"Saya terima nikah dan kawinnya Krasnaya Maura Gadis binti Farel Danuatmaja dengan mas kawin tersebut tunai!"
Satria lantang mengucapkan kalimat panjang itu dalam satu tarikan nafas sambil menjabat tangan ayah dari gadis yang dia nikahi. Lalu pada detik berikutnya terdengar kata sah dari para saksi, yang kebetulan diemban oleh Albert dan Ibram. Farel tak memiliki kerabat dekat di Jakarta jadi meminta mereka untuk menjadi saksi atas pernikahan putrinya. Mengingat mereka sudah seperti seorang ayah dan kakak laki-laki bagi Gadis. Kebetulan satu-satunya saudara yang dia miliki tinggal di Papua, dan tak bisa hadir terkendala izin. Kakak dari Farel adalah seorang tentara yang bertugas di Indonesia bagian timur sana.
"Alhamdulillah." para hadirin serempak mengucap syukur atas bersatunya dua manusia dalam ikatan suci pernikahan.
Tautan tangan Satria pada tangan Farel pun terlepas kemudian menengadah ke atas untuk mengaminkan doa yang dipanjatkan pejabat yang berwenang untuk mensahkan pernikahan.
Hanya raut bahagia yang terlukis di wajah orang-orang yang memenuhi ruang tengah kediaman orang tua mempelai perempuan yang belum nampak hadir di sana. Gadis masih terkurung di kamarnya, meski sebelumnya mulutnya tak berhenti protes agar tak ditinggal sendirian di kamarnya.
"Temenin gue sih! Gue nggak mau ketemu Satria sendirian." rengeknya beberapa waktu yang lalu kepada dua sahabatnya, Andrea dan Dian. Tentu saja permintaannya itu ditolak dengan tegas oleh mereka.
Farel tiba-tiba memeluk menantu barunya, menepuk punggungnya perlahan. Pria berstatus ayah tapi masih sangat muda itu hanya ingin mengucap terima kasih sekali lagi pada pemuda yang tak bisa menyembunyikan senyum dari wajahnya itu. Senyum yang membuat Dio bersiap meledeknya setelah adiknya itu selesai dengan ayah mertuanya.
"Terima kasih telah berjuang demi Gadis sampai titik ini. Kamu bertahan dan akhirnya berhasil mengucap akad sepuluh hari setelah lamaran seperti keinginan putri ayah. Kisah kalian baru akan dimulai, dan ayah tau ini tak mudah. Putri ayah hanya satu, dan kamu tahu betapa istimewanya dia. Sekarang tanggung jawab ayah berpindah padamu, dunia dan akhiratnya putri ayah tergantung bagaimana kamu yang membimbing dan menjaganya. Sekali lagi, Ayah berterima kasih padamu karena sudah bertahan. Jika perlu bantuan jangan sungkan beritahu ayah, sekarang kamu adalah anak ayah dan bunda juga."
Dalam hati Satria bergetar mendengar suara terbata dari Farel, Satria tahu pasti bahwa Farel amatlah berat melepas putri semata wayangnya pada pemuda yang hanya beberapa bulan dia kenal. Gadis adalah permata hatinya selama bertahun-tahun, menjadi tawa dan kebanggaannya sebagai seorang ayah, tapi tiba-tiba ada pria asing datang dan akan membawa pergi belahan jiwanya. Satria tahu itu dan tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang Farel berikan padanya.
"Satria juga berterima kasih pada ayah dan bunda, karena percaya pada Satria yang tiba-tiba aja datang dan akan mengambil belahan jiwa kalian. Mohon bimbingannya ya ayah, Satria masih harus belajar banyak dari ayah."
Pelukan mengharukan itupun terurai, lalu Farel menepuk bahu sang menantu. "Sana jemput istrimu."
Satria tersenyum dan mengangguk. Menarik nafasnya dalam lalu membuangnya perlahan. Tak pernah disangka olehnya, bahwa hendak bertemu istri itu sangat mendebarkan seperti saat ini.
"Kenapa lo?" Bisik Dio yang duduk persis di belakangnya.
"Deg-degan." Jangan salahkan Dio jika dia terbahak karena kejujuran adiknya yang terlontar dari ekspresi datarnya.
"Es balok bisa deg-degan juga ternyata. Perlu gue temani?" Dio mengerling nakal.
"Nggak perlu!"
"Jiah! Ya udah sana. Ingetin gue buat ngebales lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Es Balok Unjuk Rasa ✔ TERBIT
RomanceSpinoff Mayang Senja. Satria Rangga Prawira, pemuda bersifat dingin dan datar, tapi ganteng. Dia menjabat sebagai Ketua BEM di kampusnya. Diidolakan banyak mahasiswi dari maba hingga mahasiswi tingkat akhir. Tapi harus pontang-panting mengejar satu...