Epilog II

52 7 81
                                    

●Another side●

Setelah Kai melempar Vio ke jurang, Kai kembali ke tempat Misha dan lainnya. Disana ada Misha, Ryuu, Elfa, Lylan, Lizz, Seig, Ares, Qiza, Rizi dan Cabi. Dengan 10 jazad itu, Kai bersiap untuk menghidupkan lagi 10 kesatria pelindung. Kai menusuk mereka satu persatu untuk mengambil jantung mereka. Lalu dia mengumpulkan 10 jantung itu di atas kepala jazad itu masing-masing.

Kai duduk bersilah kaki dan mulai membaca mantra. Seketika 10 jantung itu bercahaya dan menjadi sebuah bola hitam. Lalu bola hitam itu kembali masuk ke dalam tubuh masing-masing. Seketika, tanah bergerak dan menyelimuti ke 10 jazad itu. Tak lama dari itu, gundukan tanah itu berdiri dan mulai rontok. Memperlihatkan 10 wajah baru. Mereka adalah 10 kesatria pelindung di masa lalu.

"Selamat hidup kembali, para kesatria pelindung." Ucap Kai.

"Apa ini? Apa yang terjadi?" tanya sosok kesatria bernama Arga.

"Dia membangkitkan jiwa kita kembali." Ucap sosok kesatria bernama Rega.

"Kau!" seru Arga saat melihat Rega dan Lasya di sana.

"Diam kau, dasar penghianat." Ucap Lasya pada Arga.

"Beraninya kau berkata seperti itu, penyihir jalang." Ucap Arga.

"Apa sih yang mereka ributkan?" tanya sosok kesatria bernama Gizar.

"Entah." Sahut sosok kesatria bernama Korin.

"Hahaha, sebuah reuni yang lucu. Apa yang terjadi setelah kalian menyegelku?" tanya Kai.

"Siapa dia?" tanya Arga.

"Dia Chaos, kau tak bisa membedakannya yah? Atau otakmu sudah tumpul?" sindir Lasya.

"Apa masalahmu padaku?" ucap Arga dengan kesal.

"Hei kalian berdua sudahlah," lerai sosok kesatria bernama Avia. Seorang gadis dengan dua antena serangga di kepalanya.

"Mereka memang selalu seperti itu," ucap sosok kesatria bernama Baro. Seorang pria kekar dengan sebuah kapak besar sebagai senjatanya.

"Yah, lagi pula para penyihir memang selalu membuat masalah." Ucap sosok kesatria dengan penutup wajah bernama Falco.

"Apa maksudmu kami selalu membuat masalah?" protes Rega.

"Rega sudahlah." Ucap sosok kesatria bernama Ellena. Seorang samurai dengan dua pedang dan merupakan kekasih Rega di masa lalu.

"Ellena, kau juga ada di sini?" ucap Rega.

"Tentu, aku juga salah satu kesatria pelindung. Maaf dulu aku mengejarmu." Ucap Ellena membahas tentang penangkapan para penyihir di masa lalu.

"Kalian masih saja dekat yah." Ucap sosok kesatria bernama Gilian. Seorang pria tampan dengan tombak sebagai senjatanya.

"Kalau saja aku bisa menghampirimu, sudah ku hajar kau." Ucap Arga pada Lasya.

"Jaga ucapanmu." Bela Rega.

"Sudahlah Arga." Ucap Ellena.

"Ini salah mereka. Segel oktagon yang di ciptakan oleh dewa penyihir pun bisa rusak." Ucap Arga.

"Itu salahmu sendiri karena menghianati para penyihir." Ucap Lasya.

"Kalian memiliki potensi besar untuk memberontak." Ucap Arga.

"Segel oktagon di ciptakan oleh para dewa penyihir. Dengan cara menyegel musuh dengan nyawa pengguna segel itu sendiri. Tapi kau meminta untuk menggunakan sebagian energi, itu membuat segelnya tak sempurna dan harus di perbaiki setiap beberapa tahun. Tapi kau menghianati para penyihir dan tak pernah memperbaiki segel itu. Tentu saja suatu saat dia akan lepas." Jelas Lasya.

Sang Penyihir 2 : Lahir KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang