Misi

19 10 6
                                    

•Vio side•

Setelah pertempuran dengan para iblis selesai, aku dan Misha ditahan oleh para prajurit kerajaan. Entah apa yang mereka pikirkan. Sekarang, aku dan Misha sedang dibawa masuk ke kastil utama. Kami memasuki sebuah ruangan yang luas, yang ternyata adalah ruang singgasana Raja.

"Selamat datang, Violeta dan Namisha. Nama kalian sudah banyak dikenal belakangan ini." Ucap seseorang yang muncul dari balik singgasana itu.

Dia adalah sang Raja di kerajaan ini. Sang Raja beranjak dari singgasananya dan berjalan menuju kearah kami.

"Kalian boleh pergi sekarang." Ucap sang raja pada beberapa prajurit yang membawa kami.

"Baik Yang Mulia." Para prajurit itu keluar.

"Jadi... kami ditahan?" tanyaku.

"Ditahan? Oh tidak, tidak, maaf membuat kalian terkejut karena ucapan para prajuritku tadi. Aku hanya ingin bertemu dengan kalian." Jelas sang Raja.

"Jadi, apa Yang Mulia ada sesuatu yang ingin disampaikan pada kami?" tanyaku lagi.

"Jangan terlalu formal." Sang Raja berdiri di dekat jendela. "Aku hanya penasaran setelah menerima laporan bahwa ada penyihir asing yang terlibat dalam pertempuran dengan para iblis itu. Saat aku tau itu kalian, aku terkejut. Karena tak semua prajurit kerajaan ini memiliki sihir level tinggi seperti kalian." Jelasnya.

Aku sedikit bingung saat mendengar dia mengatakan itu. Apa dia mengawasi kami saat pertempuran berlangsung?

"Apa kita di awasi dari pertama masuk ke kerajaan ini?" bisik Misha.
"Entah, tapi kayaknya ngga dari masuk kerajaan deh. Sang Raja aja baru tau kalau itu kita."
"Hmm... gimana maksudnya? Coba ulangi."

Aku hanya melirik kearah Misha dengan wajah kesal. Menurutku perkataanku cukup sederhana untuk dimengerti.

"Maaf Yang Mulia, apa anda nengawasi kami selama ini?" tanyaku untuk memastikan.

"Oh, tidak, tidak. Aku tak melakukan hal semacam itu. Kerajaan ini memang memiliki dinding pelindung yang akan memberi tau siapa-siapa saja yang masuk atau keluar dari kerajaan. Tapi tentu aku tak memperhatikan itu secara mendetail."

"Jadi, bagaimana anda tau bahwa itu kami?"

"Kalian ingat, bahwa arena dibangun di belakang kastil ini? Aku memperhatikan pertarungan dari sini." Ucap sang Raja dengan gerakan tangan yang menyuruh kami mendekatinya.

Kami pun berjalan menghampirinya. Saat kami sampai di sana, kami melihat keluar jendela dan sebuah pemandangan mengejutkan terpampang di sana. Sebuah dampak serangan yang cukup besar, memanjang dari arena ke arah Timur kerajaan sampai menjebol tembok kerajaan yang bisa di bilang sangat tebal. Bukan hanya itu, hutan bagian Timur kerajaan juga mendapat dampak serangan juga dan pohon-pohon di sekitarnya terbakar.

"Serangan mengerikan apa yang bisa sampai meninggalkan bekas sebesar itu?" tanya Misha.

"Entahlah, sampai banyak rumah penduduk yang hancur karenanya." Ucapku. Tapi selama pertempuran tadi, aku tak melihat ada serangan sedahsyat itu.

"Iya saat semua sedang bertempur, aku siap mengirim pasukan elitku untuk turun ke medan tempur. Tapi tiba-tiba dari arah arena, muncul kilatan petir yang sangat padat dan..."

Sang Raja masih melanjutkan perkataannya, tapi pikiranku seketika terbungkam setelah mendengar "kilatan petir". Aku melirik kearah Misha dan ternyata dia memasang wajah yang sama kagetnya denganku.

"...mengurungkan niatku. Karena para iblis menghilang setelah kilatan itu." Sang Raja menyelesaikan kalimatnya.

"Maafkan aku! Aku ngga tau kalau dampak serangannya akan sebesar itu." ucap Misha sembari membungkuk.

Sang Penyihir 2 : Lahir KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang