"Kita baikan ya?!" pinta Satria dari bawah sana.
"Nggak!!"
"Kenapa?"
"Ini belum seminggu tau!"
"Tapi kayak udah sebulan tau rasanya!" Satria memperlihatkan deretan giginya yang rapi, "ya udah, ambil waktu seminggu lo. Gue pulang!" tubuh jangkung itu berbalik.
"Lo masih punya utang sama gue!" suara Gadis membuat langkah pemuda itu berhenti. Menatap ke arah balkon dengan kerutan di dahinya.
"Apa?"
"Masih ada yang gue nggak tahu. Kata lo kemarin gitu! Kasih tahu gue atau gue nggak maafin!"
Satria menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal. Seperti ada yang sedang dia pikirkan. "Iya deh! Lusa datang ke The Rangers jam 8 malam."
"Kenapa harus malam?" tanya Gadis terdengar tak terima.
"Gue besok pagi keluar kota, pulang baru lusa, ada sesuatu yang mesti gue urus."
"Apa? Lebih penting dari gue?"
Satria tertawa, "kayaknya sih iya! Kalo udah halal beda lagi ceritanya. "
"Sana lo pulang! Bikin kesel aja!"
"Iya deh, Dis. Assalamu'alaikum!"
Sebelum salamnya dijawab, Gadis sudah masuk lagi ke dalam kamarnya dan menutup tirainya dengan kasar. Lucu. Menurut Satria tingkah Gadis barusan amatlah menghibur hatinya yang beberapa hari ini resah karena takut tidak akan mendapat maaf dari calon istrinya. Satria rasa, dia akan tidur nyenyak malam ini.
***
Duduk di paviliun favoritnya sembari menunggu kelas berikutnya masuk, Gadis hanya membolakbalik novelnya malas. Nggak ada feel saat membaca alur cerita yang tersaji, padahal itu novel yang open PO-nya saja dulu dia tunggu siang malam. Tapi sejak kurir mengantar novel itu ke rumahnya kemarin, dia belum kelar membacanya. Tak seperti biasanya yang pasti akan dia baca kebut dalam semalam saja tiap dia membeli novel romance-spiritual yang akhir-akhir ini menjadi favoritnya.
"Lo puasa?" Tanya Andara.
"Nggak."
"Tumben mulut lo kosong, dan kenapa lemes gitu? Kayak nggak ada semangat hidup gitu."
Gadis akhirnya menutup novel bersampul biru di pangkuannya. Menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Lalu seperti memikirkan sesuatu, ekspresi yang Andara hafal betul pasti sahabatnya itu kini sedang akan menyampaikan sesuatu. Sebuah pemikiran ajaibnya.
"Lo ngerasa nggak akhir-akhir ini kampus sepi banget? Seperti nggak ada kehidupan gitu?"
"Nah lo pikir gue ini bukan manusia?" Andara tergelak. "Lagian ya Dis, dari mana lo bisa mikir kalo kampus sepi? Tiap hari bahkan kelas kita full, nggak ada teman kita yang absen. Belum lagi anak-anak dari fakultas sebelah yang dari tadi gue lihat berseliweran. Sepi dari mananya?"
"Kok di pandangan gue lain ya Ra? Semua terlihat beda, kayak lagi lihat film zombie. Tak bernyawa gitu."
"Lo lagi ngomongin diri lo sendiri?"
Gadis menggeleng, "nggak tau deh Ra. Itu matahari juga rasanya nggak bersinar secerah biasanya. Bahkan lolipop karamel kesukaan gue, mendadak pahit di mulut gue."
Andara terkikik, lalu mengulum senyum. "Tapi, gue tetap cantik kan di mata lo? Bisa gawat kalo terlihat kayak Zombi juga." Andara pun tertawa akibat geli dengan pemikirannya sendiri.
Andara merangkul bahu Gadis, "gue diagnosa lo lagi terserang penyakit Dis!"
"Jangan nakutin ih! Lagian lo bukan Dion, anak sastra mana bisa mendiagnosa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Es Balok Unjuk Rasa ✔ TERBIT
RomanceSpinoff Mayang Senja. Satria Rangga Prawira, pemuda bersifat dingin dan datar, tapi ganteng. Dia menjabat sebagai Ketua BEM di kampusnya. Diidolakan banyak mahasiswi dari maba hingga mahasiswi tingkat akhir. Tapi harus pontang-panting mengejar satu...