"Assalamu'alaikum Kak---" Belum usai menjawab salam di ponselnya, Satria mengerutkan dahi dan terlihat aneh. Itulah yang Gadis lihat ketika suaminya itu selesai mandi.
"Kamu temenan sama orang gila dari planet mana sih dek??!!!" suara Dena yang menggema di telinganya.
Sebelum mengangkat telfon tadi Satria sudah tahu bahwa Dena akan marah perihal tulisan 20 panggilan tak terjawab di layar ponsel yang dia mode senyap sejak pagi. Lupa membuatnya berdering lagi karena sibuk menjalani hukuman dari pakde Idris.
"Maksud kak Dena, bang Amar?"
"Entah siapa namanya, bilangin ke dia jangan datang lagi!"
"Bang Amar mau datang lagi? Ngapain?" handuk yang dia pegang untuk mengeringkan rambut telah diambil alih oleh istrinya yang sudah sejak tadi menunggunya. Untuk tanya-tanya.
"Mau ngelamar kakak katanya."
Satria ingin tergelak tapi sekuat hati dia tahan. Bukan Dena yang ingin pemuda itu tertawai, tapi Amar yang nekat banget ngomong perihal lamaran pada kakaknya yang galak kayak Mak Lampir ___kata Dio. Juga takut Dena tersinggung.
"Iya nanti Satria bilangin. Oma sama Opa belum balik ke Bandung kan kak?"
"Belum. Mungkin akan di Jakarta untuk beberapa lama. Keluarga Andara mau datang. Ya sudah, jangan lupa bilangin ke orang gila itu, dan salamin buat adik ipar kakak yang manis."
"Siap Kak. Assalamu'alaikum."
Ponselnya baru Satria turunkan dari telinga, Gadis langsung bertanya. "Siapa?"
"Kak Dena," Satria menarik tangan Gadis untuk duduk di sampingnya usai membantu mengeringkan rambutnya tadi. "Dia nitip salam buat kamu."
"Bang Amar siapa?"
"Temanku dan bang Zidni, dia pengurus yayasan juga. Tadi dia datang ke rumah terus ketemu kak Dena."
"Kak Dena itu baik. Kakakable banget, kayak mbak Mayang. Tadi aja dia berani sama dua cewek rese yang bikin aku nangis di depan kantor BEM."
Pada detik ini, perhatian Satria seluruhnya dia berikan pada wanita yang sepertinya akan berbicara panjang lebar itu.
"Sebelum di BEM, kami udah ketemu di mini market. Mereka lagi ngomongin kamu, coklat, dan valentine's day," Gadis mendesah kesal. "kan jadi kesal lagi?!"
Satria lalu memeluknya, "kamu wangi." kata Gadis.
"Kan abis mandi."
"Satria?"
"Hmm?"
"Apa aku juga harus beliin kamu coklat dan menulis surat? Kayak cewek-cewek itu?"
Satria terkekeh sambil mengusap lembut rambut istrinya. "buat apa?"
"Seperti kata mereka, karena valentine's day?"
"Apa sih valentine's day itu?" tanya Satria.
"Hari kasih sayang."
"Kenapa sayang-sayangan harus diperingati? Aku sayang kamu setiap hari, tanpa harus ada coklat atau surat. Lagian Valentine's Day itu bukan tradisi orang Islam. Rasulullah memang mengajarkan kita umatnya untuk saling menyayangi, tapi bukan harus mengagungkan satu hari yang disebut hari kasih sayang tadi. Apalagi moment di hari itu sering disalah gunakan untuk alasan berkasih sayang oleh mereka yang bukan mahramnya bahkan hingga melakukan zina."
"Masak sih?"
"Hmm. Udah ya, jangan ikutin mereka. Tanpa melakukan apapun, sayangku udah semuanya buat kamu." pelukan terurai dan satu kecupan di pipi. "sudah adzan, aku ke masjid dulu ya? Tadi sudah janjian sama pakdhe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Es Balok Unjuk Rasa ✔ TERBIT
RomansaSpinoff Mayang Senja. Satria Rangga Prawira, pemuda bersifat dingin dan datar, tapi ganteng. Dia menjabat sebagai Ketua BEM di kampusnya. Diidolakan banyak mahasiswi dari maba hingga mahasiswi tingkat akhir. Tapi harus pontang-panting mengejar satu...