Bisikan Cinta

3.4K 555 179
                                    

Siapa sih yang mengganggu pagi manis bulan madunya? Satria penasaran pada pelaku yang menghubungi ponselnya sejak subuh tadi. Namun dia abaikan, dia tahu pasti bahwa itu bukan Dena atau Dio. Karena nada dering keluarganya dia buat berbeda dari yang lain.

Mengerutkan dahi terlebih dahulu, pria yang masih muka bantal meski sudah pukul sembilan pagi itu akhirnya menyentuh panel hijau dan menjawab salam.

"Bocahhhhhh! Lo mati apa kemana?!!! Ditelfon sejak pagi buta, baru dijawab setelah matahari udah jalan-jalan di seluruh bumi!"

"Lebay lo bang! Ada apa?" tanyanya santai pada pria pemilik perusahaan agribisnis di daerah Bogor itu. Siapa lagi kalo bukan Amar Raditya.

"Yang lo bilang di pesan lo kemarin itu serius?"

"Gue nggak pernah bercanda kalo soal Kak Dena. Lo udah di Jakarta, bang?"

"Udah. Kayak lagi ngigau aja gue tengah malam berkendara Bogor-Jakarta. Cuma buat cewek yang udah nolak gue dengan sadis. Padahal, gue mau lepas aja kakak lo."

Satria terkikik, karena terbayang jelas wajah Amar yang hopeless. "Lagian gue juga belum tentu ngasih lo restu bang. Kakak gue nggak suka tanam menanam."

"Dasar bocah! Terus ngapain semalam lo ngasih tahu gue, kalo kakak lo yang galak itu nyari gue?" nada bicara Amar terdengar kesal.

"Karena gue nggak mau kak Dena berkendara ke Bogor. Biar abang aja yang ke Jakarta. Dia serius nyariin lo."

"Kira-kira kenapa ya dia nyari gue? Padahal kemarin gue baru aja dia bikin patah hati sedalam-dalamnya."

Satria tak sanggup menahan tawa, Amar itu memang sudah lama ingin menikah, tapi baru kali ini tertarik pada wanita. Lebih istimewanya, jatuh cinta pada kakak perempuannya yang galaknya luar biasa. Semoga ada jodoh di antara mereka. "Mau lamar lo kali?"

"Lo becandain gue ya?"

"Suruh kanjeng mami masak yang banyak. Kali aja abang emang mau dilamar. Udah ya bang?"

"Lo lagi dimana?"

"Lombok."

"Ngapain?"

"Membuat bayi."

"Nyesel gue nanya!" Amar memutus panggilan.

Satria tertawa lalu meletakkan ponselnya pada tempatnya semula. Dia pun kembali ke tempatnya semula.

***
Sebuah mobil merah berhenti di depan gerbang sebuah rumah berlantai dua dengan pekarangannya yang luas. Tak lama si pengendara pun turun dan terlihat memperhatikan layar ponselnya sambil melihat angka yang tertulis di pagar gerbang. Setelah merasa yakin bahwa itu rumah yang dia cari, dia memencet bel yang tertempel di samping pagar.

Cukup sekali tekan, beberapa detik kemudian seorang wanita berdaster yang berusia sekitar empat puluh tahun berlari dari arah rumah.

"Assalamu'alaikum, apa benar ini rumah saudara Amar Raditya?"

"Wa'alaikumussalam Nona, iya benar. Nona nyari den Amar?"

"Iya bu. Orangnya ada?"

"Kebetulan dia ada, mari silahkan masuk!"

Setelah dibukakan gerbang, Dena mengikuti wanita itu masuk ke dalam pekarangan lalu mulai menapaki teras. Semakin kakinya masuk ke dalam, semakin berdebar rasanya jantung di rongga dadanya. Akankah kedatangannya akan ditolak setelah kelakuannya kemarin?

Niatnya datang hanya untuk bertanya dimana dia bisa mendapatkan melon yang sama seperti yang pria pemilik rumah itu bawa ke rumahnya dulu. Hanya itu. Lalu pulang?

Es Balok Unjuk Rasa ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang