Pertarungan! Segel Oktagon dan Penghianat

30 5 20
                                    

●Vio side●

Aku membuka mataku perlahan saat sebuah cahaya mengenai mataku. Akhirnya aku bangun dari tidurku. Aku merasa sudah tidur dalam waktu yang lama. Aku merubah posisi ku menjadi duduk dan melihat yang lain masih tertidur. Saat kulihat langit, ternyata masih gelap. Lalu cahaya apa tadi yang melewati mataku?

Aku melihat sekeliling, ternyata itu kunang-kunang. Banyak sekali di sini. Misha tidur di sebelah kananku dan Ryuu tidur duduk lagi di sebelah kiriku. Aku melihat Kai. Dia sedang duduk bersilah lagi dan aku merasakan energi yang perlahan masuk ke dalam tubuhnya. Sebenarnya apa yang sedang dia lakukan?

"Syukurlah kau sudah sadar, Vi." Ucap Kai tiba-tiba tanpa serubah posisi duduknya

"Eh, kau menyadari keberadaanku yah."

"Kau tak bisa menyembunyikan hawa keberadaanmu padaku."

"Sebenarnya kau sedang apa?" tanyaku. Aku masih berdiri cukup jauh darinya. Aku takut tiba-tiba ada petir menyambar lagi. Saat aku menengok, ternyata Misha masih tidur.

"Aku sedang mengumpulkan energi alam."

"Energi alam?"

"Iya, alam mengetahui semua informasi yang kita butuhkan. Dengan bersatu dengan energi alam, kita akan tau lokasi yang harus kita tuju." Jelas Kai.

"Kau banyak tau soal hal seperti itu yah."

"Kau yang merupakan penyihir terhebat saat ini pun ternyata tak tau soal itu yah."

"Penyihir terhebat apanya? Aku hanya penyihir biasa seperti yang lainnya."

"Iya. Kembalilah tidur. Besok aku akan menunjukkan hal penting padamu."

"Hal penting?"

"Tunggulah besok siang."

"Baiklah aku tidur."

Aku pun kembali ke posisi awalku dan kembali mencoba untuk tidur. Aku terlelap tanpa sadar.

Esok pagi, aku bangun tanoa gangguan. Misha dan yang lain sudah berkemas. Aku pun bangun dan ikut berkemas.

"Eh, Vi, udah mendingan?" tanya Misha.

"Udah kok, udah lebih enakan." Ucapku.

"Kalau masih lemas, Ryuu siap gendong lagi." Ucap Misha.

Kami tertawa bersama. Ryuu tersenyum padaku dan aku membalas senyumannya. Kami berkemas, paman Ares bilang dia sudah tau di mana letak segelnya. Misha juga berkata seperti itu.

Setelah berkemas, kami berangkat. Ternyata banyak buah-buahan di hutan ini. Kami mengambilnya sepanjang perjalanan untuk makanan kami. Aku juga masih menunggu hal penting apa yang ingin Kai tunjukan padaku. Kenapa harus menunggu siang?

"Masih kuat jalan?" tanya Ryuu tiba-tiba.

"Kau mengagetkan ku." Ucapku.

"Kau jadi mirip dengan Nox." Ucap Misha.

"Hehe, aku kuat kok Ryuu." Ucapku.

"Ngga gitu dong Vi." Ucap Misha.

"Apanya yang ngga gitu?" tanyaku yang tak mengerti maksud Misha.

"Harusnya gini. Aku kuat kok Ryuu ku sayaang." Dia menirukan caraku berbicara lalu tertawa seenaknya.

Aku menatap kesal kearahnya dan melempar bola api kecil kearahnya. Tapi dia bisa menghindarinya dengan mudah.

"Hey, itu berbahaya." Omel Misha.

"Mulutmu lebih berbahaya." Timpalku.

Mereka semua malah tertawa melihat pertengkaran kami. Kami masih melanjutkan perjalanan dan saat siang hari, kami sampai di sebuah bangunan reruntuhan kuno.

Sang Penyihir 2 : Lahir KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang