"Gadis lebih suka Satria." Dio membeo ucapan Gadis semalam, entah pagi ini sudah yang keberapa kalinya dia menggodai sang adik. Ini adalah waktu untuk sarapan bersama, sarapan yang istimewa karena Oma Rasti yang memasak. Rasanya seperti mengulang masa kecil mereka bertiga, Dena, Dio, dan Satria. Sudah dipastikan akan ada makanan kesukaan mereka tersaji di meja makan, ayam bakar khas Oma Rasti.
Muka kesal Satria akan candaan Dio membuat Opa tak kuasa menahan tawa. Meski kesal, tapi Satria enggan membalas ledekan sang kakak.
"Tertawa aja sepuas lo Kak." Paling itu yang akan Es Balok itu katakan pada kakaknya itu.
"Kamu bahagia sekali Dio?" Tanya Oma.
"Lihat Oma, muka si Es Balok ini selalu saja memerah kalo Dio godain soal Gadis. Entah tersipu, entah marah."
"Gue marah." Tegas Satria.
"Gue nggak peduli. Hahaha."
"Kak Dio jangan jahil ih." Andara meletakkan piring berisi nasi yang sudah Andara hafal betul porsi suaminya.
"Makasih sayang. " lalu Dio tersenyum pada Satria. "Dek, kami bakalan pindah. Rumah gue udah selesai renovasinya. Lo juga kan udah mau nikah, jadi nggak papa ya gue pindah."
Satria mengangguk. Lalu mulai menyantap nasi dan ayam bakar khas Oma Rasti kesukaannya. "Deket ini." tambahnya setelah menelan makanannya. Dio memang nggak pindah jauh, masih di komplek yang sama dengan rumah peninggalan orang tua yang mereka tinggali sekarang. "Oh ya, Kak. Bisa gue minta tolong. " kali ini pandangannya adalah pada wanita bergamis warna navy yang duduk di samping Dio.
"Boleh. Apa itu? " tanya Andara sebagai responnya.
"Nitip sesuatu buat Gadis."
"Cieee.. Semalam cincin, kali ini apa?" Dio yang tak menyerah. Kapan lagi menggodai adik kesayangannya itu.
"Lo berisik banget sih, Kak?" tanyanya sambil mengambil sesuatu dari dalam tasnya. "Ntar kasihin ini buat Gadis."
Andara menerima selembar kertas warna putih yang terlipat rapi seperti surat undangan. Kertas itu berlogo organisasi yang Satria ketuai di kampus.
"Yakin ini buat Gadis?" Satria mengangguk sebagai jawabannya. Andara tiba-tiba berubah khawatir.
"Lama kelamaan dia akan tahu juga kan? Lagian gue menjabat ketua BEM tinggal dua bulan lagi. Gue nggak mau Gadis salah paham andai dia tahu sebelum gue ngasih tahu ke dia, siapa gue sebenarnya."
"Satria benar. Gadis harus tahu siapa Satria sebenarnya. Meskipun itu nggak ada hubungannya sama sekali dengan pernikahan mereka sepuluh hari mendatang." kata Dena yang baru ikut bergabung di meja makan. Semalam Satria membahas hal itu bersamanya sepulangnya mereka dari rumah Gadis.
Keputusan perihal lamarannya semalam adalah pernikahan akan di lakukan sepuluh hari lagi. Sesuai permintaan Gadis sendiri.
Rasti tiba-tiba memeluk leher cucunya yang sebentar lagi menikah itu dari belakang. "Tau-tau kamu udah dewasa aja ya sayang? Rasanya baru kemarin kamu tidur dalam dekapan Oma dengan botol susu di tanganmu. Jangan suka menyendiri lagi. Allah telah memilihkan wanita yang istimewa untukmu. Hiduplah dalam canda tawa dan berbahagialah sayang."
Satria mengusap lembut lengan Rasti lalu memberi kecupan pada pipi yang sudah keriput itu. "Terima kasih Oma. Selama ini udah gantiin mama buat jaga kami. Satria selalu sayang Oma." Dena dan Dio menatap haru pada keduanya.
Pelukan terurai, Rasti duduk tegak dan mengusap rambut khas tokoh komik milik Satria. "Meski sudah ada Gadis?"
"Kalian akan mendapatkan cinta yang sama dari Satria. Biar nggak berantem." Satria sedikit tersenyum, lalu berdiri. Dia sudah selesai dengan sarapannya. "Satria berangkat ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Es Balok Unjuk Rasa ✔ TERBIT
RomantikSpinoff Mayang Senja. Satria Rangga Prawira, pemuda bersifat dingin dan datar, tapi ganteng. Dia menjabat sebagai Ketua BEM di kampusnya. Diidolakan banyak mahasiswi dari maba hingga mahasiswi tingkat akhir. Tapi harus pontang-panting mengejar satu...