Royal Acamedy

384K 8K 178
                                    

# Prolog

"Aku tahu kita harus melakukan apa besok!" Pekikku kegirangan.

Daniel mendongakkan kepalanya yang sedari tadi berkutat pada layar laptop untuk melihat blogku, sementara Daniella menoleh ke samping, tepatnya ke arahku. Mereka berdua seperti anak kecil yang menuntut meminta jawaban saat mereka bertanya sesuatu yang baru saja ia lihat atau sesuatu yang menurutnya menarik. Sambil menahan geli, aku mendekatkan tubuhku ke arah mereka dan berbisik.

"Rencana kejahilan ke-99 begini..."

# 1

"APA? Tidak, Teressa tidak mau!" Kataku.

Sambil menghentikan gerakan kedua tanganku yang memegang sendok dan garpu, aku berusaha menentang keinginan Mom dan Dad mendaftarkanku ke dalam sekolah asrama.

"Sa—santai saja Ressa. Mom hanya bertanya padamu. Tapi... kata guru SD kamu, banyak temanmu yang masuk ke sana lho."

Mom mempromosikan sekolah asrama yang namanya saja aku tidak tahu, aku memutar bola mataku dan mengambil cangkir berisi teh hangat, menyesapnya dan setelah itu menaruhnya kembali ke tempat semula.

"Aku sudah kelas 2 SMP Mom, bukan SD lagi." Sahutku ketus,

sebenarnya aku tidak mau bersikap seperti ini kepada Mom, tapi menurutku ini keterlaluan karena disamping aku sudah punya banyak teman – teman di sekolahku, aku tidak mau pergi jauh meninggalkan rumah ini dan kembali saat liburan sekolah. Dad hanya mengangkat bahunya, tidak menganggap ini obrolan penting dan melanjutkan membaca koran langganannya.

"Mom hanya bertanya, ayo kita lanjutkan saja sarapan kita."

Mom mengambil selai roti dan mengoleskannya pada roti gandum kesukaannya, yah kesukaanku juga. Sambil mengerucutkan bibirku aku menolehkan kepalaku ke samping, ke arah Daniel, lalu berbisik agar tidak terdengar oleh yang lain.

"kau membawanya?" Tanyaku sok misterius.

Seperti teroris yang menyelundupkan barang illegal, Daniel menoleh ke arah kanan dan ke kiri, setelah ia merasa tidak ada yang melihatnya kecuali aku, dia membuka tasnya yang menyampir di kaki tempat duduk dan memperlihatkan kantong plastik hitam kepadaku. Aku mengangguk tanda mengerti, lalu tersenyum simpul. Setelah sarapan habis dan piringku bersih, aku menyampirkan tas hijau kekuningan di pundakku yang di sebelah kanan dan menghampiri kedua orang tuaku diikuti Daniel dan Daniella di belakangku.

"Aku berangkat Mom." Seruku.

setelah aku mencium punggung tangan kedua orang tuaku, lagi – lagi diikuti oleh Daniel dan Daniella. Pintu rumah berbunyi saat aku membukanya secara perlahan, udara sejuk di kota San Fransisco menerpa anak rambutku. Aku tersenyum, lalu menghirup oksigen sebanyak – banyaknya dan menghembuskannya secara perlahan.

Aku melangkahkan kakiku menuju ke sekolah bersama Daniel dan Daniella yang berada di sisi kiri dan kananku. Suasana yang asri membuatku tersenyum, rumah – rumah yang berada berdekatan dengan rumahku seperti rumah boneka, benar – benar nyaman.

"Bibi Grace dan Paman Sebastien kapan pulang, Dan?" Tanyaku pada si kembar identik itu,

mereka berdua menoleh ke arahku, lalu menghembuskan nafas secara dramatis bersamaan.

"aku tidak tahu, Mom dan Dad sedang banyak pekerjaan di London, banyak yang menawarkan mereka menjadi komposer di sana." Jawab Daniella.

Aku sedikit sedih mendengarnya karena wajahnya seperti anak kecil rindu pada selimutnya. Dengan perlahan aku mengelus kepalanya dan tersenyum.

"tenang, ada aku dan Daniel. Ya kan Dan?"

Aku menoleh ke arah Daniel, meminta persetujuan. Dia tersenyum lembut.

Royal AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang