Segitiga Traka

51 10 17
                                    

•Vio Side•

Kubuka mataku saat ada cahaya yang menyelinap masuk melalui jendela kamar yang terbuka. Aku ada di kamar, sendirian. Aku telat bangun lagi yah. Misha dan Lylan sudah tak ada di kamar. Aku keluar dari kamar dan melihat Misha yang sedang mengelap rambutnya dengan handuk.

"Wiih, putri tidur kita sudah bangun." Ucap Misha.
"Kamar mandinya dimana Sha?" tanyaku.
"Di bawah, Lylan masih di sana."
"Kau sudah mandi?"
"Sudah. Mau siap-siap, lalu sarapan."
"Ryuu dan kak Seig?"
"Mereka sudah berangkat. Kata Ryuu, bersenang-senanglah di Kozaku ini."
"Baiklah, aku akan mandi dan kita berkeliling kerajaan setelah sarapan."
"Siap."

Aku turun dan Misha masuk kamar. Setelah mandi dan sarapan, Aku, Misha, Lylan, Elfa dan Lizz keluar dari penginapan dan berencana untuk berkeliling kerajaan ini.

Ada banyak ras yang kami temui di kerajaan ini. Semua hidup berdampingan dalam damai, sebuah kehidupan yang ingin aku wujudkan. Kami masih berjalan, sampai ada seorang pria yang menghadang kami. Seketika pria itu menarik pedangnya dan menodongkannya padaku. Dalam sekejap Elfa, Misha, Lylan dan Lizz bersiap menyerang sambil berdiri di depanku.

"Anak buahmu sangat cekatan yah, Violeta the Witch." Ucap pria itu yang menurunkan pedangnya.
"Mereka bukan anak buahku," tegasku.

Misha dan lainnya menurunkan posisi kuda-kuda mereka. Dalam seketika pria itu menarik pedangnya lagi dan dengan cepat menyerangku. DUAR... ledakan tercipta karena serangan pria itu.

"Haha, Refleksmu cepat dalam mengkatifkan sihirmu, Violeta."
"Apa maumu sebenarnya?"

Serangan pria itu menembus tubuhku karena efek sihirku. Seketika, Misha melempar bola cahaya ke arah pria itu dan DUAR, ledakan tercipta.

Pria itu masih berdiri dengan pedangnya yang patah akibat menahan serangan Misha. Kemudian Misha mengeluarkan api pada tangannya dan siap menyerang lagi, tapi aku menahannya.

"Pedang yang sudah terbukti kekokohannya ini, bisa hancur hanya dengan satu serangan. Kau memang hebat." Ucap pria itu sambil menyimpan pedangnya.
"Apa yang kau inginkan?" tanyaku.
"Hanya mengetes, kekuatan dari dua penyihir dengan harga 10 koin emas."

Seketika aku mengingat kalau pria itu ada di tempat penukaran buronan kemarin. Tiba-tiba sekelompok penyihir dengan seragam kerajaan, muncul dengan sebuah portal yang tiba-tiba tercipta. Mereka prajurit kerajaan.

"Ada keributan apa di sini?" tanya salah seorang prajurit itu.
"Tak apa, tuan. Hanya sebuah kecelakaan kecil." Ucap pria itu. Lalu pria itu berjalan pergi. Setelah itu, para prajurit menatap kearah kami.
"Aku harap tak ada keributan di kerajaan ini. Jika tidak, kalian akan ditangkap dan diadili."
"Iya, maafkan kami." Ucapku sambil membungkuk diikuti yang lain juga.

Kemudian para prajurit itu pergi.

"Siapa sih pria itu Vi?" tanya Misha.
"Entahlah, mungkin pemburu hadiah." Jawabku.

Setelah itu, kami melanjutkan jalan-jalan kami. Ada banyak tempat yang kami datangi. Seprti pasar, taman, balai kerajaan, aula tengah, sampai gerbang masuk kastil utama. Hari berlalu dan mulai sore. Kami masih duduk di sebuah taman bunga yang cukup luas.

"Kerajaan ini sangat luar biasa." Ucapku.
"Haha, hari yang menyenangkan yah." Ucap Lylan.
"Iya menyenangkan, walau sempat bertemu orang menyebalkan juga." Sahut Misha. Dia sedang membicarakan pria yang tadi pagi tiba-tiba menyerang kami.
"Haha sudahlah, jangan dipikirkan." Ucapku.
"Pria itu cuma mencari pehatian saja." Ucap Elfa.
"Tapi kak Misha hebat bisa mematahkan pedangnya dalam sekali serang." Ucap Lizz.
"Hei Lizz, jangan meledekku yah. Aku tau kau sudah dua kali menahan seranganku yang seperti tadi." Ucap Misha.
"Apa iya?" tanya Lizz seakan tak ingat.

Sang Penyihir 2 : Lahir KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang