Dio tak jadi mengantar sang adik ipar, karena Dena memaksa agar dia yang mengantarnya pulang lalu ke kampus. Apa kata Dena adalah perintah, jika membantah sedikit saja akan ada bagian dari tubuh Dio yang akan merasakan sakit, entah karena dicubit atau tendangan kaki. Yah, Dena dan galak berteman sangat baik.
"Kak Dena, mau balik ke Singapura lagi?" Gadis yang sudah berganti baju dan siap ke kampus bertanya lalu duduk bersebelahan dengan kakak iparnya di meja makan. Tapi menunda keberangkatannya sebentar untuk memakan salad buah yang Dena bawa untuknya. Meski tanpa paksaan, Gadis dengan senang hati memakannya. Dena khusus membuatnya untuk kedua adik ipar kesayangannya.
"Iya. Kan kerjaan kakak ada di sana, dan lagi kakak sudah pindah kewarganegaraan sana."
"Pindah ke sini lagi aja. Gadis suka Kak Dena di sini. Apalagi sebentar lagi akan ada bayi."
Dena tersenyum sambil melihat Gadis yang lahap memakan campuran buah-buahan dan yogurt itu. "Bayi kamu atau bayi Andara?"
"Bayi Andara lah, Gadis kan belum--" o-o dia keceplosan. Satria sudah berpesan padanya agar tak membicarakan hal sensitif itu pada orang lain. Siapa pun itu.
Wajah sumringah itu berubah takut. Tapi Dena yang paham justru tertawa karena adik iparnya yang super polos ini. "Nggak papa, kakak ngerti kok!"
"Kakak nggak marah? Kak Dena baik deh!" Gadis memeluk Dena dengan erat. "Baik gini, kenapa kedua adik kakak selalu bilang bahwa kakak galak. Gadis aja suka Kak Dena banyak-banyak."
"Jangan dengerin mereka, Gadis akan selalu lihat Kak Dena yang baik, bukan galak. Udah belum makannya? Ayo berangkat!"
Setelah Gadis pamit untuk mengambil tasnya di kamar, mereka pun berangkat ke kampus di mana wanita itu menuntut ilmu.
"Kak, Gadis haus. Tadi lupa minum, mampir bentar ke mini market depan boleh nggak?" Tanya Gadis saat mobil berjarak beberapa meter lagi dari kampusnya. Tak ada raut kesal di wajah Dena yang biasanya galak itu. Dengan senyum dia menuruti keinginan sang adik ipar dengan alasan bahwa ada sesuatu yang hendak Dena beli juga.
Lemari pendingin adalah tujuan Gadis begitu menginjakkan kaki di toko kecil serba ada itu. Kemudian disusul Dena yang berjalan menuju rak tempat beberapa sabun muka yang berjajar rapi.
Minimarket yang cukup ramai membuat beberapa orang mengantri di depan kasir.
"Itu aja?" Tanya Dena yang melihat Gadis membawa dua botol air ber-ion dalam botol warna biru.
Gadis mengangguk, "satunya buat Satria nanti kalo jemput Gadis."
"Snack kentang??"
Gadis menggeleng. Tumben sekali dia tak tertarik dengan snack favoritnya itu.
Dena tersenyum pada gadis yang dinikahi sang adik beberapa hari lalu itu. Dia selalu suka pada aura bahagia yang Gadis ciptakan tiap kali wanita yang pernah gagal menikah itu bersamanya. "Ya udah, kita bayar. Kakak traktir."
Keduanya pun mengantri di belakang dua orang wanita yang sepertinya mahasiswi juga. Awalnya nampak biasa, Gadis dan Dena menunggu dalam ketenangan. Hingga apa yang dua mahasiswi cantik itu sedang bicarakan menyita perhatian pendengaran keduanya.
"Satria ketua BEM?" Salah satu dari mereka bertanya pada temannya sambil melihat beberapa coklat di dalam keranjang belanja berwarna biru yang temannya bawa.
"Iya. Bentar lagi kan valentine, mau ngasih coklat yang spesial buat dia dan bakalan gue antar langsung ke kantor BEM." Kata mahasiswi berambut panjang sepinggang. "Gue tahu, kalo biasanya surat yang terselip pada bingkisan coklat gue nggak pernah dibaca sama dia. Lo tahu kan berapa banyak mahasiswi yang ngasih dia coklat tiap harinya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Es Balok Unjuk Rasa ✔ TERBIT
RomanceSpinoff Mayang Senja. Satria Rangga Prawira, pemuda bersifat dingin dan datar, tapi ganteng. Dia menjabat sebagai Ketua BEM di kampusnya. Diidolakan banyak mahasiswi dari maba hingga mahasiswi tingkat akhir. Tapi harus pontang-panting mengejar satu...