Gadis dan Mayang turun dari mobil lalu disusul Ibram, The Rangers adalah tujuan mereka. Kata Dio, adiknya ada di dalam sana.
"Sedang apa dia di sini? Orang sakit harusnya kan di rumah sakit!" gerutuan Gadis saat mulai menapaki teras cafe berlantai dua itu. Ketika kaki ketiganya hampir mencapai pintu, tiba-tiba Gadis berhenti.
"Kenapa Dis? Kok berhenti?" Tanya Mayang.
"Gadis kayak udah pernah."
"Pernah apa?" tanya Mayang lagi, sedangkan Ibram hanya memperhatikan. Gadis memang suka membuat teka-teki dalam tiap tingkahnya kan?
"Pernah di sini. Berdiri seperti ini, lalu Satria memanggil Gadis dari atas sana!" Gadis menoleh ke lantai dua, dulu Satria pernah memanggilnya dengan sebutan 'sayang' dari sana. "Waktu itu dia memakai apron hitam karena abis masak banyak buat Gadis. Tapi sekarang.. Dia nggak ada," matanya berubah sendu karena rasa kecewa bahwa kenyataannya pria itu memang tidak ada di sana.
"Kamu ingat?" Mayang berseru karena terkejut.
"Hanya itu, mbak."
Mayang mengusap bahu Gadis menyalurkan semangat padanya, "lain kali pasti akan ada lagi yang kamu ingat. Kita masuk?"
Ibram membukakan pintu kafe yang nampak sepi itu, karena memang buka jam sebelas siang dan sekarang masih dua jam menuju angka itu. "Masuklah. Lihat sana Satria lagi apa? Kali aja pingsan!"
Kata-kata Ibram mempropokasi Gadis, tiba-tiba dalam benaknya terlahir keinginan untuk melihat Satria saat ini juga yang hadir begitu kuat. Seolah sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Tanpa sadar wanita itu berlari masuk dan seolah tahu di mana Satria berada. Kakinya mulai menapaki tangga dengan terus berlari.
Beberapa karyawan yang sedang bersih-bersih mengenali Gadis sebagai istri bos mereka, jadi tak mempermasalahkan kehadiran tiga orang yang datang saat kafe masih tutup.
Ibram menahan lengan Mayang yang ingin menyusul adiknya ke atas, "kita tunggu sini aja, Yang. Biarkan mereka selesaikan urusan rumah tangga mereka. Kita urus rumah tangga kita," Ibram tersenyum nakal, lalu "tiba-tiba aku pengen peluk kamu deh, Yang."
Mayang melotot tak percaya, lalu mencubit perut suaminya dengan keras.
"Mas minta peluk, bukan cubitan. Masih sakit aja ya cubitan kamu?" Ibram mengusap perutnya sambil meringis.
"Sakit ya?"
Ibram mengangguk manis, berharap setelah ini Mayang akan mengasihaninya dengan satu kecupan sayang.
"Mau bunda tambahin?"
"Kok istri aku jadi galak lagi sih ya?"
***
Sebuah pintu berwarna coklat tua Gadis buka tanpa mengetuk, sambil menormalkan nafasnya yang terengah. Dia berjalan masuk ruangan itu dan lagi-lagi timbul perasaan bahwa dia pernah ada di sana.Dia berhenti, lalu meraba dada kirinya yang berdebar dengan kencangnya, Gadis yakini itu bukan karena efek berlari. "Jantung, kamu kenapa? Apa kamu tahu dia ada di sini?"
Pandangannya menyapu ruangan, tapi tak menemukan sosok yang dia cari. Samar terdengar suara tawa seseorang. Tawa yang dia tahu betul siapa pemiliknya. Kakinya bergerak selangkah demi selangkah menuju asal suara itu yang dia yakin berasal dari komputer jinjing yang menyala di atas meja berwarna coklat.
Matanya basah seketika.
Canda dan tawa dalam video yang terputar memperlihatkan dia dan Satria saat berjalan di sebuah tempat yang Gadis tak ingat di mana.
"Gadis?" suara bariton dari arah samping, Satria terlihat memegang sebuah handuk kecil di tangannya.
Setelah Gadis menoleh, dia tak memberi jeda lagi saat seseorang yang ingin dia lihat menatapnya terkejut di tempatnya. Berlari secepat yang Gadis bisa, lalu menghambur memeluk Satria yang langsung meringis menahan sakit di perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Es Balok Unjuk Rasa ✔ TERBIT
RomanceSpinoff Mayang Senja. Satria Rangga Prawira, pemuda bersifat dingin dan datar, tapi ganteng. Dia menjabat sebagai Ketua BEM di kampusnya. Diidolakan banyak mahasiswi dari maba hingga mahasiswi tingkat akhir. Tapi harus pontang-panting mengejar satu...