14 : Jonathan 2

38.6K 2.6K 12
                                    

Namanya Jo, lengkapnya Jonathan. Pemuda brengsek berwajah malaikat yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Aku sangat membencinya karena dulu semasa SD dia benar - benar menggangguku. Aku menghembuskan nafas berat dan melangkah ke koridor kamar anak laki - laki. Untung saja aturan tentang tidak memperbolehkan anak perempuan masuk ke kamar anak laki - laki tidak ada. Kalau ada mampus aku, apalagi kalau Dad tahu. Meskipun begitu di setiap kamar dipasang cctv. Entah biaya yang mereka keluarkan untung hal sesepele itu.

Aku mengetuk pintu bernomor 144 itu. Keluarlah seorang laki - laki brengsek itu. Dia menyengir kuda ke arahku tapi aku membalasnya dengan tatapan menusuk yang tajam.

"Eh Ressa. Sudah datang. Mau masuk dulu?" Tawarnya dengan nada hangat dan bersahabat tapi aku malah mendengarnya seperti nada jahil yang memuakkan.

"jangan basa - basi. Sudah cepat." Tolakku ketus.

Aku memalingkan wajahku ke arah koridor yang lengang, hanya ada beberapa anak laki - laki yang menatapku curiga. Semakin membuatku risih.

"cepatlah Jo..." Pintaku.

Dia dengan terburu - buru memakai topi hoodienya dan membalikkan setengah badannya sebentar.

"aku akan kembali agak sore ya For!" Teriaknya.

"iya. hati - hati ya!"

"Ayo Ress." Ajak Jo.

Aku mengintip sedikit pada seseorang yang ada di belakang Jo, seorang pemuda berwajah familiar. Lalu dia menggenggam tanganku, menyeretku untuk mengikuti langkahnya yang panjang. Huh sudah brengsek, arogan, menyebalkan pula.

"yang tadi siapa?" Tanyaku penasaran.

"kau cemburu?" Tanyanya balik dengan muka yang dibuat - buat kaget.

"cemburu pada siapa?!" Geramku.

Kami sudah menuruni tangga pualam, lalu melewati koridor kamar anak laki - laki dan sinar siang matahari menyinari kami ketika berada di koridor penghubung kamar anak laki - laki dan perempuan.

"cemburulah. Kau kan suka padaku. Buktinya--" Jo melihat genggaman tangan kami. Aku langsung menepisnya. "Kau yang menggenggamnya tadi. Dasar bodoh!" Jawabku dengan pipi memanas malu.

"ekspresimu lucu!" Jo tertawa terbahak dan berjalan mensejajarkan langkahku yang pendek - pendek.

Aku tidak menggubrisnya.

"Sebenarnya kita ingin ke mana?" Tanyaku penasaran.

"ke taman. Dekat kota. Tempat paling damai di dunia." Jawabnya santai.

"Kau gila?! Bagaimana caranya?!" Seruku panik.

"kan ada cct--"Kata - kataku langsyng dipotong Jo.

"Tapi halaman belakang belum terkena racun cctv." Dia mengedipkan sebelah matanya seraya menggandengku lagi.

"kenapa kau bisa tahu?" Tanyaku tidak percaya.

"Aku mengamati setiap cctv ketika diajak study tour mengelilingi Royal Academy bersama Bibi Jane dan.hanya halaman belakang yang belum terkena cctv." Jawabnya.

Ia lalu berbelok ke kanan dan menyusuri ruang - ruang ekstra kulikuler. Lalu dia berbelok lagi ke kiri. Tempat halaman belakang tersebut. Walaupun hanya dua kali belokan tapi nafasku terengah karena jaraknya yang jauh. Jo bersiap melompat ke pagar yang menjulang tinggi. Walaupun pagar itu ujungnya tidak mencuat seperti jarum. Aku tetap ragu jika bokongku tergesek aspal yang ada di bawah. Dia menengok ke arahku karena aku masih mematung.

"kenapa tidak naik juga?" Tanyanya. Dia sudah di atas gerbang dan tinggal melompat.

"naik atau kau tidak tahu pembuat ramalan menyenangkan itu." Ancamnya.

Aku menggeram dalam hati dan berdoa supaya spesies seperti Jonathan dihilangkan dari muka bumi. Aku langsung menapak ke alas pagar dan memanjat satu demi satu tapakan. Dan yang aku lihat di luar sana adalah... Sungai yang mengalir cukup deras. Sebuah jembatan goyang yang sepertinya lapuk dan tak terurus. Dan pijakan sempit untuk aku melompat.

"kau tahu mengapa di area ini tidak di pasang cctv Jo?" Tanyaku geram.

Kedua tanganku sudah bergemetar sedari tadi. Siap untuk menampar orang di sebelahku ini.

"tidak tahu." Jawabnya cuek.

"KARENA TIDAK MUNGKIN ADA ORANG WARAS YANG BERANI MENYEBRANGI JEMBATAN KONYOL INI!!!" Teriakku frustasi.

to be continued

---

Read my another story :

1. How Can I Move On

2. A-B-C-D Love

3. Princess Series [1] : The Overweight Princess

Royal AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang