Satria memasuki rumah mertuanya usai menunaikan sholat subuh di masjid, saat hendak melangkah ke tangga untuk menuju lantai dua di mana kamar Gadis berada, terdengar suara benda jatuh yang menyita perhatiannya.
Pranggg!!!
"Gadis? Ngapain?" Satria berjongkok di depan istrinya yang juga sedang berjongkok untuk memungut pecahan piring yang berhamburan di lantai.
Gadis tersenyum lucu, "niatnya tadi mau masak." Kemudian disambung tawanya yang terdengar aneh, "malah jatuhin piring. Nggak sengaja!"
Satria tersenyum, lalu ikut memungut pecahan porselin yang berhamburan di depannya. "Aku aja yang masak, kamu duduk sambil lihatin."
"Tapi istrinya kan aku, ya harusnya aku yang masak. Kamu suami, capek kerja nyari duit. Kalo kamu juga yang masak, akunya nggak guna dong?" Wanita itu menali plastik tempat dia menyimpan pecahan yang mereka pungut tadi, lalu meletakkannya di samping tempat sampah yang berada di kolong kitchen set yang tak jauh darinya. Gadis berdiri lalu diikuti Satria.
"Untuk sekarang lihat aja dulu, nanti kalo udah bisa baru kamu masak. Aku tak masalah dengan hal itu. Anggap saja aku lagi bantuin istri, kayak Rasulullah yang suka bantuin pekerjaan rumah istrinya. Nih, kamu simpan saja sarung dan koko aku, pecinya juga." Satu-persatu apa yang Satria pakai dia lepas untuk diserahkan pada istrinya yang masih merasa aneh tiap kali melihat Satria membuka baju. Kini suaminya itu hanya mengenakan kaos singlet warna putih dengan celana pendek selutut.
"Bawain kaos buat aku ya!" Katanya pada Gadis yang mulai beranjak dari dapur. Istrinya itu pun mengangguk setuju.
***
"Masak apa?" Tanya Gadis usai membantu memakaikan kaos dan celemek pada Satria, karena tangan pemuda itu berbau amis karena sedang mencuci seekor ikan gurame besar di wastaufel."Tadi lihat ikan ini di kulkas, kamu sukanya ikan dimasak apa?" Tangan Satria dengan lihai membersihkan sisik ikan itu dengan sebuah sendok.
"Gurame asam manis. Aku pengen bantuin,"Gadis memohon.
Satria mengerutkan dahi lalu tersenyum, "baiklah. Tapi duduklah dulu, aku selesaikan ini dulu."
Gadis bergeming tak beranjak, membuat Satria bertanya-tanya, pasti ada yang sedang dipikirkan istrinya.
"Ada apa? Ngomong aja!"
"Kok tahu sih kalo aku mau ngomong sesuatu. Kamu beneran pinter ya," kekehan Gadis menular pada suaminya.
"Ada apa sih?"
"Kamu kenapa kalo pake celemek terlihat beda?"
"Apanya yang bikin beda?"
"Kelihatan... seksi!"
Kini gelak tawa Satria yang terdengar. "Kenapa ketawa? Gadis serius, dan pengen pake juga!"
"Biar kelihatan seksi juga?"
Gadis melotot tak percaya, kenapa kata 'seksi' jika Satria yang mengucapkan malah terdengar nakal. "Nggak mau dibilang seksi!"
"Ya udah, biar kelihatan manis?" Satria tahu ketidaknyamanan istrinya, akibat kata seksi yang dia ucapkan. Lalu Satria membasuh tangannya, melepas celemeknya kemudian memakaikannya pada sang istri. "Kan? Beneran manis?"
"Pencitraan ini mah? Nggak bisa masak pake celemek jadi kelihatan aneh."
"Kalo gitu biar nggak aneh, potong bawang bisa?"
Gadis mengangguk. Hingga beberapa menit ke depan dia berkutat dengan bawang merah dan air mata yang dia usap berkali-kali. "Ngiris bawang aja nang---aduhhh!" Jari tangannya mengeluarkan cairan warna merah. Yah, mungkin hanya sampai di situ aja acara potong memotong yang Gadis lakukan. Karena setelah itu, suaminya melarangnya memegang pisau lagi ketika luka di jari istrinya lumayan dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Es Balok Unjuk Rasa ✔ TERBIT
RomantiekSpinoff Mayang Senja. Satria Rangga Prawira, pemuda bersifat dingin dan datar, tapi ganteng. Dia menjabat sebagai Ketua BEM di kampusnya. Diidolakan banyak mahasiswi dari maba hingga mahasiswi tingkat akhir. Tapi harus pontang-panting mengejar satu...