Teressa berjalan lunglai di koridor sekolah yang tampak ramai, banyak orang yang menghindar darinya ketika dia lewat, tapi dia sama sekali tidak perduli. Pikirannya penuh sumpah serapah tentang ulangan sastra tadi. Dia tidak suka dan tidak berusaha untuk mempelajari pelajaran membosankan itu.Teressa lebih memilih biologi atau fisika dibanding sastra.
Oke, dia memang tidak bisa banyak berbicara.
Sekarang memang pekan ulangan semester pertama yang terakhir, yang paling berpengaruh untuk nilai kenaikan kelas nantinya. Maka dari itu, Teressa dan yang lain berusaha seoptimal mungkin supaya mendapat nilai terbaik. Meskipun masih dalam bayang – bayang ramalan 13 yang ke 7.
7. Tanggal 23 november 2011, salah satu kelas 8 akan mendapatkan nilai 0 untuk satu test mata pelajaran.
Teressa mendengus dan kembali berjalan, lama kelamaan ramalan – ramalan konyol itu membuatnya jengkel.
“Ress!” panggil seseorang.
Teressa menengok ke belakang, bibirnya cemberut dan dahinya berkerut menggemaskan, membuat Jonathan yang tadi memanggilnya terpesona sesaat. Jonathan ingin sekali mencubit pipi itu dan membuat Teressa tertawa. Sadar dia telah lama memandang Teressa membuat Jonathan malu, dia mengalihkan pandangannya ke loker – loker yang penuh dengan anak – anak.
“Kenapa Jo?” tanya Teressa terheran – heran.
“Eh? A—ano itu—maksudku kita bisa pergi ke Aula bersama kan? Kau temanku—jadi—”
“Tentu, ayo, lagipula Daniel dan Daniella entah kemana, mungkin mereka sama denganku. Tewas tertembak soal sastra yang mengecoh,” Teressa memutar bola matanya.
Jonathan terbahak, mereka akhirnya berjalan bersama menuju aula sembari mengobrol ringan. Sesekali Teressa tertawa karena lelucon konyol Jonathan, memukul bahu Jonathan dengan pipi yang bersemu merah ketika Jonathan menggodanya.
Sudah dari dulu Jonathan memperhatikan Teressa dari jauh, namun baru kali ini dia bisa melihat sedekat ini. Pertahanan Jonathan yang dia bangun selama berbulan – bulan hancur ketika melihat senyuman gadis itu. Teressa memang membuat Jonathan gila dengan caranya sendiri.
Meskipun Jonathan tahu, di kedalaman mata malachite gadis itu, dia hanya memikirkan tentang Raven Black. Bukan Jonathan dan juga bukan siapa – siapa.
“Ah itu Daniel dan Daniella!” lamunan melantur Jonathan buyar ketika gadis itu menarik tangannya menuju meja paling kanan.
Dahi Jonathan mengkerut, harusnya dia di meja kubu dua, bukan meja paling kanan yang posisi netral begini. Tapi… ya sudahlah. Lagipula Jonathan tidak perduli tentang orang – orang yang akan menilai dia lebih memilih pembawa kesialan daripada mereka. Memangnya mereka siapa?
“Hey semua!” sapa Teressa riang, dia duduk di sebelah Jonathan.
“Hello baby cupcakes~” sapa Daniel sembari memain – mainkan tissue yang dia buat menjadi origami.
“Ressa, ulangan sastra menyebalkan,” Daniella memutar kedua bola matanya, persis seperti yang tadi Teressa lakukan.
Vanilla dan Vanessa yang duduk berhadapan tertawa terbahak melihat wajah cemberut Daniella.
“Teressa akhirnya kau datang juga, seperti biasa?” tanya Dave, dia tersenyum lembut pada Teressa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Academy
Mystery / ThrillerDisclaimer: Cerita ini adalah cerita amatir yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Karena kenakalan remajanya, Teressa dimasukkan ke sebuah asrama bernama Royal Academy yang memiliki banyak misteri. Teressa mendapatkan seb...