07 : Library's Rumor

55.7K 2.8K 31
                                    

DAVE masih sibuk menyusuri rak - rak fiksi ketika aku menoleh ke arahnya, aku kembali melihat sudut ruangan perpustakaan. Suara lantunan piano sudah tidak terdengar lagi. Aku sedikit bernafas lega dan mulai berjalan ke sudut ruangan itu. tidak ada apa - apa, pikirku ketika aku sudah berada di sini. Lantai kayu disini sedikit agak reyot daripada yang lain seperti di makan rayap saja. Di sebelah sudut ruangan disini ada tangga menuju ke atas. Aku ingin beranjak dari sini dan ke atas, tapi langkahku terhenti ketika seseorang menepuk bahuku pelan.

Terlonjak kaget, aku langsung menengok ke belakang dan mendapati Dave dengan dua buku Sherlock holmes di kedua tangannya, yang satu punyaku dan yang satunya mungkin punyanya untuk tugas Bu Diana. Nafasku terengah - engah seperti habis lari marathon.

"kau benar - benar menggagetkanku. Kukira kau hantu." Kataku sambil mengelus dadaku kaget.

Dave tetap diam, tapi sorot matanya menatap ke belakangku tajam. Aku ikut menengok ke belakang tapi aku tidak menemukan apapun. Perlahan, tangan Dave memegang erat pergelangan tanganku dan membawaku menjauh dari sudut ruangan perpustakaan itu.

"kau kenapa sih?" tanyaku di sela - sela perjalanan.

Sekarang kami sudah keluar dari perpustakaan setelah aku dan Dave meminjam buku Sherlock holmes dan mencantumkan nama kami beserta bukunya di buku Bu Frey yang hanya terdiam dengan tatapan nanar.

Dave menghentikan langkahnya lalu melihat ke belakang lagi, tiba - tiba dia berlari sambil masih memegang pergelangan tanganku dengan erat. Di situasi ini sepertinya aku harus diam dan menurut pada Dave. Langkah kakinya cepat sekali hingga aku terseok - seok mengikutinya, mungkin jelas karena Dave kan pemain futsal. Kami melewati koridor aula tengah yang hanya diterangi lampu pijar. Lalu kami berlari hingga ujung koridor kamar anak perempuan dan laki - laki.

Aku terjatuh karena langkah Dave semakin cepat sementara tangannya masih menggenggam tanganku erat. Tersungkur di depan seorang gebetan kau itu sama sekali tidak keren, Ressa. Aku meringis kesakitan dan menahan air mataku untuk keluar. Sakit sekali, urgh.

Dave berjongkok di depanku dan memeriksa lututku dengan tatapan khawatir. Dia menghela nafas panjang dan bergumam.

"maafkan aku." Gumamnya.

"it's not your fault." Kataku.

Sepertinya kaki kananku keseleo, untung saja lantai ini berlapis karpet hijau berbulu jadinya aku tidak berdarah karena tergesek lantai yang keras. Aku mencoba berdiri dan hasilnya nihil, rasa sakit menderaku. Kukalungkan lenganku di leher Dave dan mencoba berdiri dengan sebelah kaki kiriku yang tidak keseleo, sedetik aku terpaku memandang wajah Dave yang begitu dekat dengan wajahku. Mukaku merona malu tapi aku tidak berdebar. Dave juga merona dan memalingkan wajahnya ke arah yang lain. Dia memeluk pinggangku dan menurunkanku kembali ke karpet hijau berbulu dengan hati - hati, lalu berjongkok di depanku.

"ayo naik..." katanya.

"maaf tapi aku sedikit berat, aku ingin menolak tapi aku sendiri tidak bisa jalan. Jadi... jangan salahkan aku, Dave." Kataku memberi peringatan.

Dia menoleh dan mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil,

"seberapa berat sih?" tanyanya sarkastik.

Ow ow aku tidak menyangka dia bisa sarkastik juga. Aku tersenyum geli dan mengalungkan lenganku di lehernya dan dia menggendongku dari belakang dengan mudahnya.

"tadi kenapa kita lari?" tanyaku ragu.

Dia berhenti sesaat dan menengok ke belakang, ke arahku. Menyisakan sedikit jarak antara kami dan aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang tidak teratur.

"kau diikuti." Katanya.

"sama ... siapa?" tanyaku sedikit bingung.

"hmm.... Besok - besok saja deh ceritanya!" dia menjulurkan lidahnya.

Royal AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang