Es Balok Unjuk Rasa

6.8K 763 249
                                    


Di paviliun depan fakultas sastra, selalu saja gadis itu duduk sendirian di sana dengan sebuah novel di tangannya. Tak lupa lolipop rasa karamel favoritnya. Entah berapa kali Satria mendapati pemandangan itu tiap kali datang ke fakultas itu. Kali ini pun sama. Gadis yang ingin ia jumpai sendirian tanpa teman.

Menghela nafas panjang lalu dia berjalan mendekat ke paviliun dengan wajah tanpa ekspresi, celana jeans hitam slim fit yang robek di bagian lulut dipadukan dengan sweater warna putih longgar yang ia kenakan ditambah sneaker warna hitam di kedua kakinya, membuatnya terlihat kian menawan bagi kaum hawa yang menatapnya.

"Assalamu'alaikum." Salamnya untuk wanita yang sudah hampir dua bulan tak dia temui itu.

Tanpa menoleh wanita dengan novel bersampul biru yang sedari tadi ia baca itu menjawab salamnya.

Berdecak kesal, lagi-lagi seperti itu. Mahasiswi yang satu ini sering kali memperlakukannya demikian. Berbeda halnya jika itu mahasiswi lain, bahkan dia sering mendapat kado atau coklat tanpa harus melakukan apapun.

"Gadis!" Panggilnya dengan sedikit mengeraskan suaranya, dan berhasil. Gadis menatapnya.

"Lo?" Tubuh Gadis menegak dibarengi senyum, lalu menatap pria jangkung di depannya. "Kapan balik?"

"Semalam."

"Ngapain ke sini?"

"Ada perlu sama lo." Satria duduk di sebelah Gadis, seperti biasa dengan jarak satu meter. "Bunda sama ayah di rumah nggak?"

"Nggak tau, kan gue di sini. Perlu gue telfon dulu, buat nanyain ke mereka ada atau nggak gitu?"

Udah biasa sekali jawaban polos kayak gitu Satria dapatkan dari gadis itu. "Nggak perlu. Lo kira-kira aja, ada nggak di rumah untuk saat ini."

Krasnaya Maura Gadis, yang biasa disapa dengan panggilan Gadis itu nampak berpikir sambil memainkan lolipop di dalam mulutnya. "Saat ini, pasti ayah masih di kantor deh. Kalo Bunda mungkin ada. Nanyain mereka suruh apa?"

"Nggak ada!" Satria berdiri.

"Satria, jangan pergi dulu. Gue mau minta tolong."

Satria duduk lagi ke tempatnya, "tolongin apa?"

"Anterin gue ketemu sama ketua BEM kampus kita."

"Hah?!" Dasar Gadis, padahal ketua BEM itu adalah Satria sendiri. "Mau ngapain?"

"Ada perlu."

"Harus jelas dulu, perlunya apa?"

"Nggak jadi deh!"

Dahi Satria mengkerut, lagi-lagi Gadis seenaknya. Tapi entah kenapa, Satria selalu penasaran pada wanita di depannya itu. Dia beda.

Gadis memasukkan novel yang ada di pangkuannya ke dalam tas ranselnya. "Lo mau pulang kan? Gue ikut! Mau jenguk Andara, katanya dia demam."

"Gue bawa motor."

Gadis mendesah kecewa.

"Ya udah, lo pesen taksi. Gue ikutin dari belakang." Putus Satria.

Gadis sedikit tertawa, "gue yang mau ke rumah lo, tapi kok lo yang ngikutin gue dari belakang? Jangan bilang kalo lo lupa jalan pulang." Gadis menyipitkan kedua matanya sambil menunjuk wajah lempeng milik Satria.

Ya kali lupa Dis? Dia Satria, ketua BEM dengan predikat mahasiwa terpandai seangkatan pada jurusannya, masak iya lupa sama jalan pulang ke rumahnya? Memang selemot itulah gadis pujaan si ketua BEM itu.

"Ya udah ayo! Gue aja yang pesenin taksi buat lo." Kenapa? Satria nggak yakin jika Gadis sendiri yang pesan.

***

Es Balok Unjuk Rasa ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang