Cemburu-nya Satria

4K 564 151
                                    

Gadis berhenti melangkah kala kakinya sudah berada di depan pintu kafe milik Satria, tempat di mana dia harusnya bertemu dengan suaminya itu sore ini setelah mata kuliahnya usai. Matanya menyipit melihat tulisan close yang tergantung di pintu. Lima detik kemudian dia berbalik dan memutuskan pergi, sambil bertanya-tanya di benaknya, kenapa sudah tutup padahal biasanya kafe itu akan buka hingga pukul sepuluh malam.

"Sayang!" Suara yang menginterupsi dari beranda kafe di lantai dua. Satria memanggilnya dari sana dengan nafas terengah, seperti habis berlari. "Masuk aja nggak pa-pa. Pintunya nggak dikunci kok!" Katanya setengah teriak.

Gadis yang mengenakan masker yang menutupi sebagian wajahnya itu nampak bingung. Dia mematung di tempatnya. "Nggak berani!" Teriaknya sambil menengadah ke atas.

Satria yang mengenakan kaos polos warna hitam juga celemek warna hitam juga itu lantas tersenyum lebar, "ya udah, tunggu situ! Aku turun sekarang!" Satu detik kemudian, Satria menghilang dari beranda. Lalu dua menit kemudian sudah muncul dari pintu yang tertutup tadi. "Ayo masuk!" Sila Satria.

Lagi-lagi Gadis mematung.

"Kenapa?" Tanya Satria.

"Udah tutup, kenapa masuk? Mau apa? Apa-apa nggak nanti?"

Satria terkekeh, "sengaja aku suruh tutup awal, karena mau ada tamu spesial yang datang."

"Ah, Gadis pulang aja deh! Malu sama tamu spesialnya. Gadis nggak kenal," kata Gadis, saat tiba-tiba terlintas bayangan seorang pejabat yang akan datang ke sana.

"Kenapa malu?" Satria menggenggam pergelangan tangan wanita bergamis hitam itu erat. "Aku udah masak banyak, kenapa pulang? Lagian bunda sama ayah lagi nggak di rumah."

Gadis yang baru beberapa langkah berjalan dan hampir mencapai pintu itu berhenti lagi, "mereka kemana? Kok Gadis nggak tahu," alis wanita itu nampak bertaut.

"Pulang ke Malang, ayah ada reuni  SMA katanya."

"Kok nggak bilang sama aku?"

"Kata Bunda, pasti kamu nggak bolehin. Jadi, bilangnya ke aku. Mereka akan balik lusa. Ayo masuk!"
Akhirnya Gadis mengikuti langkah Satria yang menggandengnya masuk ke dalam. Suasana sepi membuat Gadis berjalan berat, "kenapa sih? Nggak papa kok."

"Gimana kalo kita di kira mau nyuri?" Bisik Gadis yang seolah takut jika ada yang mendengar, masih ada beberapa pegawai yang bersih-bersih meja dan menyapu lantai yang nampak melihat ke arah mereka.

"Kafe ini punyaku, mana mungkin dianggap mencuri?"

"Ah iya! Gadis lupa!" Rasa kesal akibat ditinggal ayah bundanya yang tadi sempat dia rasakan pun sirna. "Tapi, tamunya gimana? Gadis pulang aja ya?"

Kaki keduanya mulai menapaki tangga kayu kafe itu, menuju sebuah meja yang sudah terhidang beberapa menu masakan. "Duduk Dis!" Satria menarik satu kursi untuk istrinya yang tak bergerak. "Kenapa?"

"Kok aneh ya?" Gadis sedang berpikir.

"Aneh kenapa?"

"Gadis berasa jadi tamu."

Satria tergelak, "emang kamu tamu spesialnya, sayang."

"Aku?"

"Iya. Kafe ini sengaja aku tutup awal buat ngenalin kamu ke mereka," Satria menunjuk karyawannya yang berjumlah tujuh orang, dan entah sejak kapan sudah berbaris rapi di belakang Gadis. Lalu Gadis berbalik kemudian mengangguk sopan pada ke tujuh orang itu. Dia lupa bahwa masih mengenakan masker, jadi meski tersenyum pun hanya matanya saja yang terlihat menyipit, hingga Satria membantu membuka masker itu.

"Perkenalkan, ini istri saya." Kata Satria ramah, semua pegawainya pria dan usia mereka di atasnya. "Mulai sekarang, mungkin kalian akan sering melihatnya di sini."

Es Balok Unjuk Rasa ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang