12 : Who Is She? 2

36.9K 2.7K 20
                                        

Eh?

Seketika itu juga aku langsung menghampiri meja kubu dua. Mereka kaget dan hampir menjauhiku. Untung saja aku langsung menarik tangan orang yang bernama Yuki.

"Siapa Jo?" Tanyaku dingin.

Orang yang bernama Yuki menepis tanganku. Lalu menatapku tak kalah tajam. Aku baru menyadari bahwa sekarang semua mata tertuju pada kami. Suasana mencekam.

"Apa urusanmu?" Tanyanya balik dengan ketus.

"Siapa Jo?" Tanyaku kembali.

"Aku tidak berhak memberitahumu."

"Siapa Jo?" Tanyaku lagi.

Dari ekor mataku, kulihat seseorang mengacungkan tangannya. Aku langsung menoleh dengan cepat. Dapat kulihat seorang laki - laki berbadan jangkung dan berkulit seputih porselen.

"Aku Jo." Kata laki - laki itu.

Aku berjalan perlahan menghampirinya. Dia terus saja memperhatikan gerak - gerikku selama aku berjalan. Aku menarik tangannya.

"empat mata." Kodeku.

Dia mengangguk lalu mengikutiku yang sedang membawanya keluar dari Aula tengah. Aku melangkah di lapisan lantai berlapis karpet merah. Setelah merasa cukup aman. Aku langsung berbicara.

"Apa adikmu baru saja meninggal?" Tanyaku menginterogasi.

"jangan bahas Ariana. Aku sedang berduka..." Katanya dengan mimik sedih.

Aku menggeram.

"berapa umur adikmu?" Tanyaku lagi.

"SUDAH KUBILANG JANGAN MEMBAHAS ADIKKU!!!" Teriaknya kencang.

Urat dari lehernya menyembul.

"Calm down. Please? Berapa umur adikmu?" Tanyaku lagi.

Dia mendengus. Mungkin dia tahu bahwa aku memiliki sifat keras kepala?

"11 tahun." Jawabnya dengan geraman.

"apakah dia sekolah di sini juga?" Tanyaku tak masuk akal.

Sudah pasti jawabannya tidak, karena...

"kau gila? dia baru berumur 11. Harus berumur 12 tahun baru masuk SMP." Jawabnya dengan gelengan kepala.

Aku mendesah kecewa.

"jadi kau bukan pembuat ramalan 13 itu..." Gumamku pelan.

Aku yakin dia tidak mendengarku, karena aku bergumam dengan sangat pelan. Tapi tak kusangka dia merespon perkataanku barusan.

"apa? ramalan 13?" Tanyanya antusias.

"kau mendengar suaraku barusan?" Tanyaku kaget.

"telingaku-- dia menunjuk telinganya --seperti kelelawar" Katanya dengan cengiran.

Aku baru menyadari bahwa wajahnya tampan dengan alis tebal cokelat. Hidungnya kecil tapi mancung. Kulitnya sedikit sawo matang, pasti laki - laki ini populer karena senyumannya bisa meluluhkan hati para gadis. Sekarang saja aku sudah sedikit salah tingkah karena tatapan intensnya. Aku menjadi mengingat seseorang entah siapa.

"Jadi... kau korban ramalan 13 itu?" Tanyanya antusias.

"bisa dibilang begitu." Kataku kesal.

Dia tertawa dengan suara merdunya.

"aku tahu siapa pembuatnya." Jelasnya dengan senyuman manisnya.

"oh ya? siapa?" Tanyaku antusias.

Satu hal yang aku ingin lakukan kepada pembuat ramalan itu. Aku akan melabraknya dan berkata "jangan ganggu kami dengan ramalan omong kosongmu!"

Dia tersenyum lagi. Senyumnya lebih lebar daripada sebelumnya.

"asalkan..." Dia menggantung kalimatnya.

Membuatku benar - benar gemas.

"cepat katakan!" Desakku.

"asalkan kau kencan sehari denganku." Dia melanjutkan kalimatnya tanpa perduli desakanku tadi.

Mataku melebar. Mulutku melongo membentuj huruf O besar...

"Kau gila?! Kita baru saja bertemu hari ini!" Teriakku.

"sepertinya tidak..." Jawabnya sambik berjalan mendekat ke arahku.

Aku mundur selangkah seiring ia maju selangkah.

"kita kan... mantan teman SD!" Jawab Jo.

Saat ini akhirnya aku ingat siapa dia.

Saat ini akhirnya aku kaget untuk kesekian kalinya.

Saat ini aku bingung harus berucap apa.

to be continued

---

Read my another story :

1. How Can I Move On

2. A-B-C-D Love

3. Princess Series [1] : The Overweight Princess

Royal AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang