kepala gunanya untuk mengetahui itu siapa. Dia membuka helmnya dia adalah Alvaro. Alvaro menatap dingin Azkia yang masih duduk di depan pintu sambil memperhatikannya.

Alvaro berlari kecil mendekati Azkia lalu berjongkok agar bisa melihat wajahnya. Di depan Azkia, Alvaro masih menatap datar Azkia. "Kehujanan? "

Azkia hanya mengangguk karena kepalanya pusing. Alvaro masih memperhatikan wajah Azkia yang pucat dan ada darah di sudut bibirnya, pipinya merah, dia udah tau dari dia membuka helmnya. Alvaro menggegam tangan Azkia yang dingin, lalu dia berdiri mengambil kunci di dalam sakunya. Tiba tiba Azkia pingsan syukur dia tumbang di tubuh Alvaro kalau tidak dia sudah mencium tanah duluan.

Alvaro yang reflek langsung memeluk Azkia, dia melotot tak percaya karena baru pertama kalinya memeluk seseorang perempuan selain Bundanya. Dia cepat cepat membuka pintu lalu membopongnya ala bridal style, setelah menutup pintu Alvaro merebahkan tubuh Azkia di kasur.

Jujur Alvaro bingung, bingung mau ngapain. Ini pertama kalinya Alvaro di buat was was karena cewek. "Gue bingung anjir, mana nih cewek pingsan segala lagi. Apa gue telfon bunda aja ya, eh tapi entar gue di tanya gimana anjim. Ah bodoamat gue telfon bunda sekarang. "

Alvaro mengambil hpnya di saku celananya kemudian dia mencari kontak yang bernama bunda setelah ketemu dia langsung menelfonnya.

"Assalamualaikum bun. "

"Waalaikumsalam, kenapa tiba tiba telfon Al? "

"Kalau orang panas obatnya apa bund? "

"Siapa yang sakit Al? Kamu yang sakit? Kenapa baru ngomong ke bunda, bunda kesana sekarang ya. "ucap bunda Vanya dengan khawatir. Vanya Ersya Adiva nama bundanya Alvaro.

"Al ngga sakit bun, tugas sekolah aja. "

"Astaga kamu ini kirain bunda kamu yang sakit. Kalau obat beli aja di apotek mungkin di kompres dulu pake kain biar nggak panas lagi. "

"Oke bund makasih. "

Tut

Alvaro bergegas mengambil kain dan wadah yang berisikan air hangat. Dia meletakan kain itu ke kening Azkia yang masih pingsan, Alvaro melakukan itu sampai berkali kali. Alvaro sampai lupa kalau dia belum mandi karena tadi kehujanan, akhirnya dia meninggalkan Azkia untuk mandi sebentar.

Setelah mandi Alvaro lupa kalau dia belum mengambil pakaiannya. "Pake lupa segala lagi, masa gue keluar pake handuk doang kalau dia bangun gimana anjim. "

Alvaro berjalan sambil menggunakan handuk dipingganya dengan hati hati menuju lemari pakaiannya. Setelah mengambil kaos sama celana pendek dia bingung lagi mau pakainnya dimana kalau disini pasti Azkia melihatnya saat bangun apa di kamar mandi aja.

"Ribet amat sih mau pakai baju aja ribetnya Masyaallah, gedeg gue!! "

"Pakai aja gue ngga lihat. "ucap gue sembari duduk lalu mengambil kain yang ada di kening gue.

Alvaro yang kaget langsung berbalik badan menghadap gue, dia menatap gue dengan tajam. "Heh lo udah bangun aja!! Tutup mata nggak lo!! "

"Ngga mau!! Wlekkk. "

AZKIA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang