18 : I'm Sorry, Dan

41.4K 2.6K 27
                                    

Aku berjalan kembali ke kelas dengan langkah gontai. Setelah aku masuk kelas, Sarah langsung menghambur ke arahku dengan wajah seperti anak kecil menemukan mainannya yang lama tidak dimainkan. Huh, memangnya aku mainan.

"Teressa! Kau baru datang? Sedikit lagi kelas dimulai." Tanyanya.

Aku hanya mengangguk kaku dan tersenyum kikuk. Kutempatkan diriku di sebelah bangkunya. Duduk dengan tenang sementara ia masih memperhatikan gerak - gerikku sambil berdiri. Aku mendongakkan kepalaku. Menatapnya.

"Sarah, apa ada sesuatu yang kau sembunyikan?" Tanyaku pelan nyaris berbisik.

"Apa Ress? Aku tidak mendengarnya." Tanyanya balik dengan muka polos

Aku menghela nafas sekali. Mencoba sabar.

"Apa ada yang kau sembunyikan dariku?" Tanyaku lagi pelan.

"Ha? Apa?" Tanyanya lagi.

Kusarankan bagimu, Sarah. Kau harus sering - sering ke salon untuk membuang kotoran yang menyumbat telingamu. Kali ini kesabaranku benar - benar habis.

"APA ADA YANG KAU SEMBUNYIKAN DARIKU HAH?!" Seruku dengan menggebrak meja.

Alhasil, semua mata melihat ke arah kami dengan tatapan curiga. Sementara Sarah langsung terlonjak dari tempatnya berdiri.

"Setahuku sih tidak ada..."

---

Suasana koridor sangat ramai karena sekarang jam pulang sekolah. Aku membereskan buku di loker sembari mengigat buku apa yang akan kubawa atau kutinggal. Sampai seseorang di sampingku ikut membuka lokernya. Aroma parfum anggur menyeruak masuk ke dalam hidungku.

Dengan rasa penasaran, aku menoleh ke arah orang tersebut. Kebetulan yang membuatku malu. Dia juga menoleh ke arahku.

"Ehm hai." Sapa laki - laki itu dengan canggung.

"Oh hai... Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanyaku.

Aku bersumpah aku tidak menggodanya. Tapi, wajahnya benar - benar familiar. Demi wajah familiar di muka bumi ini kenapa aku sering menemukannya?!

"Namamu... Teressa kan? Aku Giordani. Mungkin kita teman SD dulu. Jika kau mengingatku."

---

"DANIEEEEL! DANIELLAAA! GIO GUGUP SEKOLAH DI SINI JUGAAAAAAAAAA!!!" Teriakku kencang di ruang bermain. Aku masih memakai seragam dan menjinjing tas hijau kekuninganku di bahu kiri.

Daniella tersedak mendengar suaraku yang seperti gajah lepas. Sementara Dave, Vanilla dan Vanessa tampak biasa saja. Mungkin mereka sudah terbiasa dengan sikapku yang terkadang meledak - ledak. Tapi, aneh sekali. Dimana Daniel?

"Tenang... Gio gugup yang itu?" Tanya Daniella setelah berhasil mengatasi kekagetannya.

Aku mengangguk seraya duduk berhadapan dengan mereka berempat -Dave, Vanilla, Vanessa dan Daniella- di meja bundar.. Tumben sekali ruang bermain sepi.

"Iya! Bener kata Mom. Banyak teman SD kita dulu yang sekolah di sini." Jawabku antusias.

Dave yang sedari tadi sibuk dengan bukunya mulai mengoceh.

"Gio siapa?" Tanyanya dengan nada tidak suka.

"Teman SD aku dulu. Anaknya ganteng loh! Tapi sayang dia gugupan." Jawabku antusias.

Vanilla dan Vanessa yang dari tadi menonton kini menyeringai jahil.

"Suka yaaa?" Tanya mereka berdua kompak.

Royal AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang