Aku Sayang Kamu

3.5K 509 185
                                    

Amar cemberut.

Sedangkan sang mami justru menertawainya sambil terus mengepakkan kipas lipat di tangannya. "Besok saja."

"Sebenarnya anak mami itu Amar atau Satria?"

"Tentu saja kamu."

"Tapi kenapa menunda lamaran hanya karena Satria belum pulang dari acara membuat bayinya?"

"Hush! Bulan madu."

"Satria sendiri yang bilang begitu ke Amar. Dia di Lombok sedang membuat ba--- aduuuh mi, sakit!" Kipas sang mami melayang dan mendarat dengan lumayan keras di tangan insinyur pertanian itu.

"Mami pengen ketemu sama istrinya Satria. Secantik apa? Baik nggak? Sholehah nggak?"

"Kalo nggak cantik dan nggak sholehah mami mau apa?" Tanya Amar pada wanita yang yang melahirkannya itu. Sambil meneruskan acara menyiram bunga yang baru dia tanam pagi tadi, sesuai perintah kanjeng mami.

"Mami mau jewer telinga Satria. Bagaimana anak setampan dan sholeh gitu bisa milih yang nggak cantik dan nggak sholehah?"

"Coba mami bilang gitu dari kemarin, udah Amar kasih tunjuk istri tuh bocah seperti apa," Amar menaruh selang di tangannya ke tanah, lalu memutar kran untuk menghentikan aliran air. Acara menyiram bunga sudah selesai, menurutnya. Tapi nyatanya sang mami malah menghadang jalannya. Amar menyatukan alis, "udah selesai mi. Amar mau mandi. Maghrib bentar lagi."

"Mami lihat dulu, istri Satria. Sekarang. Mami nggak mau penasaran."

"Iya baiklah baiklah. Besok Amar kalo ketemu tuh anak bakal Amar kerjain. Mami gue, lebih sayang dia dari pada gue yang anak semata wayangnya." gerutunya sambil berjalan ke teras. Meraih ponsel di atas meja lalu membuka ponsel tanpa sandi itu dengan mudah. Lalu menuju aplikasi instagram.

"Kanjeng mami duduk sini. Lihat ini dengan tenang." ponsel yang sedang memutar video yang diunggah si Ketua BEM di ig-nya, menampilkan video jalan-jalan Satria dan Gadis saat bulan madu. Kebanyakan gambar Gadis yang di shot oleh Satria meski dia pun ada juga.

"Masyaa allah, cantik! Siapa namanya?"

"Gadis."

"Mami serius!"

"Amar pun. Lihat deh mami Amar tersayang," tunjuk Amar pada tulisan kecil warna biru dalam caption unggahan Satria yang banjir gambar hati dan komentar patah hati itu. "Yang Amar tahu, Satria ngejar istrinya ini susah payah. Ditolak berkali-kali dulu baru diterima. Udah ah, versi lengkap tanya sendiri ke orangnya, besok dia balik. Apa Amar sudah boleh mandi?"

"Sana mandi, ponsel kamu biar di sini!"

Amar meninggalkan sang ibu sambil menggerutu. Bagaimana bisa wanita paruh baya berbadan tambun kesayangannya itu bisa sesayang itu pada temannya? Sampai-sampai niatnya melamar Dena mesti tertunda hanya karena Satria belum pulang dari Lombok.

***
Dena tak menyangka bahwa usahanya untuk memenuhi ngidam seseorang akan sangat membahagiakan meski hanya melihatnya saja, tak ikut menyantap. Hingga terbersit tanya apakah memang seenak itu?

"Kak Dena mau?"

Dena menggeleng sambil tersenyum, "buat kamu saja. Kakak senang lihat kamu makan tanpa mual begini. Tapi dek, kata dia panennya masih tiga minggu lagi, apakah kamu akan menginginkannya lagi dalam waktu dekat ini?"

"Dia? Maksud kak Dena siapa?"

"Teman Satria. Dia yang tanam melon ini."

"Benarkah?" kenapa Andara berwajah sumringah begitu? Dena menebak akan ada rentetan drama ngidam yang panjang. "Dia petani? Apa saja yang dia tanam kak?" tuh kan iya, akan ada yang dia inginkan.

Es Balok Unjuk Rasa ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang