28 : Bad Dream

40.6K 2.4K 12
                                    

               Teressa terus menatap sosok itu yang menatapnya balik, tanpa memperdulikan Dave, dia bangkit berdiri dari duduknya dan mendekati sosok itu. Jari – jari tangan lentiknya menyentuh permukaan kaca, sosok itu masih ada di sana. Entah kenapa, Teressa harus berbicara dengan sosok itu.

               “Siapa namamu sebenarnya?” bisik Teressa, dia tidak ingin Dave ataupun Bibi Freya menganggapnya gila.

               “Rose, Rosaline…” lirih sosok itu, tengkuk Teressa meremang.

               Teressa menatap kaca itu lagi, dia harus menahan teriakannya ketika melihat sosok itu berada tepat di belakangnya. Teressa tersenyum samar dan melambaikan tangannnya pada sosok bernama Rosaline itu.

               “Rose, aku perlu berbicara denganmu,” bisiknya, dia melirik Dave yang masih sibuk dengan soal – soal aritmatika. Kesempatan bagus.

               Dia menunjuk pada Rosaline ke arah tangga spiral menuju lantai dua, Rosaline mengangguk samar dan mengikuti langkah Teressa, tanpa berjalan.

               Melainkan melayang.

               Pemikiran tersebut membuat bulu kuduk Teressa meremang. Dia berusaha untuk tidak membuat suara berdecit dari kayu – kayu yang sudah tua ini. Baru kali ini dia berani dan ingin berbicara dengan seorang hantu. Apalagi dia baru pertama kalinya menuju lantai dua perpustakaan antik ini. Kadang dia berpikir, kenapa semua hal di sini modern melainkan perpustakaan ini?

               Teressa mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tertegun. Banyak sekali buku – buku keluaran tahun 90-an dan buku – buku antik yang pasti bahasanya aneh – aneh. Lalu mata malachite itu melihat ke bagian terlarang, dia berjalan ke sana, tempat paling tersembunyi yang susah untuk ditemukan.

               Teressa menyusuri buku – buku antik itu, sembari berbicara.

               “Siapa kakakmu?” tanyanya pada Rosaline yang hanya mengikutinya dari belakang.

               “Kalau aku bilang sekarang, cerita misteri ini akan berakhir dengan menyedihkan kan?” tanyanya balik.

               Teressa mendecak sebal, dia melipat tangannya di depan dada.

               “Kau pikir ini sebuah cerita misteri? Ini hidup dan mati, Rose. Kau tahu sendiri ramalan yang ke-13 itu apa?” tanya Teressa kesal.

               Rosaline tersenyum kecil. Dia memainkan tangan pucatnya yang transparant.

               “Kau tidak takut padaku?” tanya Rosaline, mengalihkan pembicaraan.

               Kening Teressa berkerut bingung, dia menatap mata Rosaline.

               “Buat apa aku takut padamu? Kau tidak menampakkan sosok yang menyeramkan. Kau perempuan paling cantik yang pernah kulihat, Rose.”

               “Sungguh?” mata Rosaline berbinar, baru kali ini dia dipanggil cantik oleh seseorang.

               “Yup.” Teressa tersenyum lebar, dia ingin memeluk Rosaline, tetapi kedua tangannya tidak bisa menggapai tubuh transparant itu.

               “Uh—maaf aku tidak bermaksud…”

               “Tidak apa – apa, Ress.”

               “Kau tahu namaku?” tanya Teressa terkejut, setahunya dia tidak pernah memberitahu Rosaline namanya, mengingat pertemuan pertamanya dengan Rosaline membuatnya ketakutan setengah mati.

Royal AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang