02 : Welcome To Royal Academy

93.2K 4.2K 53
                                    

          JALANAN darat menempuh asramaku tak begitu jauh, setelah capai terus duduk dengan terpaksa di pesawat, akhirnya aku bisa merebahkan diriku di mobil. Aku tak mengerti kenapa Dad dan Mom begitu jauh memindahkan kami bertiga di asrama sial itu, dan aku juga tak bisa memakai nalarku kenapa teman se SD ku banyak masuk di asrama sana (itu kata Mom). Benar – benar misteri.

“kau lelah?” Tanya Daniella cemas.

Aku mengangguk mengiyakan. Selama perjalanan menuju ke sini aku selalu bungkam dan tak pernah membuka mulutku untuk bersuara. Aku sama sekali tidak bersemangat sekarang jadi, jangan ganggu aku. Kutolehkan kepalaku ke jendela mobil dan menghembuskan nafas berat.

Jalanan ini begitu asri karena banyak sekali pepohonan rimbun di pinggirnya. Banyak bunga Aster, Agapanthus dan Lili di sini, membuatku tersenyum tipis. Aku rasa tidak buruk juga pindah ke asrama ini. Aku membuka kaca jendela mobil sedikit, semilir angin menerpa wajahku, aku tak tahu kapan mataku terasa berat dan akhirnya aku tertidur (mungkin).

Aku berada di sebuah perpustakaan yang aku tidak tahu di mana, perpustakaan ini membuatku bulu kudukku meremang karena aku mendengar suara piano yang menyayat hati siapa saja yang mendengarnya.

Tap tap tap

Saat suara piano itu berhenti, tak berapa lama aku mendengar suara langkah kaki, kupastikan itu bukan langkah kakiku karena aku terpaku di tempatku berdiri. Cahaya keremangan dari lampu neon yang berada tak jauh dariku membuat siluet seorang gadis, gadis itu berjalan ke arahku. Langkah kakinya pelan dan seperti di seret – seret. Aku ingin lari dari tempat menakutkan ini tapi kakiku berkata lain. Keringat mengucur deras dari seluruh pori – pori tubuhku, membasahi kemeja yang aku gunakan. Aku tak sadar sudah memakai kemeja, sweater dan jas di tempatku berdiri ini.

“kau siapa?” Tanya gadis itu, suaranya serak dan kering.

Bulu kudukku semakin meremang, aku tidak menjawab dan hanya terpaku pada wajah gadis itu, kulitnya seputih porselen, rambutnya keperakan dan bersinar di cahaya lampu neon, menjadi kekuningan, baju tidurnya berwarna merah jambu, dengan renda – renda di bagian bawahnya, dia mengerutkan dahinya bingung, dia memakai sandal tidur berwarna putih berbulu domba. Bibirnya yang berwarna merah muda mengatup rapat. Saat aku ingin menjawab pertanyaannya tadi, tiba – tiba tenggorokanku tercekat, aku tidak bisa mengeluarkan satu patah kata pun.

“kau kenapa?” dia bertanya lagi, matanya yang berwarna cokelat menatapku kebingungan.

Saat aku mau menjawab lagi, seseorang menepuk bahuku, cukup keras.

“Terresa! Are you ok?” Suara seorang perempuan yang dekat denganku membuatku tersadar.

Aku duduk tegak di jok mobil dan memijit – mijit dahiku, pusing, nafasku terengah. Daniel dari arah belakang sudah melompat untuk melihat keadaanku. Dia duduk di tengah – tengah, menelusuri setiap inci wajahku.

“kau berkeringat.” Seru Daniel, dia terbelalak.

“aku tidak apa – apa, sungguh...” Elakku.

‘’Dan, ambilkan tissue basah.’’ Perintah Daniel.

Daniel seakan tidak perduli kata – kataku, dia tetap menelusuri wajahku dengan tampang panik. Daniella membuka tasnya, merogoh isinya dan menyerahkan sekotak tissue basah yang ia ambil dari tas kepada Daniel dengan tergesa. Daniel mengambilnya dan berterimakasih pada Daniella, lalu terfokus padaku lagi. Dia mengelap wajahku dengan tissue basah. Aku menatap mereka nanar.

“tadi aku mimpi.’’ Kataku.

“mimpi? Mimpi apa?” Tanya Daniel tanpa menghentikan aktivitasnya mengelap wajahku.

Royal AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang