"Jo? kau gila?" Tanyaku tidak percaya.
Raven saja belum menciumku! Otomatis jika Jo menciumku itu adalah ciuman pertamaku. Melakukannya dengan Jo? Ih. Mata Jo berubah serius dan menjadi tajam walaupun aku masih bisa melihat kelembutan di matanya.
"Teressa, aku serius..." Sahutnya.
Bagiku ini seperti gerakan lambat di film - film. Wajah Jonathan semakin mendekat ke wajahku. Kedua tangannya ikut menumpu pada dua lututnya. Matanya meredup dan akhirnya menutup. Aku terpaku di tempat, sampai hembusan nafas Jonathan terasa di wajahku lalu...
Tin... Tin... Tin...
Ada bunyi klakson bus di depan kami membuatku terlonjak kaget. Wajahku merona merah sementara Jo berdecak kesal. Tadi itu... hampir saja... oh tidak! Aku menggeleng - gelengkan kepalaku sambil menutup wajahku menggunakan dua tangan. Jo memegang pergelangan tanganku dan menarikku masuk ke bus. Kami berdua duduk di bangku deretan ke tiga kanan seraya terdiam selama perjalanan menuju kota. Keadaan bus benar - benar sepi. Hanya ada aku dan Jo di sini. Sementara supir bus diberi ruangan tersendiri. Aku melirik Jo dengan menggunakan ekor mataku. Dapat kulihat dia sedang frustasi dan terus - terusan berdecak. Saat aku masih meliriknya dia menoleh ke arahku.
"Yang tadi itu... maafkan aku. Aku... aku tidak bisa menahan diriku lagi." Kata Jo dengan muka memelas. Suaranya bergema karena saking sepinya ruangan ini.
Aku mengangguk kaku. Kalau saja tidak ada bunyi klakson bus... Aku memegang bibirku yang berwarna merah jambu. Pasti kau sudah tidak perawan lagi. Kataku kepada bibir ini. Akhirnya aku tahu, Jonathan tidak seburuk yang terlihat. Aku mendongakkan kepalaku dan tersenyum manis ke arahnya.
"Maafkan aku." Kataku.
"Kenapa?" Tanya Jo dengan muka heran.
"Aku berfikiran buruk tentangmu. Yah memang dulu kau jahat. Tapi mungkin sekarang kau sudah berubah." Jawabku dengan senyuman masih menghias di wajah.
Jo tersenyum dan lagi - lagi dia mendekatkan wajahnya ke arahku. Aku bersiaga dan mendorong badannya menjauh dariku.
"Jo?" Aku menegurnya.
"Aku hanya ingin mencium keningmu. Untuk saat ini begitu saja." Protesnya dengan muka masam.
Aku mendesah kesal dan aku mendekatkan diriku lagi. Mencari posisi yang nyaman di bangku empuk ini.
"ini!" Aku menunjuk keningku sembari menutup mata.
Dia menurunkan tanganku dan mulai mencium keningku lembut. Aku merasakan sensasi aneh yang Jo berikan, dia seperti tidak ingin kehilanganku atau semacamnya? Aku tidak mengerti... Setelah 2 menit dia baru melepasnya. Huh, lama sekali.
"Kenapa sangat lama?" Aku bertanya dengan wajah masam.
"Aku... Entah kapan mungkin tidak akan pernah mencium kening itu lagi." Dia menunjuk keningku. "Jadi sebelum aku kehilangan. Aku akan terus mencium kening itu jika ada kesempatan." Dia lagi - lagi mencium keningku. Aku langsung menepis wajahnya yang sekarang berubah jahil.
Aku memperhatikan sekelilingku dan sepertinya sekarang hampir sampai karena aku sudah melihat keramaian kota. Aku tersenyum tipis sembari melongokkan kepalaku keluar jendela. Sepertinya di depan ada sirkus. Bus berhenti saat aku ingin memasukkan kepalaku 3 dalam bus lagi. Berhenti tepat di depan halte... dan juga di depan... tempat sirkus!
"Jo ayo cepat!" Seruku sambil menoleh ke belakang.
Jo terlihat kewalahan mengikuti langkahku yang setengah berlari. Dengan cepat dia menangkap pergelangan tanganku. Sesudah turun dari bus sebenarnya aku langsung turun dengan kecepatan cahaya dan mataku langsung berbinar saat melihat badut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Academy
Mystery / ThrillerDisclaimer: Cerita ini adalah cerita amatir yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Karena kenakalan remajanya, Teressa dimasukkan ke sebuah asrama bernama Royal Academy yang memiliki banyak misteri. Teressa mendapatkan seb...